Bisnis Menggiurkan, Pengusaha RI Diajak Ekspansi ke Afrika
Benua Afrika sudah makin berkembang bahkan tak kalah dari negara-negara berkembang di kawasan lain di dunia. Potensi besar yang dimiliki negara-negara Afrika khususnya di kawasan Afrika Sub-Sahara bisa menjadi pilihan baru bagi perusahaan yang tengah melakukan ekspansi bisnis.
Berita Terkait
Sumitomo dan Bank China Juga Minati Rabobank Indonesia
Sumitomo dan Bank China Juga Minati Rabobank Indonesia
Rabobank Indonesia Dijual, 3 Peminat Serius Bersaing
Rabobank Indonesia Dijual, 3 Peminat Serius Bersaing
Rabobank International Senior Analyst Africa, Food dan Agribusiness Reasearch and Advisory, Sierk Plaat, mengungkapkan potensi bisnis di kawasan Afrika Sub-Sahara selama ini banyak berasal dari sektor komoditas. Tak heran banyak perusahaan pangan dan agribisnis global yang berpeluang menjadi katalis dalam transformasi di wilayah Afrika.
"Afrika telah memasuki era baru dalam eprtumbuhan ekonomi dan stabilitas politik yang memberikan peluang-peluang bisnis bagi persahaan Indonesia dan global yang juga memberikan landasan untuk menggali potensi pangan dan agribisnis," ujar Sierk dalam Rabobank Annual Conference 2013: Menggali potensi pangan dan agri bisnis di Afrika di Hotel Four Seasons, Jakarta, Rabu (4/12/2013).
Rabobank mengaku selama ini telah melakukan studi lokasi potensial di Afrika Sub-Sahara. Hasilnya menunjukan, wilayah tersebut memiliki potensi cukup besar dalam pengembangan bisnis komoditi.
"Afrika Sub-Sahara adalah daerah yang sangat potensial dari segi pangan dan pertanian," ungkap Sierk.
Afrika Sub-Sahara selama ini dikenal sebagai daerah penghasil produk ekspor komoditas kakao dengan nilai hampir mencapai US$ 7 miliar. Produk unggulan lainnya adalah kopi dengan nilai ekspor sekitar US$ 2 miliar.
Sierk memastikan kondisi ekonomi di kawasan tersebut tengah mengalami pertumbuhan dengan stabilitas politik yang tidak kalah dari negara-negara berkembang lainnya.
Sementara untuk porsi impor, Afrika Sub-Sahara paling banyak mendatangkan produk gandum dengan total impor sekitar US$ 5,5 miliar. Diikuti impor beras senilai US$ 5,2 miliar.
"Afrika memiliki zona-zona peluang bagi perusahaan-perusahaan Indonesia baik untuk memenuhi permintaan konsumen Afrika maupun membangun supply chain," kata Direktur Perbankan Korporasi dan Investasi Eri Budiono. (Yas/Shd)
Benua Afrika sudah makin berkembang bahkan tak kalah dari negara-negara berkembang di kawasan lain di dunia. Potensi besar yang dimiliki negara-negara Afrika khususnya di kawasan Afrika Sub-Sahara bisa menjadi pilihan baru bagi perusahaan yang tengah melakukan ekspansi bisnis.
Berita Terkait
Sumitomo dan Bank China Juga Minati Rabobank Indonesia
Sumitomo dan Bank China Juga Minati Rabobank Indonesia
Rabobank Indonesia Dijual, 3 Peminat Serius Bersaing
Rabobank Indonesia Dijual, 3 Peminat Serius Bersaing
Rabobank International Senior Analyst Africa, Food dan Agribusiness Reasearch and Advisory, Sierk Plaat, mengungkapkan potensi bisnis di kawasan Afrika Sub-Sahara selama ini banyak berasal dari sektor komoditas. Tak heran banyak perusahaan pangan dan agribisnis global yang berpeluang menjadi katalis dalam transformasi di wilayah Afrika.
"Afrika telah memasuki era baru dalam eprtumbuhan ekonomi dan stabilitas politik yang memberikan peluang-peluang bisnis bagi persahaan Indonesia dan global yang juga memberikan landasan untuk menggali potensi pangan dan agribisnis," ujar Sierk dalam Rabobank Annual Conference 2013: Menggali potensi pangan dan agri bisnis di Afrika di Hotel Four Seasons, Jakarta, Rabu (4/12/2013).
Rabobank mengaku selama ini telah melakukan studi lokasi potensial di Afrika Sub-Sahara. Hasilnya menunjukan, wilayah tersebut memiliki potensi cukup besar dalam pengembangan bisnis komoditi.
"Afrika Sub-Sahara adalah daerah yang sangat potensial dari segi pangan dan pertanian," ungkap Sierk.
Afrika Sub-Sahara selama ini dikenal sebagai daerah penghasil produk ekspor komoditas kakao dengan nilai hampir mencapai US$ 7 miliar. Produk unggulan lainnya adalah kopi dengan nilai ekspor sekitar US$ 2 miliar.
Sierk memastikan kondisi ekonomi di kawasan tersebut tengah mengalami pertumbuhan dengan stabilitas politik yang tidak kalah dari negara-negara berkembang lainnya.
Sementara untuk porsi impor, Afrika Sub-Sahara paling banyak mendatangkan produk gandum dengan total impor sekitar US$ 5,5 miliar. Diikuti impor beras senilai US$ 5,2 miliar.
"Afrika memiliki zona-zona peluang bagi perusahaan-perusahaan Indonesia baik untuk memenuhi permintaan konsumen Afrika maupun membangun supply chain," kata Direktur Perbankan Korporasi dan Investasi Eri Budiono. (Yas/Shd)
No comments:
Post a Comment