Kesasar di kebun teh
Salam sejahtera tuk semuanya..
Tya mau membagi cerita lagi nih.
Cerita kali ini dapet dari suami sendiri ketika dia masih muda dan masih touring2 gak jelas bareng temen2 nya.
Hari itu aku dan beberapa anggota Dorib, yah nama gank kami beri nama Dorib ini karna kita semua yang selalu dorib, dorib menurut kita berarti wadul atau bohong *maklum lagi marak bahasa gaul jd so’so’ an gitu, karna kami jika berencana,
banyak teman2 yang suka telat datang atau ada yang tidak ikut maka kami sebut orang itu dengan dorib, hingga akhirnya kami namakan gank kami dorib. Hari itu entah hari apa aku lupa, kami buat acara dadakan, yah sebuah rencana yang keluar dari fikiran kami untuk menghilangkan kejenuhan karna rasa bosan yang melanda.
Kami yang saat itu berkumpul sekitar 10 orang memutuskan untuk pergi kemping di salah satu tempat wisata di perbatasan Subang - Purwakarta yaitu Curug Cipancar atau orang2 sini biasa menyebut Curug Cijalu. Saat itu kami berencana berangkat Ba’da Ashar dengan segala perbekalan siap di tas yg sudah kami siapkan.
Awal perjalanan menuju Cipancar kami menumpangi mobil bak yang akan melintasi daerah tersebut, sesampainya di gerbang desa Cipancar kami berjalan beriringan dengan canda ria. Memasuki kawasan kebun teh yang jalannya masih rawan karna masih tanah dan bebatuan, menanjak dan berkelok-kelok kami mulai berhati- hati karna takut terjatuh,
setengah perjalanan kami mulai merasa lelah hingga kami menjadi 2 kelompok. Setengah dari kami masih semangat dan mulai meninggalkan kami berlima yang duduk di bawah pohon. Belum sampai 10 menit kami dikejutkan oleh salah satu teman kami yang mengajak untuk kembali berjalan, karna 5 teman yang lain telah pergi duluan,
maka kami berinisiatif untuk memotong jalan yaitu dengan menyusuri kebun teh dengan arah menuju curug yang menanjak karna kami yakin akan cepat sampai.
Masuk 1 belokan terdapat jalan 2 arah, karna kami yakin teman-teman yang lain menyusuri jalan yang lurus, karna di arah jalan lurus terdapat jejak kaki. Dia, teman kami yang merasa sangat yakin yang lain menyusuri jalan tersebut semakin bersemangat masuk kesana.
Semakin lama, semakin kami menanjak, semakin terasa lelah yang kami rasakan, waktu yang menandakan akan masuk Magrib aku mulai merasa resah, sekian lama berjalan kami belum menemukan curug yang kami tuju, tapi Dia yang didepan selalu memaksa kami untuk terus berjalan semakin bersemangat, terus ngotot dan meyakinkan jika kami berjalan di jalan yang benar.
Diantara mereka hanya aku yang dapat merasakan hal2 mistis pun mulai merasa curiga dengan teman kami ini. Aku berinisiatif untuk mengajak istirahat dan menanyakan pada yang lain apa mereka merasa ada yang aneh dan menyuruh mereka untuk mengucapkan Istigfar berkali-kali. Teman kami yang didepan pun ikut beristigfar,
keanehan pun terjadi teman kami itu seperti linglung dia menanyakan kami berada dimana dan kenapa masih belum sampai, Aku yang mengerti jika dia ada yang merasuki, segera menyuruh untuk segera turun ( maksudnya turun bukit ) dengan setengah berlari dan tak lupa untuk selalu berdoa.
