Jalan-jalan malam di desa
Back with me jefri,in another story ( sok inggris ) hahahaha.. Pengalaman masih berbau Jogjakarta,
desa tempat alm. Ibu lahir dan besar.
Desa dengan banyak kenangan termasuk kenangan tentang makhluk gaibnya hahahaha..
Malam itu ibu, aku, dan pamanku ingin berkunjung kerumah mbah Mitro. Karena kemarin saat dijakarta, dapat kabar jika mbah Mitro sakit. Awalnya aku nggak ingin ikut, soalnya aku paling anti keluar dari rumah ( kalo di jogja ) lewat dari jam 4 sore. Karena jam-jam segitu, suasana di desaku sudah mulai bikin bulu kuduk, bulu kaki dan bulu kucing merinding.
Back with me jefri,in another story ( sok inggris ) hahahaha.. Pengalaman masih berbau Jogjakarta,
desa tempat alm. Ibu lahir dan besar.
Desa dengan banyak kenangan termasuk kenangan tentang makhluk gaibnya hahahaha..
Malam itu ibu, aku, dan pamanku ingin berkunjung kerumah mbah Mitro. Karena kemarin saat dijakarta, dapat kabar jika mbah Mitro sakit. Awalnya aku nggak ingin ikut, soalnya aku paling anti keluar dari rumah ( kalo di jogja ) lewat dari jam 4 sore. Karena jam-jam segitu, suasana di desaku sudah mulai bikin bulu kuduk, bulu kaki dan bulu kucing merinding.
Tapi karena si ibu minta ditemenin, ya sudahlah dengan sangat amat benar-benar terpaksa aku ikut.
Soalnya si paman, sehabis dari rumah mbah Mitro mau main ketempat lain.
Dari rumah kakek menuju rumah mbah Mitro memakan waktu 10 menit berjalan kaki. Dan kami harus melewati hamparan sawah milik warga. Maklumlah, susunan rumah di desaku itu rumah - sawah - rumah - sawah..
mending kalo sawahnya semester dua meter.. lha ini 5 sampe 10 meter, jadi bisa bayangin dong jarak rumah warga yang satu dengan yang lain.
Saat diperjalanan menuju rumah mbah Mitro, mau tidak mau kami harus melewati salah satu sawah milik warga yang sangat lebar.
Bagian paling belakang dari sawah tersebut, adalah pinggiran tebing yang dibawahnya mengalir Kali Progo.
Nah pas kita bertiga ngelewatin tuh sawah. Pamanku tiba-tiba ngomongin soal hantu lampor, hantu yang wujudnya seperti bola api
( kemamang/banaspati yang aku tau ). Dia bilang tuh hantu suka banget keluar dimusim pancaroba dan sukanya muncul di sawah-sawah.
Ibuku menimpali cerita paman dengan bercerita kalo dia pernah melihat hantu itu dulu sekali saat pulang dari desa tetangga sehabis menonton acara wayang orang bersama beberapa temannya.
Sedangkan aku yang sejak tadi hanya mendengarkan cerita mereka, mulai merasa was-was. Karena makhluk gaib itu paling suka tiba-tiba nongol kalo denger ada orang yang ngomongin mereka.
Mataku mulai mengawasi area persawahan yang ada disebelah kanan kami. Dan benar saja, dari kejauhan aku melihat ada sinar merah di tengah-tengah sawah. Jaraknya masih lumayan jauh dari kami.
Aku menyenggol ibu dan memintanya untuk berjalan lebih cepat. Soalnya sinar merah itu makin lama makin mendekat dan bentuknya makin besar. Ibu dan paman masih asik mengobrol dan sama sekali tidak mengetahui jika sudah ada 2 bola api yang melayang-layang di atas sawah.
Tapi anehnya, 2 bola api itu sama sekali tidak mengejar kami. Mereka hanya melayang-layang ( jaraknya dengan kami hanya 3 meter ) seperti mendengarkan percakapan antara ibu dan paman.
Sambil berjalan, aku sesekali menengok kebelakang untuk memastikan bahwa mereka benar-benar tidak mengikuti kami dan memang mereka tidak mengikuti kami. Malahan semakin lama mereka kembali melayang ke tempat mereka muncul pertama kali.
Padahal menurut cerita paman, jika ada orang yang sedang jalan-jalan malam begini dan bertemu dengan lampor. Makhluk itu pasti langsung mengejar dan nggak akan ngelepas orang tersebut sampe orang yang dikejar itu masuk ke tempat yang banyak airnya.
No comments:
Post a Comment