MUKJIZAT SURAT AL-FATIHAH
Dalam kitab Jamiun Nuraini, Wa’izh Sabzawari menulis sebuah kisah bahwa salah seorang sahabat Imam Ali yang tangannya terputus mendatangi beliau. Imam Ali kemudian mengambil bagian tangannya itu. Secara perlahan, beliau membacakan sesuatu hingga pulih.
Sahabat Imam itu pun merasa senang, kemudian pamit dan pergi. Akan tetapi, di hari lain, dia bertanya kepada Imam Ali, “Apa yang telah Anda bacakan waktu itu, sehingga tangan saya yang terputus normal kembali.”
Imam Ali menjawab, “Saya membaca surat Al-Fatihah.”
Sambil memandang rendah, lelaki itu berkata, “Anda hanya membacakan Al-Fatihah?”
Usai mengucapkan kata-kata itu, tiba-tiba tangannya kembali putus dan terus dalam keadaan seperti itu.
MEMAHAMI AL-QURAN
Seseorang menemui Imam Ja’far Shadiq lalu berkata kepada beliau, “Ada dua ayat dalam Al-Quran dan saya telah menjalankan perintah yang termuat dalam kedua ayat itu, tetapi tidak meraih apapun setelah mengamalkannya.”
“Dua ayat suci mana yang kau maksud?” Tanya Imam Ja’far Shadiq. Orang itu menjawab, “Pertama, ayat suci ini : Berdoalah kalian kepada-Ku, niscaya akan (Ku) kabulkan untuk kalian. Adapun ayat suci yang kedua adalah : Dan apa-apa yang kau infakkan dari sesuatu, maka Dia tidak akan mengingkari janjinya, dan Dialah sebaik-baik pemberi rezeki. Aku berdoa, tetapi doaku tidak dikabulkan. Dan aku pun berinfak, tetapi tidak mendapatkan imbalan apapun.”
Berkenaan dengan ayat pertama, Imam Ja’far Shadiq berkata, “Apakah engkau mengira Allah SWT, tidak menepati janji-Nya?”
“Tidak!” jawab orang itu. Imam Shadiq berkata lagi, “Kalau begitu, apa kiranya yang menyebabkan tak terkabulnya doamu?”
“Saya tidak tahu,” jawab orang itu. Imam Shadiq berkata kembali, “Oleh karena itu, Aku akan menjelaskan masalah ini kepadamu. Apabila seseorang menaati perintah-perintah Allah SWT yang berhubungan dengan doa, dan dia juga menjaga adab-adab dalam berdoa, maka doanya pasti akan dikabulkan.”
Orang itu bertanya kepada Imam Shadiq, “Apa adab dan syarat-syarat berdoa itu?”
“Pertama, pujilah Allah SWT dan ingatlah segala nikmat yang telah diberikan-Nya, lalu syukurilah semua itu. Kemudian, sampaikan shalawat kepada Rasulullah SAW. Dan ingatlah semua dosa-dosamu yang telah lalu, lalu mohonlah perlindungan kepada Allah SWT,” jawab Imam Ja’far Shadiq.
Adapun berkenaan dengan ayat kedua, Imam Shadiq bertanya kepada orang itu, “Apakah engkau mengira Allah SWT, tak menepati janji-Nya?”
Dalam kitab Jamiun Nuraini, Wa’izh Sabzawari menulis sebuah kisah bahwa salah seorang sahabat Imam Ali yang tangannya terputus mendatangi beliau. Imam Ali kemudian mengambil bagian tangannya itu. Secara perlahan, beliau membacakan sesuatu hingga pulih.
Sahabat Imam itu pun merasa senang, kemudian pamit dan pergi. Akan tetapi, di hari lain, dia bertanya kepada Imam Ali, “Apa yang telah Anda bacakan waktu itu, sehingga tangan saya yang terputus normal kembali.”
Imam Ali menjawab, “Saya membaca surat Al-Fatihah.”
Sambil memandang rendah, lelaki itu berkata, “Anda hanya membacakan Al-Fatihah?”
Usai mengucapkan kata-kata itu, tiba-tiba tangannya kembali putus dan terus dalam keadaan seperti itu.
MEMAHAMI AL-QURAN
Seseorang menemui Imam Ja’far Shadiq lalu berkata kepada beliau, “Ada dua ayat dalam Al-Quran dan saya telah menjalankan perintah yang termuat dalam kedua ayat itu, tetapi tidak meraih apapun setelah mengamalkannya.”
“Dua ayat suci mana yang kau maksud?” Tanya Imam Ja’far Shadiq. Orang itu menjawab, “Pertama, ayat suci ini : Berdoalah kalian kepada-Ku, niscaya akan (Ku) kabulkan untuk kalian. Adapun ayat suci yang kedua adalah : Dan apa-apa yang kau infakkan dari sesuatu, maka Dia tidak akan mengingkari janjinya, dan Dialah sebaik-baik pemberi rezeki. Aku berdoa, tetapi doaku tidak dikabulkan. Dan aku pun berinfak, tetapi tidak mendapatkan imbalan apapun.”
Berkenaan dengan ayat pertama, Imam Ja’far Shadiq berkata, “Apakah engkau mengira Allah SWT, tidak menepati janji-Nya?”
“Tidak!” jawab orang itu. Imam Shadiq berkata lagi, “Kalau begitu, apa kiranya yang menyebabkan tak terkabulnya doamu?”
“Saya tidak tahu,” jawab orang itu. Imam Shadiq berkata kembali, “Oleh karena itu, Aku akan menjelaskan masalah ini kepadamu. Apabila seseorang menaati perintah-perintah Allah SWT yang berhubungan dengan doa, dan dia juga menjaga adab-adab dalam berdoa, maka doanya pasti akan dikabulkan.”