Setengah jam berlalu, kami masih menyusuri jalan setapak yang telah kami lewati dengan mengikuti tanda yang telah aku buat, sewaktu masuk ke sekitaran kebun teh memang telah aku buat tanda dari sobekan2 kertas yang memang ada di tasku saat itu dan menyimpannya di atas daun2 teh. Hingga sampailah kami di sebuah saung atau gubuk,
kami di kejutkan oleh bapak paruh baya yang memanggil kami lalu menanyakan dari dan hendak kemana, yang langsung aku ceritakan semua yang terjadi. Bapak tersebut hanya manggut saja, dan memberitahu kami jika jalur yang kami lewati tadi adalah jalur menuju gunung sunda dan disana masih banyak siluman dan hewan2 buas lainnya bahkan beliau menuturkan jika memasuki kawasan tersebut tidak akan ada yang selamat.
Mendengar penuturannya kami semua seraya mengucap syukur kepada sang Khalik karna masih bisa selamat dari marabahaya didepan kami. Bapak itu pun menyuruh kami untuk segera meninggalkan tempat itu dengan mengikuti jalan setapak yang beliau tunjukan. sebelum bergegas pergi aku yang merasa aneh terhadap beliau mulai berani menanyakan sedang apa,
langsung mendapatkan jawaban jika beliau sedang beristirahat sehabis membersihkan sawahnya. Mendapat jawaban beliau kami mengangguk dan meninggalkan beliau serta gubuknya. Hingga 100 meter didepan kami dikejutkan oleh anak-anak kecil yang menanyakan nama2 kami, mereka mengaku disuruh rombongan kami yang telah sampai di tempat tujuan dan menyuruh kami mengikuti anak2 tersebut
hingga kami menemukan sebagian kelompok kami, kami semua tertawa senang sedangkan mereka hanya terbengong-bengong setelah mendengarkan cerita kami, dan disitulah aku mulai ingat jika kami berada di hamparan kebun teh, tak ada sawah disekitar sana hingga aku merasakan hawa dingin di sekujur tubuhku dan langsung membaca doa dan beristigfar hingga hilang hawa dingin itu.
Yuptzz.. itulah penggalan kisah suamiku dulu, maaf tak ada penampakan atau hantunya tapi menurut mereka yang mengalami kejadian ini sungguh menyeramkan, lebih menyeramkan dari kisah2 lain yang mereka alami.
Salam sejahtera tuk semuanya..
Tya mau membagi cerita lagi nih.
Cerita kali ini dapet dari suami sendiri ketika dia masih muda dan masih touring2 gak jelas bareng temen2 nya.
Hari itu aku dan beberapa anggota Dorib, yah nama gank kami beri nama Dorib ini karna kita semua yang selalu dorib, dorib menurut kita berarti wadul atau bohong *maklum lagi marak bahasa gaul jd so’so’ an gitu, karna kami jika berencana,
banyak teman2 yang suka telat datang atau ada yang tidak ikut maka kami sebut orang itu dengan dorib, hingga akhirnya kami namakan gank kami dorib. Hari itu entah hari apa aku lupa, kami buat acara dadakan, yah sebuah rencana yang keluar dari fikiran kami untuk menghilangkan kejenuhan karna rasa bosan yang melanda.
Kami yang saat itu berkumpul sekitar 10 orang memutuskan untuk pergi kemping di salah satu tempat wisata di perbatasan Subang - Purwakarta yaitu Curug Cipancar atau orang2 sini biasa menyebut Curug Cijalu. Saat itu kami berencana berangkat Ba’da Ashar dengan segala perbekalan siap di tas yg sudah kami siapkan.
Awal perjalanan menuju Cipancar kami menumpangi mobil bak yang akan melintasi daerah tersebut, sesampainya di gerbang desa Cipancar kami berjalan beriringan dengan canda ria. Memasuki kawasan kebun teh yang jalannya masih rawan karna masih tanah dan bebatuan, menanjak dan berkelok-kelok kami mulai berhati- hati karna takut terjatuh,
setengah perjalanan kami mulai merasa lelah hingga kami menjadi 2 kelompok. Setengah dari kami masih semangat dan mulai meninggalkan kami berlima yang duduk di bawah pohon. Belum sampai 10 menit kami dikejutkan oleh salah satu teman kami yang mengajak untuk kembali berjalan, karna 5 teman yang lain telah pergi duluan,
maka kami berinisiatif untuk memotong jalan yaitu dengan menyusuri kebun teh dengan arah menuju curug yang menanjak karna kami yakin akan cepat sampai.
