Tuesday, January 21, 2014

Pahlawan Nasional Tiongkok Qi Jiguang



Pahlawan Nasional Tiongkok Qi Jiguang




Qi Jiguang (戚继光; pinyin: Qī Jìgūang; 12 November 1528-5 Januari 1588) adalah jendral dan pahlawan nasional Tiongkok semasa Dinasti Ming. Dia terkenal karena kepahlawanannya melawan bajak laut Jepang di pesisir timur Tiongkok, juga karena jasanya memperkuat pertahanan Tembok Besar. Lahir di Luqiao, Shandong dari keluarga bertradisi militer, leluhurnya adalah jendral yang turut membantu Zhu Yuanzhang (pendiri Dinasti Ming) dan gugur dalam perang. Setelah Dinasti Ming berdiri, Zhu Yuanzhang menganugerahi keluarga Qi pos komando di Dengzhou (sekarang distrik Penglai).

Ayahnya, Qi Jingtong, adalah seorang pejabat militer yang jujur dan bermartabat, dia mendidik anak-anaknya dengan moral dan disiplin yang ketat. Ketika ayahnya meninggal, Qi Jiguang otomatis mewarisi pos komando Dengzhou, waktu itu ia baru berumur 17 tahun. Dia lalu menikah dengan seorang wanita bermarga Wang yang sangat membantunya mengurus rumah tangga karena waktu itu saudara-saudaranya yang lain masih muda. Selain memperkuat pertahanan laut di daerahnya, dia juga pernah memimpin pasukannya mempertahankan Jizhou, daerah barat daya Beijing dari serbuan suku Mongol sekitar tahun 1548 sampai 1552.

Pada umur 22 tahun, dia pergi ke ibukota dan mengikuti ujian militer kerajaan. Saat itu suku Mongol yang telah terusir dari daratan Tiongkok berusaha merebut kembali kekuasaan, dipimpin oleh Altan Khan mereka menembus perbatasan utara dan mengepung Beijing. Para peserta ujian kemiliteran dikerahkan untuk mempertahankan ibukota. Dalam kesempatan itulah Qi mempertunjukan keberanian dan keahlian militernya yang mengakibatkan mundurnya tentara Mongol kembali ke utara.

Tahun 1553, Qi dipromosikan sebagai asisten komisaris militer regional Shandong untuk menahan serangan bajak laut Jepang. Dia meningkatkan disiplin tentaranya dan memperkuat pertahanan daerah itu. Bajak laut Jepang melihat kuatnya pertahanan di Shandong terpaksa mengalihkan sasarannya ke selatan, mencari sasaran yang lebih lemah.

Musim gugur tahun 1555, pemerintah memindahkan Qi ke Zhejiang dimana bajak laut Jepang bersekongkol dengan para penguasa setempat yang korup menindas rakyat. Bersama dua jendral lainnya, Yu Dayou dan Tan Lun, Qi memenangkan pertempuran di Cengang pada tahun 1558. Selanjutnya, pasukannya juga melancarkan serangan-serangan mematikan terhadap para bajak laut di Taozhu, Haimen, dan Taizhou.

Setelah situasi di Zhejiang diatasi, Qi mulai menyeleksi ulang pasukannya karena menyadari kebobrokan tentara Ming yang rendah disiplin dan semangat tempurnya lemah. Dia lalu mengajukan permohonan pada kaisar untuk merekrut 3000 orang yang akan dilatihnya menjadi tentara yang unggul.

Setelah kekalahan di Zhejiang, bajak laut menderita kerugian 5000an jiwa. Pamor pasukan Qi meningkat baik di kalangan rakyat maupun musuh. Terusir dari Zhejiang, para bajak laut mengalihkan sasarannya ke Fujian dimana lebih dari 10.000 bajak laut membentuk pertahanan di daerah pesisir dari Fu’an di utara hingga ke Zhangzhou di selatan. Juli 1562, Qi memimpin 6000 pasukan elitnya ke Fujian. Dalam waktu dua bulan, mereka menghancurkan tiga sarang bajak laut di Hengyu, Liutian dan Lindun.

Namun tentaranya juga menderita kerugian korban jiwa yang cukup besar karena perang dan wabah penyakit. Setelah gangguan bajak laut di
Fujian teratasi, Qi kembali ke Zhejiang untuk menata ulang pasukannya. Bajak laut Jepang memanfaatkan kesempatan ini untuk menyerang Fujian lagi, kali ini mereka berhasil menduduki Xinghua (sekarang Putian). April 1663, Qi memimpin 10.000 tentaranya ke Fujian dan merebut kembali Xinghua. Setahun kemudian, kemenangan berturut-turut atas bajak laut menandakan masalah di Fujian teratasi. Pertempuran terakhir yang menentukan dengan bajak laut terjadi di pulau Nan’ao, dekat perbatasan Fujian dan Guangdong pada September 1565. Disana Qi bekerjasama lagi dengan rekan lamanya, Yu Dayou menghancurkan sisa-sisa bajak laut Jepang yang bersekongkol dengan bajak laut Tiongkok.

Setelah mengatasi bajak laut Jepang, Qi dipanggil ke Beijing untuk dipindahkan ke utara memperkuat pertahanan Tembok Besar, khususnya di Shanhaiguan dan Juyongguan. Dia membangun menara-menara jaga di sepanjang tembok besar. Setelah dua tahun pembangunan, akhirnya menara-menara jaga selesai dibangun sehingga pertahanan utara semakin kuat. Selama 16 tahun Qi bertugas di pos itu tidak pernah ada seorang Mongolpun berani menerobos perbatasan.

Qi juga ambil bagian dalam pelatihan militer selama sebulan penuh untuk 100.000 tentara selama musim dingin tahun 1572. Buku kemiliteran yang di tulisnya berdasarkan pengalaman-pengalamannya, Catatan Pelatihan Militer menjadi referensi berharga bagi pemimpin-pemimpin militer setelahnya.

Tahun 1583, Qi dipensiunkan dari tugasnya menjaga perbatasan utara dan mendapat tugas menjaga pos tidak penting di Guangdong. Kesehatannya yang memburuk memaksanya mengundurkan diri dan pulang ke kampung halaman. Tahun 1588 pahlawan besar itu akhirnya wafat sehari sebelum tahun baru Imlek.

No comments:

Post a Comment