Monday, December 16, 2013

Pocong samar-samar di mimpiku



Pocong samar-samar di mimpiku


Note: untuk menjaga privasi orang-orang yang berhubungan dengan cerita ini, namanya saya samarkan saja ya.

"Hooaaammmnnn... Males banget, masih banyak yang harus dipelajari," Saya bergumam, di hadapan saya berserakan buku pelajaran SMP kelas 1 Kelas2 dan kelas 3 , " Damn! Kalo saja gw ga menerima tawaran Pak Tomoe, gw ga harus belajar sampai malam begini."

Yap... Dua hari yang lalu sore-sore saat saya sedang latihan PMR, saya melihat Pak Tomoe melambaikan tangan untuk memanggil  ke ruangan kepala sekolah bersama teman saya, Ami.

Kami berdua diminta tolong oleh Pak Tomoe sang Kepala Sekolah untuk mewakili Sekolah kami di Pemilihan Siswa/Siswi Teladan Tingkat Kota Madya Semarang 2002 yang rencananya akan diikuti oleh 40 Sekolah Negeri dan 23 Sekolah Swasta di Semarang

" Bapak, menaruh harapan banyak kepada kalian berdua. Sudah lama sekolah ini tidak pernah masuk sepuluh besar dalam pemilihan ini. Kalian tidak perlu ngoyo menjadi juara. Masuk peringkat 10 besar saja bapak sudah senang." Kata Pak Tomoe.

Entah kenapa, atau Cuma perasaan saya saja nada bicara dan raut wajah Pak Tomoe tampak berbeda. Seolah-olah ia hendak pergi jauh dan menyampaikan pesan terakhir beliau. Yeah, We could say "No, I wont"  due to the big hope on our shoulders but my feeling just followed what he wanted. Ya sudah lah, tidak tega berkata tidak, akhirnya kami menyepakati keinginan tersebut.

"Kalau Kalian Setuju, silakan besok pagi bertemu dengan Bu Michiru untuk mengurus administrasi dan sebagai imbalannya, jika kalian berhasil masuk ke sepuluh besar maka kalian akan memperoleh sepeda gunung.

Keesokkan harinya, kami berdua menemui bu Michiru, namun lagi-lagi kami merasa aneh. Bu Michiru tampak kaget dari wajahnya seolah-olah dia bertanya, kenapa kami bisa sampai bertemu dengan kepala sekolah namun tidak ia utarakan.

Kembali ke alur awal, malam semakin larut, sudah hampir tengah malam. Segeraku bereskan buku-buku lalu beranjak tidur, mengingat besok ada kebaktian pagi di gereja.

Baru saja saya hendak menarik selimut, tiba-tiba ada sesuatu bergetar di bawah bantal yang membuat saya tersentak. Buru-buru kunyalakan lampu dan melihat ke bawah bantal. Damn! Handphone N3350ku bordering

" Dyr, Dyraa.... tolong Dyr." Ku kenal suara itu. Suara wanita terisak-isak hampir menangis

"Kenapa Ami? Malam-malam telpon sambil nangis begitu."

"Gw barusan diliatin pocong, pocongnya ngintip dari jendela kamar gue, Dyr."

"Ahh jangan bercanda ah. Ga lucu, lagian malam minggu mana ada hantu keluyuran,"

Ada-ada aja, Ami yang ku kenal pinter  dan tidak pernah percaya hal-hal gaib meneleponku malam-malam untuk sesuatu hal yang tidak bisa dinalar dengan akal sehat dan unscientific begitu?

"Udahlah Ami, mungkin Cuma halusinasi loe aja, jangan kecapean belajar,makanya. Senin lusa khan kita harus maju ke Depdiknas buat mewakili sekolah. Kalau kamu sampai sakit bisa bahaya, Mi."

Baru saja telpon kututup, mendadak perut berbunyi, segera saja saya menuju dapur untuk mengambil sesuatu di kulkas.  Karena saklar lampu dapur menyatu dengan lampu ruang keluarga saya sengaja tidak menyalakan lampu takut membangunkan adik saya yang hobi tidur di depan TV.

"......." Nyaris saya tersedak apel yang sedang saya makan. Di depan pintu dapur, dengan sedikit cahaya dari kulkas yang terbuka, saya melihat sosok yang saya kenal betul. Mulut tidak dapat berteriak dan kakipun tidak mau diajak lari.

Pocong itu menatapku, bayangin aja, siapa yang ga ketakutan setengah hidup berhadapan sejajar dengan pocong dengan muka yang sudah mengelupas lapisan dagingnya lalu pocong tersebut melayang mundur dan hilang setelah menembus pintu dapur.

Singkat cerita, Hari yang ditunggupun datang juga. Kami berdua berusaha semampu kami untuk membawa nama baik sekolah di Depdiknas untuk menjadi  Siswa/Siswi Teladan.

Acara tersebut berlangsung lancar , untuk menunggu dewan juri menentukan hasil resminya peserta diperkenankan istitahat dan makan siang. Saya dan Ami memilih makan di kantin belakang gedung dinas

" Tuh kan bener Dyr, loe sih ga percaya. Makanya diapelin sama tuh pocong pas malem minggu ."  Ami memisuhiku sambil memasukkan bakso ke mulutnya.

