Makhluk jadi-jadian
Tersebutlah di Desa Sendang sedayu hidup keluarga yang kaya raya, ndoro Surya admaja adalah kepala keluarga dalam keluarga itu. Walau seorang yang kaya namun ndoro Surya orangnya sangat ramah kepada siapapun dan selalu menghargai siapapun,
tak peduli petani miskin, atau gembel jalanan. Beliau selalu memandang sama, tak ada istilah derajad dalam hidup beliau. Di dalam rumah pun beliau tidak membeda-bedakan pelayannya dengan keluarganya, ndoro Surya selalu memberikan hak-hak yang semestinya mereka dapatkan, namun walau begitu ndoro Surya juga sangat disiplin, tertib, dan sangat menghargai waktu.
Tegas dan keras. Kehidupan ndoro Surya makin lengkap dengan kehadiran nyi Murti (istrinya) serta Gilang gunandar admaja dan Gendis ginarsih admaja(putra putrinya). Nyi murti sendiri adalah sosok perepuan yang lemah lembut, berparas ayu, serta sangat taat pada suaminya, walau sudah melahirkan 2 anak akan tetapi kecantikannya tetap tidak berubah,
badannyanya tetap terawat dengan bangus, tak satupun nampak kerutan di wajahnya. Semua orang sangat kagum akan kecantikan istri ndoro Surya ini, dari remaja sampai aki-akipun pasti akan terkagum bila memandang wajah ayu nyi Murti, namun siapa sangka di balik kesempurnaanya itu sesungguhnya tersipan suatu rahasia yang mengerikan.
Tahun demi tahun pun berlalu, dalam asuhan ndoro sepuh Salya admaja dan Satiawati admaja, Gilang dan Gendis tumbuh menjadi pemuda dan pemudi yang tangguh, berbudi pekerti yang luhur, taat beribadah dan sangat patuh pada orang tuanya.
Selain itu keduanya juga di bekali ilmu kanuragan dan kebatinan oleh eyangnya. Malam itu di rumah ndoro Surya sedang melangsungkan syukuran atas kelulusan putra kinasihnya Gilang admaja,
yang telah berhasil menyandang gelar Insinyur, selain acara makan bersama malam itu juga di adakan pertunjukan wayang kulit.
Tampak keluarga admaja begitu sumringah menyambut tamu-tamu yang hadir, malam itu Gilang menjadi pusat perhatian, pemuda berwajah tampan, berbadan tegap, serta penuh wibawa,
semua mata melirik padanya, bisik-bisik para gadis sampai ibu-ibu tak lain hanya mengagumi putra ndoro Surya itu. Namun entah kenapa, malam itu nyi Murti begitu gelisah, mukanya terliat pucat. Tampak berulang-ulang nyi Murti membisikan sesuatu pada abdi kepercayaanya(mbok wingit). Sementara acara malam itu semakin seru, karena pertunjukan wayang kulit telah dimulai.
Semua tetamu begitu terhanyut dengan jalan cerita yang di suguhkan oleh dalang. Sesekali mereka tertawa karena sang dalang membuat lelucon, bahkan terkadang membuat sindiran tentang kemelut yang terjadi di negara Garuda yang katanya negara gemah ripah loh jinawi itu.
Malam itu nyi Murti yang sudah kelihatan semakin pucat meminta izin pada suaminya untuk istirahat sejenak di kamar, di temani mbok wingit nyi Murti meninggalkan tempat acara. Detik menit berlalu tak terasa pagi telah menjelang, pertunjukan wayang pun telah berakhir, belum sempat keluarga admaja beristirahat, mereka mendapat laporan dari warga desa,
bahwa salah satu anak gadis di desa itu meninggal dengan cara yang mengenaskan, badannya terbelah, jantung dan hatinya hilang, serta keadaan mayat pucat pasi karena darahnya telah di hisap.
Sontak pagi itu di desa sendang sedayu geger, ndoro Surya sendiri selaku lurah di desa itu langsung menuju tempat keluarga korban. Sementara ndoro sepuh Salya tampak begitu gelisah, entah apa yang ada di benaknya, pagi itu juga ndoro sepuh Salya memanggil kedua cucunya..
Gilang: ada apa gerangan eyang kakung memanggil kami.
Gendis: ada masalah apa eyang, kenapa eyang kakung begitu bermuram durja.
Ndoro Salya: begini cucu-cucuku, ada suatu hal yang ingin eyang ceritakan pada kalian. Dulu buyut kalian adalah seorang yang sangat di segani, karena kemampuannya dalam olah batin, pada waktu itu di desa ini terjadi huru hara karena ulah nyai Permoni, wanita pemuja iblis,
demi kecantikan dan kehidupan abadi, dan buyut kalianlah yang berhasil mengalahkan nyai Permoni, tapi rupa-rupanya ada yang membakitkan nyai permoni dari kematiannya, dan kini nyai permoni mulai menebar teror lagi, eyang yakin kematian gadis itu adalah ulah nyai permoni dan pengikutnya.
Gilang: lantas apa hubungannya kami dengan semua ini eyang.
Ndoro Salya: begini cucu-cucuku, sebagai keturunan langsung dari admaja, maka kalianlah yang mampu membinasakan iblis perempuan itu.
Gendis: tapi eyang, apa yang harus kami lakukan, dan dengan apa kami menghadapi iblis perempuan itu.
Ndoro Salya: angger cah ayu, eyang akan mewariska pusaka peninggalan leluhur kita kepada kalian, dengan pusaka itulah dulu buyut kalian menumbangkan nyai Permoni.
Gilang, terimalah kujang emas ini ngger simpan baik-baik. Dan kamu nduk cah ayu, terimalah konde emas ini, selipkanlah selalu di rambutmu. Eyang juga berpesan padamu Gilang, jaga baik-baik adimu,
karena sebagai satu-satunya keturunan perepuan di keluarga admaja, iblis perepuan itu mengincar adimu, karena darah, jantung dan hati adimulah yang akan menyempurnakan ilmunya. Sekarang pergilah istirahat.
No comments:
Post a Comment