Misteri Rumah Joglo
Kisah Misteri - Cerita saya kali ini, masih terjadi di seputar tempat tinggal saya, yaitu tempat sekolah yang berjarak 1-2km (beda kampung/ kelurahan dengan rumah tempat tinggal saya). Dimana, dari jenjang TK, SD, SMP dan bahkan SMA (meskipun jaraknya lumayan jauh) berada di lingkungan kampung yang sama. TK, SD dan SMP berjajar di satu jalan lurus.
Hanya saja, antara SD dan SMP terdapat Rumah kuno peninggalan Belanda di jaman penjajahan dulu. Rumah joglo inilah yang saya maksud, yang kebetulan saya dengar beberapa cerita misteri seputarnya. Kebetulan, di ujung jalan sekolahan ini, adalah masjid besar yang berdampingan dengan kuburan. Jadi, sewaktu SD, mulai kelas 3 sampai kelas 6, setiap jam Sholat Zduhur saya dan teman sesekolahan pasti melewati Rumah Joglo ini untuk beribadah ke masjid.
Kisah Misteri - Cerita saya kali ini, masih terjadi di seputar tempat tinggal saya, yaitu tempat sekolah yang berjarak 1-2km (beda kampung/ kelurahan dengan rumah tempat tinggal saya). Dimana, dari jenjang TK, SD, SMP dan bahkan SMA (meskipun jaraknya lumayan jauh) berada di lingkungan kampung yang sama. TK, SD dan SMP berjajar di satu jalan lurus.
Hanya saja, antara SD dan SMP terdapat Rumah kuno peninggalan Belanda di jaman penjajahan dulu. Rumah joglo inilah yang saya maksud, yang kebetulan saya dengar beberapa cerita misteri seputarnya. Kebetulan, di ujung jalan sekolahan ini, adalah masjid besar yang berdampingan dengan kuburan. Jadi, sewaktu SD, mulai kelas 3 sampai kelas 6, setiap jam Sholat Zduhur saya dan teman sesekolahan pasti melewati Rumah Joglo ini untuk beribadah ke masjid.
Sedikit gambarannya, tentang rumah joglo supaya lebih panjang cerita saya ( maksudnya supaya bisa dapat sedikit bayangan) hehe. Merupakan Rumah besar yang luasnya kira-kira 500 meteran. Tiang-tiang penyangganya berbentuk pilar besar. Didalamnya terdapat banyak ruang dibagian belakang, dan pendopo luas di bagian depan hingga tengah. Entah sudah berapa lama di biarkan kosong. Sehingga, kami anak-anak SD yang terkadang iseng main disana senang sekali berbicara keras di dalam rumah itu supaya dapat mendengar gemanya. Kondisinya yang tidak terurus, membuatnya tampak suram meskipun megah.
Didepannya, halaman luas dan difungsikan sebagai lapangan volly untuk sekolah SMP dan SD juga kadang menggunakannya meskipun jarang. Pondasinya yang tinggi membuat 8 pintu masuk harus dicapai dengan menaiki anak tangga sekitar 5-8 undakan. Dindingnya berlumut, dan atapnya lapuk. Itu kondisi yang saya ingat sekitar tahun 1997-2001 saat saya SD. Sekarang sih, Rumah Joglonya sudah di pugar dan diganti dengan bangunan Sekolah. SMP, mungkin supaya lebih bermanfaat daripada lahan dan bangunan terlantar. Apalagi SMP itu sekarang muridnya banyak sekali. Dan untuk ceritanya, mari kita simak….
Pertama, terjadi sekian tahun ke belakang. Yang mengalami adalah ibu dari budhe saya yang di Depok, mbah Sunap. Sepertinya dulu pernah saya kirim di cermis, meskipun gatau, cerita yang saya kirim itu larinya kemana. Karena ga pernah terbit hehehe. Dulunya, Rumah Joglo ini aktif sebagai tempat perhelatan acara kemasyarakatan seperti pengajian, pemilihan Lurah, peringatan 17-an, layar tancep, dll.
Pokoknya difungsikan intinya. Entah di tahun berapa, mbah Sunap ini mengikuti pengajian. Peringatan Maulid Nabi atau apa gitu. Acaranya malam hari, di dalam aula rumah joglo. Jaman dahulu, antusiasme masyarakat soal kegiatan kemasyarakatan semacam itu masih tinggi, terlebih kaum muda-mudi yang jaman itu, boro-boro televisi, listrik pun belum masuk desa. Nah, meskipun beda kampung, jaraknya lumayan jauh, beramai-ramai mbah Sunap menghadiri pengajian itu.
Di tengah acara, mbah Sunap yang kelelahan, mengantuk. Mungkin pulas, di iringi dongeng ceramah yang disampaikan pembicara si mbah pun tertidur. Sampai ketika tersadar dari alam mimpinya, mbah Sunap menyadari rombongan pengajian di dalam aula Rumah joglo itu bubar. Berbondong-bondong menuju pintu-pintu keluar.
Si Mbah pun bingung, dan merasa heran, karena pikirnya tidur hanya sebentar koq pengajiannya sudah selasai. Namun tak ambil pusing, mbah Sunap pun ikut sibuk bersiap pulang. Apalagi si mbah tidak melihat lagi rombongan kawan-kawan yang tadi berangkat bersamanya. Takut tertinggal, sambil mencari-cari si mbah buru-buru berjalan menuju arah pulang.