Masuk 1 belokan terdapat jalan 2 arah, karna kami yakin teman-teman yang lain menyusuri jalan yang lurus, karna di arah jalan lurus terdapat jejak kaki. Dia, teman kami yang merasa sangat yakin yang lain menyusuri jalan tersebut semakin bersemangat masuk kesana.
Semakin lama, semakin kami menanjak, semakin terasa lelah yang kami rasakan, waktu yang menandakan akan masuk Magrib aku mulai merasa resah, sekian lama berjalan kami belum menemukan curug yang kami tuju, tapi Dia yang didepan selalu memaksa kami untuk terus berjalan semakin bersemangat, terus ngotot dan meyakinkan jika kami berjalan di jalan yang benar.
Diantara mereka hanya aku yang dapat merasakan hal2 mistis pun mulai merasa curiga dengan teman kami ini. Aku berinisiatif untuk mengajak istirahat dan menanyakan pada yang lain apa mereka merasa ada yang aneh dan menyuruh mereka untuk mengucapkan Istigfar berkali-kali. Teman kami yang didepan pun ikut beristigfar,
keanehan pun terjadi teman kami itu seperti linglung dia menanyakan kami berada dimana dan kenapa masih belum sampai, Aku yang mengerti jika dia ada yang merasuki, segera menyuruh untuk segera turun ( maksudnya turun bukit ) dengan setengah berlari dan tak lupa untuk selalu berdoa.
Setengah jam berlalu, kami masih menyusuri jalan setapak yang telah kami lewati dengan mengikuti tanda yang telah aku buat, sewaktu masuk ke sekitaran kebun teh memang telah aku buat tanda dari sobekan2 kertas yang memang ada di tasku saat itu dan menyimpannya di atas daun2 teh. Hingga sampailah kami di sebuah saung atau gubuk,
kami di kejutkan oleh bapak paruh baya yang memanggil kami lalu menanyakan dari dan hendak kemana, yang langsung aku ceritakan semua yang terjadi. Bapak tersebut hanya manggut saja, dan memberitahu kami jika jalur yang kami lewati tadi adalah jalur menuju gunung sunda dan disana masih banyak siluman dan hewan2 buas lainnya bahkan beliau menuturkan jika memasuki kawasan tersebut tidak akan ada yang selamat.
Mendengar penuturannya kami semua seraya mengucap syukur kepada sang Khalik karna masih bisa selamat dari marabahaya didepan kami. Bapak itu pun menyuruh kami untuk segera meninggalkan tempat itu dengan mengikuti jalan setapak yang beliau tunjukan. sebelum bergegas pergi aku yang merasa aneh terhadap beliau mulai berani menanyakan sedang apa,
langsung mendapatkan jawaban jika beliau sedang beristirahat sehabis membersihkan sawahnya. Mendapat jawaban beliau kami mengangguk dan meninggalkan beliau serta gubuknya. Hingga 100 meter didepan kami dikejutkan oleh anak-anak kecil yang menanyakan nama2 kami, mereka mengaku disuruh rombongan kami yang telah sampai di tempat tujuan dan menyuruh kami mengikuti anak2 tersebut
hingga kami menemukan sebagian kelompok kami, kami semua tertawa senang sedangkan mereka hanya terbengong-bengong setelah mendengarkan cerita kami, dan disitulah aku mulai ingat jika kami berada di hamparan kebun teh, tak ada sawah disekitar sana hingga aku merasakan hawa dingin di sekujur tubuhku dan langsung membaca doa dan beristigfar hingga hilang hawa dingin itu.
Yuptzz.. itulah penggalan kisah suamiku dulu, maaf tak ada penampakan atau hantunya tapi menurut mereka yang mengalami kejadian ini sungguh menyeramkan, lebih menyeramkan dari kisah2 lain yang mereka alami.
No comments:
Post a Comment