Sosok seperti teman ronda
Pukul 11.00 WIB pada malam rabu, Pak Rahmanto, seperti biasa beliau bersiap-siap untuk berangkat ronda. Dengan memakai jaket, celana panjang, dan topi, serta senter keluar dari rumahnya, setelah sebelumnya mengunci pintu.
Lalu beliau pun membunyikan kentongan yang ada di depan rumahnya, sebagai isyarat bagi bapak-bapak yang lain yang mendapat jatah untuk ronda pada malam Rabu, agar segera keluar dari rumah untuk bersama-sama berangkat ke Pos Ronda. Kebetulan ada 2 orang yang berada di jalan yang sama, yang rumahnya tidak jauh dari rumah Pak Rahmanto, yaitu Pak Kardi, dan Pak Kodrato.
Lalu setelah memukul kentongan, beliau pun menunggu sebentar, duduk di teras rumah, untuk mendengarkan isyarat kentongan dari rumah Pak Kardi dan Pak Kodrato. Sekitar 5 menit ditunggu-tunggu, kok tidak ada membalas isyarat kentongan dari Pak Rahmanto. Lalu beliau memutuskan untuk keluar dari halaman, dan duduk di buk depan pagar rumah.
Sebagai gambaran umum, daerah kampung kami termasuk di pinggiran kota, yah masih termasuk dusun, warga di sana bukan semuanya asli dari sana, mereka adalah pendatang yang membeli tanah kemudian membangun rumah di kampong itu, termasuk penulis juga :D . Tetapi memang masih belum ramai seperti saat ini.
Jadi saat itu masih juga lahan yang masih kosong dan banyak pohon-pohon yang rimbun (sekarang pun masih) serta masih banyak tanaman rumpun bambu (kalau sekarang sudah berkurang banyak). Penerangan untuk jalan waktu itu ya berasal dari setiap rumah, yaitu rata-rata menggunakan lampu neon 10 watt.
Oke kembali ke cerita, nah saat sedang duduk di buk. Pak Rahmanto seperti melihat ada sosok seperti Pak Kodrato sedang duduk di buk depan pagar rumah. Memang tidak terlalu jelas, karena memang penerangan kurang , juga karena jarak rumah beliau dengan rumah Pak Kodrato sekitar 30 meteran. Lalu segera Pak Rahmanto berjalan menuju ke rumah Pak Kodrato, tapi sebelumnya, beliau membunyikan kentongan lagi.
Saat akan mendekati ke arah rumah Pak Kodrato, tiba-tiba Pak Kodrato berdiri lalu berjalan menyebrang jalan di depan rumahnya ke arah rumpun bambu yang ada di depan rumah Pak Kodrato, waktu itu memang ada tanah yang masih kosong dan rumpun bambu di depan rumah beliau. Saat itu Pak Rahmanto tidak merasa curiga, karena dipikirnya Pak Kodrato hanya ingin buang air kecil dan malas untuk masuk ke rumah, jadi buang air kecil di lahan tanah yang kosong tersebut.
Lalu sampailah Pak Rahmanto di depan rumah Pak Kodrato, duduk di buk sambil menunggu Pak Kodrato selesai membuang panggilan alam :D . 1 Menit ditunggu, Pak Kodrato tidak muncul-muncul, lalu Pak Rahmanto agak curiga, takut kalau ada apa-apa terhadap beliau.
Sambil menyalakan senternya beliau pun menyusul kea rah tanah kosong, tepatnya ke arah rumpun bambu yang tadinya Pak Rahmanto melihat Pak Kodrato kea rah sana.
"Pakde…pakde…pakde", panggil Pak Rahmanto.
Tapi hampir 1 menitan sambil memeriksa dengan senter disekitar rumpun bambu itu tidak ada jawaban dan melihat sosok Pak Kodrato.
Tiba-tiba terdengar pintu pagar yang sedang digeser/dibuka dari arah rumah Pak Kodrato.
"Pak..Pak Rahmanto ya yang di sana???", panggil seseorang dari arah rumah. Ternyata yang memanggil adalah Pak Kodrato.
"Nggih pakde, saya Rahmanto", jawab Pak Rahmanto, sambil berjalan menyebrang dari arah lahan kosong tersebut.
"Pakde tadi belum keluar ya dari rumah???", Tanya Pak rahmanto.
"Belum, tadi waktu dengar suara kentongan, saya terbangun lalu siap-siap, setelah itu telepon Pak Kardi untuk mengingatkan beliau. Pak Kardi minta tolong diingatkan, makanya saya telepon beliau", jawab Pak Kodrato.
"Ada apa pak???" tanya Pak Kodrato kepada Pak Rahmanto yang sepertinya kebingungan.
"Oh, nggak ada apa-apa pak", jawab Pak Rahmanto. (Dalam hatinya "Lho tadi siapa ya???")
Lalu setelah Pak Kardi keluar, akhirnya bertiga pun berangkat ke Pos Ronda. Setelah petugas ronda berkumpul lengkap, lalu mereka pun berkeliling kampong. Saat itu keliling kampung dilakukan 2 kali, sekali untuk ambil jimpitan beras dari masing-masing rumah warga, dan yang kedua kali berkeliling kampung sekalian pulang ke rumah masing-masing. Saat itu jam untuk ronda mulai dari jam 11 malam sampai jam 04 pagi.
Nah saat keliling yang pertama sudah selesai, dan kembali ke Pos Ronda, baru Pak Rahmanto menceritakan kejadian yang dia alami kepada semua bapak-bapak yang sedang bertugas untuk ronda, tentunya semua pada terkejut, khususnya Pak Kodrato.
Tapi beliau menanggapinya dengan bijak…bagaimana lagi, kalau makhluk gaib nya sudah ada di daerah itu lebih dahulu, apa harus diusir. Prinsip beliau selama tidak mengganggu dalam artian meneror atau menampakkan wujud yang seram, kenapa harus diusik.
Toh selama beliau menempati rumahnya, juga sudah pernah ngalami hal yang aneh-aneh di rumahnya, tapi tidak sampai meneror keluarganya. Mungkin hanya sekedar perkenalan dari penunggu lama. Nyatanya sampai dengan sekarang, dia dan keluarganya di rumah aman-aman saja.
Dan setelah waktu yang sudah ditentukan, akhirnya sekali lagi mereka berkeliling dan pulang ke rumah masing-masing. Dan untunglah tidak ada kejadian aneh saat Pak Kodrato tiba di rumahnya.
No comments:
Post a Comment