Tanpa Cara Licik, Entrepreneur pun Bisa Sukses!
Perlukah Anda menjadi seorang pribadi yang menjengkelkan dan kurang bersahabat serta berorientasi keuntungan sepanjang waktu saat ingin mencapai kesuksesan sebagai seorang entrepreneur? Pertanyaan ini mungkin pernah muncul di benak Anda. Seperti kita tahu, dunia bisnis adalah ekosistem yang kejam. Dan sebagian orang merasa merasa perlu menggunakan kelicikan sebagai alat untuk berhasil seperti halnya prinsip-prinsip yang digunakan Niccolo Machiavelli dalam dunia politik dan kekuasaan.
Ben Austen dari laman WIRED menyatakan dalam tulisannya bahwa penggunaan kelicikan itu sangat perlu dalam mencapai puncak sukses jika seorang entrepreneur tidak mau menjadi seorang pebisnis yang biasa-biasa saja dan kurang dikenal dan sukses di mata masyarakat. Ia berusaha meyakinkan pembaca dengan memberikan sederet contoh nyata dari perjalanan bisnis alm. Steve Jobs. Diceritakan bahwa di tahun 1975 Jobs pernah bekerjasama dengan Steve Wozniak dalam mengerjakan game Breakout dengan bayaran dari Atari. Wozniak memilih jalan yang lurus dengan mengerjakannya 4 malam berutur-turut tanpa istirahat, sementara Jobs menempuh cara lain yang lebih 'cerdas'. Ia tak bekerja sekeras Wozniak dan ia mengantongi bonus dari Atari karena dianggap telah berhasil mengerjakan sebuah desain yang efisien. Dan masih banyak contoh lain yang menunjukkan bagaimana Jobs menuntut performa terbaik dari tim perusahaannya, dan intinya, memanfaatkan semua pihak di sekitarnya untuk membawa bisnisnya pada kejayaan. Apakah kita perlu mengikuti jejak Jobs yang demikian?
“Tidak!”, demikian sanggahan dari Vinod Khosla. Khosla sang investor legendaris ini dalam tulisannya “Do You Need To Be a Jerk To Be a Successful Entrepreneur?" dalam laman Techcrunch.com Khosla berargumen panjang lebar untuk meyakinkan para entrepreneur di luar sana bahwa kelicikan semacam itu bukanlah sebuah karakteristik yang harus dimiliki oleh entrepreneur jika ingin sukses besar.
Menurut Khosla, yang paling penting bagi entrepreneur ialah bahwa mereka tak perlu mengorbankan kepribadian yang menyenangkan bagi semua orang untuk meraih puncak sukses. “Tak ada model ideal yang harus ditiru dalam menjadi entrepreneur,” ujarnya.
Apa yang lebih penting bukan pribadinya tetapi karakteristik inti dari entrepreneur, lanjut Khosla. Ia kemudian menggarisbawahi sejumlah karakteristik penting yang perlu dimiliki entrepreneur tanpa harus menggunakan strategi dan taktik penuh kecurangan dan ketidakadilan dalam menjalankan bisnis.
No comments:
Post a Comment