Orang itu bertanya kepada Imam Shadiq, “Apa adab dan syarat-syarat berdoa itu?”
“Pertama, pujilah Allah SWT dan ingatlah segala nikmat yang telah diberikan-Nya, lalu syukurilah semua itu. Kemudian, sampaikan shalawat kepada Rasulullah SAW. Dan ingatlah semua dosa-dosamu yang telah lalu, lalu mohonlah perlindungan kepada Allah SWT,” jawab Imam Ja’far Shadiq.
Adapun berkenaan dengan ayat kedua, Imam Shadiq bertanya kepada orang itu, “Apakah engkau mengira Allah SWT, tak menepati janji-Nya?”
AL-QURAN ADALAH PEMBERI REZEKI
Alkisah, ada seorang lelaki yang selalu berkunjung ke rumah Umar, agar dia selalu dibantu. Akhirnya, Umar pun merasa bosan dengan tingkah laku orang tersebut.
Umar berkata kepadanya, “Hai lelaki, apakah kamu hijrah ke rumah Tuhan atau ke rumah Umar? Pergilah dan bacalah Al-Quran, lalu ambillah pelajaran-pelajaran Al-Quran yang dapat membuatmu tidak butuh lagi untuk pergi ke rumah Umar.”
Lelaki itu pun pergi. Telah berbulan-bulan dia tak datang lagi dan Umar pun tak pernah melihatnya. Hingga akhirnya Umar beroleh informasi bahwa dia telah menjauhi masyarakat. Dia kini berada di suatu tempat yang sunyi untuk beribadah. Di samping itu, dia memohon pertolongan kepada Tuhan agar diberi taufik untuk berusaha mencari rezeki yang halal dan memohon agar kebutuhan hidupnya dipenuhi oleh-Nya.
Umar mengunjunginya, lalu berkata kepadanya, “Aku rindu bertemu denganmu dan kedatanganku ini hanya ingin tahu tentang keadaanmu sekarang. Katakanlah, apa kiranya yang menyebabkanmu menjauh dan lari dari kami?”
Lelaki itu menjawab, “Aku telah membaca Al-Quran, dan Al-Quran telah membuatku tak membutuhkan Umar dan keluarganya.”
Umar bertanya lagi, “Ayat manakah yang telah kau baca itu, sehingga kau seperti ini?”
Dia menjawab, “Ketika aku membaca Al-Quran dan sampai pada ayat ini : Dan di langitlah berada rezeki-rezeki kalian dan apa-apa yang telah dijanjikan kepada kalian (Az-Zariyat : 22). Aku berkata kepada diri sendiri, “Ternyata rezekiku ada di langit, tetapi aku selalu mencarinya di bumi. Sungguh aku adalah lelaki yang buruk.”
AIR MENGALIR KARENA AL-QURAN
Dikisahkan bahwa pada suatu hari, beberapa orang dari kalangan sayyid warga kota Najafabad, Isfahan, mengunjungi Ayatullah Bid Abudi. Mereka berkata, “Sebuah sumber mata air yang berasal dari gunung telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya. Namun, sumber itu akhir-akhir ini mengering, sehingga kami menjadi susah. Kami mohon, doakanlah agar mata air itu kembali mengalir.”
Sang Ayatullah itu lalu menuliskan sebuah ayat pada selembar kertas, yakni ayat : Apabila Kami turunkan Al-Quran kepada gunung, maka kamu akan melihatnya tunduk dan terpecah belah karena takut kepada Allah SWT.
Lalu, beliau memberikan itu kepada mereka seraya berkata, “Letakkan ini di puncak gunung itu di awal malam, kemudian kalian pulanglah.”
Mereka lantas melaksanakan perintah itu. Ketika dalam perjalanan pulang ke rumah masing-masing, tiba-tiba mereka mendengar suara yang menggetarkan dari gunung itu. Semua penduduk mendengar suara itu. Saat subuh tiba, sumber mata air itu telah kembali mengalir. Dan penduduk pun bersyukur kepada Allah SWT.
TITIK YANG TAKKAN BERPINDAH TEMPAT
Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman : Maka keduanya berjalan, hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka.
Rasulullah SAW menjelaskan, “Penduduk negeri itu adalah orang-orang yang celaka karena tidak mau menerima dua orang nabi yang mulia sebagai tamunya.”
Disebutkan dalam sejarah bahwa negeri itu bernama Inthakiyah (Anthiokia). Ketika mendengar ayat suci itu turun, penduduk negeri itu menghadap Rasulullah SAW sambil membawa sekarung emas, lalu berkata, “Wahai Rasulullah, kami akan menyerahkan sekarung emas ini kepada Anda apabila Anda mau menukar huruf ba dengan ta.”
(Artinya cuma satu) maksudnya, “Ambillah emas-emas ini sebagai imbalan apabila Anda menghapus titik pada kata (bauw) dan sebagai gantinya Anda meletakkan dua titik di atasnya hingga menjadi (tauw). Sehingga, makna ayat suci itu menjadi seperti ini : Penduduk negeri itu menyambut kedatangan kedua nabi yang mulia itu untuk dipersilahkan sebagai tamu mereka. Dengan begitu, sebutan sebagai orang-orang yang tak tahu malu tak akan kami sandang lagi.
Rasulullah SAW tak menyetujui keinginan mereka itu dan bersabda, “Perubahan titik ini akan menyebabkan adanya kebohongan pada firman Tuhan dan akhirnya akan merendahkan maqam ketuhanan.”
No comments:
Post a Comment