" tau nih, sial banget. Tapi kenapa kebetulan banget yah abis loe didatengin, gw langsung ditongolin sama tuh pocong."

Ritual makan baksopun kelar, ketika hendak membayar kami melihat Pak Tomoe berdiri di depan toilet yang jaraknya kurang lebih 100 meter dari kantin. Kami berdua serentak memanggil dia, namun anehnya bukannya dia mendekat, tapi Pak Tomoedengan tatapan kosong malah berjalan menuju lorong toilet. Kamipun mengikutinya.

"Lah, ke mana Pak Tomoe, Mi. cepet banget ngilangnya." Ami dan Saya saling berpandangan.

"Hmm.... ssssss, kuoo kuaa" tiba-tiba terdengar suara berat dan aneh terdengar dari arah belakang kami

ASTAGA, TUHAN.. pocong yang sabtu lalu menghampiri kami kini wujudnya persis di hadapan kami dengan wujud yang lebih jelas. Perlahan-lahan ia melayang mendekat, mulut dan kaki kami tidak dapat digerakan sedikitpun.

Kain kafannya masih terlihat baru mukanya terkelupas hingga keliatan tulangnya. pocong tersebut perlahan-lahan mengeluarkan tangannya dan melayang mendekati kami.  Kepanikkan sayapun bertambah ketika saya melihat Ami sudah tidak sadarkan diri. Tidak.. sekarang jarak saya dan pocong itu tinggal satu langkah di depan saya.

Anyir, Amis, Bau daging terkelupas yang bercampur darah mewarnai muka si pocong.. . perut yang baru saja terisi dengan bakso rudal sekejap mual dan ingin memuntahkan kembali apa yang telah dimakan (Untung ga jadi muntah, sayang baksonya) .

tangan si pocong itu memegang kepala saya seolah ingin mencekik. Ketakutan semakin memuncak saya pun berserah diri kepada Tuhan, Jika hidup saya berakhir seperti ini kuserahkan nyawaku kedalam tanganMu, tidak ke tangan pocong ini.

Tunggu... Saya salah sangka, pocong tersebut bukan hendak mencekik, tapi membelai kepala saya... Saya semakin terkejut lagi Ketika saya melihat pergelangan tangannya

" Taa.. Tangan ini.. Tangannya..." Belum selesai saya berucap tiba-tiba saya tak sadarkan diri dan sudah berada di ruang kesehatan bersama Ami dan para petugas Depdiknas.

"Kalian tidak apa-apa? Tadi ibu menemukan kalian pingsan di lorong depan toilet," Kata Bu Michiru

"POCONG Bu! Ada Pocong! " Ami berteriak-teriak

" apa? Ami, jangan berbicara seperti itu dilingkungan DepDiknas begini" hardik bu michiru.

" Ga bu, Ami bener kok. Tadi kami liat pocong. Seram bu," saya berusaha meyakinkan Bu Michiru.

Setelah keadaan tenang, Ami melirik kanan kiri. Ia tidak menemukan orang yang dicarinya

" Bu Michiru, Pak Tomoe kemana ? Kok tidak ada? Tadi kami liat beliau saat makan," tanya Ami

" Loh, kalian tidak tahu? Pak Tomoe khan sedang melakukan ibadah naik haji. Minggu depan baru pulang. Makanya kemarin Jumat ibu agak bingung  mendengar ucapan kalian kalo telah tau mengenai pemilihan ini dari Pak Kepala Sekolah di hari Kamisnya." Ujar bu Michiru, "kan seharusnya beliau masih di Arab sana.

Hah???? Masih ibadah Haji? Lantas siapa dong yang memanggil kami berdua saat kami sedang melakukan latihan PMR ? Lord, It must be silly! I hate Monday but finally I love it, mungkin itu tagline yang pantas untuk menggambarkan kejadian senin itu.

Hate-nya gara-gara kami bertemu dengan Pocong Horror tadi dan Love-nya saya memperoleh gelar Harapan II Siswa Teladan sedangkan Ami  bergelar Harapan I Siswi Teladan 2002 tingkat SMP Semarang. Senang? Ya iyalah.

Pasti! Perjuangan "melalap" tumpukan buku dan persiapan talent show tiap hari tak berakhir sia-sia. Dapat uang pembinaan Depdiknas, serta Sepeda Gunung dari sekolah. Sedapnye!

Sayangnya kebahagian itu tidak berlangsung lama, esok paginya ada kabar duka menyelimuti sekolah kami, Pak Tomoe telah meninggal pada hari Rabu ( sehari sebelum saya dan Ami dipanggil ke ruang kep sek)

karena Terjatuh saat hendak menuruni bus, namun naas kopi panas yang tengah dipegangnya jatuh dan mengenai wajahnya. Beliau meninggal dengan benturan keras di kepala bagian belakang dan lukabakar di wajah.

Ami langsung teriak histeris mendengar berita tersebut sedangkan saya terdiam lemas di bangku ruang BP.

Pikiran saya kembali ke Pocong yang kami temui, pantas saja pergelangan tangan si pocong sama dengan tangan Pak Tomoe, terdapat tanda lahir hitam di pergelangannya, so could it be?

No comments:

Post a Comment