Monday, December 16, 2013

Teror telepon misterius



Teror telepon misterius

Aku teringat suatu kisah saat aku kerja di perusahaan mebel Korea. Perusahaan itu memiliki 5 administrasi staff perempuan, dan 2 laki-laki staff bagian umum . Kantor administrasi ada di lantai 2, membentuk huruf L.

Menyatu dengan ruang Direktur Utama. Setiap hari karyawan pabrik pulang jam 16.00 (kecuali bila ada lembur). Dan kami seluruh administrasi dan bagian umum harus pulang jam 16.30.

Seperti hari-hari biasa, kami para administrasi staff membereskan berkas-berkas kerja kami sebelum pulang ke rumah masing-masing. Sambil bercengkrama untuk melepas penat, kami berkumpul sebentar di meja kerjaku yang berada di ujung ruangan.


Di sela-sela pembicaraan kami, tiba-tiba teleponku berbunyi. Kami semua melihat lampu nomer 7 menyala, pertanda extention phone nomer 7 yang berada di meja ibu Ria melakukan panggilan ke extention phoneku. Padahal hari itu ibu Ria tidak masuk kerja.

Kami semua saling berpandangan dan serempak menoleh ke meja ibu Ria yang kosong. Meja ibu Ria berada di sisi ujung yang lain. Aku memberanikan diri untuk menjawab telepon misterius itu melalui speaker phone agar semua dapat mendengarnya.

"Halo.." sapaku memulai dari speaker phone. Awalnya kami hanya mendengar suara yang sangat sunyi dari seberang sana. Tak henti-hentinya mata Jeni dan Santi (rekan kerjaku) memandang meja Ibu Ria sambil menyimak suara dari telepon itu.

Entah sudah berapa lama kami hanya mendengar suara sunyi, sampai akhirnya sayup-sayup kami mendengar suara seorang wanita dari seberang sana "Hhh..hhaaallooo..." suara yang lirih namun mampu membuat kami semua bergidik ketakutan.

Kaki kami seolah terpaku kuat di lantai yang kami pijak. Dengan sisa keberanian aku bertanya "maaf, ini siapa?". Lalu suara di seberang sana menjawab "Niken." Dan setelah itu sambungan telepon terputus. Tanpa dikomando, kami semua langsung lari ketakutan.

Keesokan harinya, rasa penasaran membuatku mencari data administrasi staff dan karyawan pabrik yang ada di gudang personalia (aku bekerja sebagai staff personalia, jadi aku dapat leluasa untuk masuk ke dalam gudang database staff).

Aku sangat ingin tau apakah memang ada staff atau karyawan yang bernama Niken pernah bekerja disini. Ternyata pencarianku tidak sia-sia. Nama Niken memang pernah bekerja sebagai staff gudang beberapa bulan sebelum aku masuk bekerja di pabrik itu.

Niken adalah seorang gadis yang manis dengan rambut ikal sebahu dan pita rambut menghias kepalanya. Namun aku masih penasaran, kenapa telepon misterius itu sempat menyebut nama Niken. Dan ibarat pepatah "rasa penasaran dapat membunuh kucing", begitu pula rasa penasaranku mampu membunuh rasa takut seolah aku sudah lupa ketegangan yang ditimbulkan telepon misterius itu kemarin.

Aku mengamit tangan ibu Ria, seniorku di kantor. Ibu Ria sudah bekerja di pabrik itu 2 tahun sebelum aku masuk ke pabrik. Aku yakin beliau pasti mengetahui tentang Niken. Setengah berbisik aku bertanya kepadanya, "ibu pernah kenal staff bernama Niken gak?".

"Astaga!! hari ini sudah ada 2 orang yang bertanya tentang Niken. emang ada apa sih?" tanya ibu Ria agak jengkel. Karena merasa tidak enak hati, akhirnya aku menceritakan tentang telepon misterius itu.

Ibu Ria tersenyum memandangku dan menjelaskan bahwa dulu memang ada staff gudang bernama Niken. Dia merupakan staff yang tekun dan rajin. Suatu pagi, Niken mengalami kecelakaan saat menuju ke pabrik dan meninggal di tempat kejadian.

Setelah peristiwa naas itu banyak kejadian diluar nalar dialami beberapa staff. Extention phone nomer 7 yang semula memang berada di dalam gudang sering melakukan panggilan ke extention phone staff lain dengan sendirinya.


