Berdayakan Warga Mengolah Sampah Jadi Kerajinan
Bagi sebagian besar orang, sampah berarti barang tak terpakai yang sudah tidak memiliki nilai ekonomi lagi. Namun tidak demikian dengan Erni Suhaina, pendiri Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Bu Nandang di Cilacap, Jawa Tengah.
Metode pelatihan yang diterapkan Erni adalah dengan membangun mindset entrepreneurship melalui pemanfaatan sampah menjadi barang yang indah dan mendatangkan rupiah. "Slogan kami mengubah sampah menjadi berkah, indah, dan rupiah," ujar ibu tiga putera ini.
Dalam pendidikan kewirausahaan ini, peserta terbagi menjadi beberapa kategori. Pertama, pelatihan umum berbentuk seminar, workshop, dan sosialisasi yang pesertanya tidak terbatas jumlahnya.
Kedua, kursus reguler yang di dalamnya bisa menampung lebih dari 700 peserta. "Warga semua diarahkan untuk menjadi wirausaha," jelasnya.
Menurut Erni, saat ini sudah ada enam kelompok bina usaha (KBU) yang terbentuk dari hasil pendidikan tersebut. Keenam KBU itu memproduksi berbagai produk kerajinan dari sampah. Sebagian besar anggotanya adalah ibu rumah tangga dan para pemuda pengangguran.
Bahan baku produk kerajinan yang mereka gunakan dibagi menjadi dua, yakni berasal dari produk limbah dan non limbah. Khusus produk limbah, bahan bakunya dari limbah plastik, limbah kertas, limbah kaca, hingga limbah elektronik. "Kami merangkainya menjadi berbagai produk, seperti hantaran pernikahan, suvenir, keranjang, dan kotak tisu," jelasnya.
Sementara produk non limbah menggunakan bahan baku yang sifatnya baru atau bukan dari sampah limbah. Namun, pemakaian bahan baku non limbah itu persentasenya kecil. Harga jual produk berbahan bekas sampah itu bervariasi mulai Rp 1.500-Rp 100.000 dan dipasarkan lewat dua unit toko kewirausahaan yang dimiliki LKP Bu Nandang. "Tapi setiap KBU juga punya toko dan pemasarannya sendiri," ujarnya.
Sekarang ini, setiap warga yang terlibat di dalam KBU tersebut rata-rata bisa mengantongi pendapatan rutin sekitar Rp 250.000 hingga Rp 2.000.000 per bulan. Sedangkan omzet penjualan yang diperoleh LKP Bu Nandang sendiri berkisar antara Rp 100 juta hingga Rp 200 juta per bulan.
Erni, perempuan lulusan Sastra Inggris Universitas Padjajaran ini menambahkan, omzet dari bisnis tersebut, ia putar kembali untuk dana operasional pendidikan di masyarakat. Saat ini, LKP Bu Nandang tidak hanya memberikan pelatihan kepada warga Cilacap saja. Tapi juga sudah menyebar dan memberikan pelatihan kepada warga dari daerah lain, seperti Jakarta.
"Kadang mereka yang mendatangi kami di Cilacap, atau kami yang datang berkeliling untuk pameran dan seminar. Tentu dengan dana bantuan dari pihak sponsor," kata Erni yang kini menjadi mitra binaan PT Pertamina ini. (*kontan.co.id)
No comments:
Post a Comment