Karena acara pengajian akbar, peserta pengajian yang datang dari kampung berbeda-beda pulang berpencar ke arah kampung masing-masing. Ternyata, mbah Sunap tertinggal beberapa puluh meter dari rombongan yang searah. Tampak dari obor-obor yang mereka bawa jauh di jalan depan. Tak ingin ketinggalan, si Mbah bergegas mempercepat langkahnya untuk segera menyusul. Sendirian.
Yang kemudian terjadi membuat Mbah Sunap gemetaran. Bagaimana tidak, setelah hampir terusul rombongan yang disangka barengannya itu, tiba-tiba menghilang. Hiruk pikuk suara orang jalan kaki ramai-ramai sambil ngobrol pun terhenti. Obor mereka yang tadinya tampak menyala terang juga ikut padam entah kemana. Senyap. Sepi. Gelap. Tinggallah mbah Sunap sendirian lagi. Lebih parah, karena sekarang posisinya di tengah alas. Bukan di jalan kampung, tapi persis di tengah jalan antara kampung saya dan tempat pengajian itu, dimana terdapat bendungan yang di sebut Kedung Pasar.
Sedikit informasi, banyak sudah warga sekitar yang mengalami kejadian misteri di bendungan yang asal mulanya adalah pasar ini. Mulai dari pasar jin yang nampak sangat ramai ketika malam, atau ular besar yang kadang muncul dan melingkar di tengah jalan sehingga jalan itu tak bisa di lewati. Kedung Pasar ini, sebenarnya bagian dari irigasi untuk persawahan.
Kebetulan, disebrang jalan (sebelah kiri jalan) bendungan ini, adalah kali yang cukup besar. Ujungnya merupakan gua tempat orang jaman dahulu bertapa mengolah ilmu kebatinan. Bahkan sampai sekarang. Goa ini juga menghubungkan dengan Kali Siraman, yang konon mata airnya di sumpal dengan kepala ledhek (sinden/ biduan) sebagai tumbal untuk penguasa laut selatan. Tumbal itu dipersembahkan sebagai harga yang harus dibayarkan agar daerah tempat tinggalku tidak ditenggelamkan. Itulah kenapa kedung pasar ini terkenal angker.
Kembali ke cerita, Mbah Sunap pun ketakutan menyadari keadaannya. Tak masuk nalar, yang akhirnya hanya di simpulkan bahwa si mbah ini sedang kena gangguan makhluk halus. Entah mana yang jahil, penghuni Kedung Pasar yang pulang pengajian, atau penghuni Rumah Joglo yang tidak suka tempatnya dijadikan tempat tidur :D Untungnya, di tengah ketakutan dan kebingungannya mbah Sunap masih cukup pintar memutuskan langkah kakinya. Meskipun bimbang ingin melanjutkan jalan arah pulang atau balik ke tempat pengajian, akhirnya dengan cepat si mbah memutuskan pulang. Daripada berlama-lama sendirian di tengah alas, pikirnya.
Esoknya, mbah Sunap ditanya seorang tetangga, kenapa nyelonong pulang saja waktu ceramah pengajian lagi seru-serunya. Dipanggil pun tidak menoleh, sehingga dipikirnya mbah Sunap ini ada urusan sangat penting, atau hanya ingin keluar sebentar ke toilet dan sebagainya. Mbah Sunap pun menceritakan kejadian yang di alaminya, yang membuat kampung heboh membahasnya beberapa hari kemudian. Tenyata si mbah Sunap yang sampai rumah jam 10 malam memang pulang duluan sebelum pengajian bubar. Karena rombongan sekampungnya pulang hampir jam 12 malam sampai rumah. Begitulah mbah Sunap berkisah pada saya.
Yang kedua, kejadian aneh yang mewarnai proses pemugaran Rumah Joglo. Sekitar tahun 2010 ( saya tidak tahu persis, hanya diceritain ponakan soale), rumah joglo ini di rubuhkan. Di ganti dengan bangunan baru yang menjadi bagian sekolah SMP. Ketika pemugaran dan pembangunan itu berlangsung, secara tiba-tiba dua siswa sekolah SMP itu divonis penyakit aneh.
Secara medis, penyakit kanker tulang dan seorang lagi lupa sakitnya apa. Berbulan-bulan dirawat, penyakit dadakan itu tak kunjung sembuh. Dan akhirnya dua siswa tersebut meninggal dunia. Entah ini ada kaitannya dengan pemugaran bangunan rumah joglo atau tidak. Tapi kebanyakan warga meyakini ada hubungan erat antar keduanya.
Yang tak lepas dari kemistikan lagi, salah satu dari 2 siswa yang meninggal itu, adalah anak perempuan yang meninggalnya bertepatan hari Selasa Kliwon atau selasa apa gitu. Beberapa hari keluarga menjaga makamnya. Bertujuan agar tidak ada yang membongkar, karena hari tertentu yang kebetulan itu, seringkali dihubungkan dengan hal mistik. Terutama dengan jimat ataupun pesugihan dan pelet. Namun sayangnya, setelah meninggal pun anak perempuan yang saya sempat mengenalnya ketika dia masih sangat kecil, tetap di timpa kemalangan.
Makamnya benar-benar ada yang membongkar. Dan entah bagian apa dari jasad/ (semoga hanya) kain kafannya diambil. Menurut gosip yang saya dengar, yang diambil adalah jarinya. Dan yang lebih miris, pelaku yang melakukan hal itu tak lain adalah ayahnya sendiri. Ironis, ya..sedih banget saya dengernya. Masa seorang ayah se-tega itu sama (jasad) anak kandungnya sendiri. Semoga tak akan ada lagi yang melakukan hal seperti itu. Aminnn..
No comments:
Post a Comment