Dan hanya kesunyian yang terdengar bila telepon itu dijawab. Padahal lokasi gudang berada dalam satu gedung dengan pabrik. Seharusnya terdengar kegiatan dalam pabrik apabila telepon gudang digunakan. Di lain waktu, beberapa karyawan pabrik sempat melihat penampakan sosok perempuan muda yang mirip dengan Niken berjalan mondar-mandir di dalam gudang.


Bahkan staff gudang pengganti bercerita bahwa sering kali saat dia kembali dari istirahat makan siang, dia menemukan bekas bungkus nasi dan air mineral dengan noda lipstik di bibir botol. Padahal staff gudang pengganti saat itu adalah lelaki (dan tidak mungkin dia menggunakan lipstik!). Aku hanya termangu mendengar hal itu semua.

Dua hari menjelang payday biasanya aku lembur untuk menghitung lembur dan membuat laporan. Biasanya aku lembur ditemani bagian keuangan. Tapi hari itu staff keuangan harus ijin setengah hari karena ada keperluan mendadak. Dan sialnya bos-ku kedatangan tamu di hari yang sama. Mau tidak mau aku harus menyelesaikan laporan gaji sendirian.

Aku menghirup kopi yang barusan kubuat tanpa mengalihkan mataku dari komputer. Entah kenapa laporan yang kubuat selalu salah perhitungan. Baru saja aku akan meraih mouse komputer, tiba-tiba teleponku berdering.

Mataku terpaku pada lampu extention phone nomer 7. Oh..Jangan lagi!! Please, Jangan sekarang!! Pikirku panik. Namun semakin aku ingin lari, semakin tubuhku terasa kaku tak dapat digerakkan. Aku melirik ke meja Ibu Ria yang kosong.

Samar-samar kulihat seperti bayangan gadis dengan rambut ikal sebahu dan pita rambut di kepalanya yang tertunduk membelakangiku. "Haruskah kuangkat? Atau aku lari saja dan membiarkan mejaku berantakan?".


Semakin aku berpikir untuk lari, semakin keras bunyi dering telepon itu seolah ditempelkan ke telingaku. Aku harus angkat!! Harus!! "Halo.." jawabku dengan suara bergetar. Mataku masih memandang bayangan di ujung ruangan itu.

Kembali hanya kesunyian yang kudapat. "haloooo.." sapaku lagi. Tiba-tiba aku mendengar bunyi "KREK!!" bersamaan dengan digerakkannya leher perempuan berambut ikal itu. Seperti leher yang patah dia menggerakkan kepalanya berputar menghadapku tanpa membalikkan tubuhnya. Sungguh aku sudah mati rasa menyaksikan itu semua. Kupandang raut wajah kesedihan disana.


Itu memang Niken! Aku masih mengenali wajah itu walaupun ada bercak darah mengering dimana-mana. Dia menggerakkan mulutnya dan secara ajaib kudengar suara yang sama seperti tempo hari menjawab dari extention phone nomer 7, "Hallooo.." jawabnya.


"Ya." kataku seperti kehilangan kata-kata. "Saya ingin minta maaf kepada bos karena saya belum sempat berpamitan. Saya tidak ingin dianggap mangkir dari pekerjaan. Bisakah saya meminta tolong mbak untuk menyampaikan?" kata suara itu memohon.

Aku terdiam beberapa saat. Benar-benar staff yang rajin dan tekun. Bahkan disaat meninggalpun dia masih memikirkan pekerjaan dan tanggung jawabnya kepada atasan. "Akan saya sampaikan. Sekarang kamu dapat beristirahat dengan tenang.


Saya percaya bos akan memakluminya." jawabku pada akhirnya. Kulihat bayangan itu tersenyum samar dan bibirnya bergerak mengucapkan terima kasih sebelum akhirnya menghilang seperti asap. Aku termangu dan tidak dapat meneruskan laporanku hari itu.

Kuputuskan untuk segera pulang setelah membereskan berkas dan mematikan semua lampu ruangan staff. Aku tidak tau apakah sampai saat ini masih ada telepon misterius dari extention phone nomer 7. 


Namun sejak kejadian itu, keadaan gudang sudah tidak seangker sebelumnya.

Dan aku tidak pernah lagi menerima telepon misterius dari extention phone nomer 7

No comments:

Post a Comment