Tuesday, August 2, 2016

Nasib Tragis Selir Raja Jawa di Tangan Putra Mahkota



Nasib Tragis Selir Raja Jawa di Tangan Putra Mahkota

Kisah Raja Jawa dan selirnya juga tidak lepas dari tragedi. Amangkurat I, Raja Mataram yang memerintah Keraton Plered pada 1646-1677, adalah salah satu raja yang mempunyai cerita tragis dengan beberapa selirnya.

"Dia pernah bermimpi menemukan perempuan di daerah timur dekat sumber air," ujar Sri Margana, sejarawan Universitas Gadjah Mada (UGM), kepada Liputan6.com, baru-baru ini.

Setelah bangun dari tidur, ia mengutus bawahannya untuk menemukan perempuan seperti dalam mimpi. Kedua utusannya berjalan ke arah timur hingga menemukan sebuah telaga. Keduanya menemukan seorang anak perempuan bernama Roro Oyi dan segera membawanya menemui sang raja.

Ketika Amangkurat I bertemu dengan Roro Oyi, putra dari Sultan Agung itu mengetahui bahwa perempuan itu belum akil balig. Ia lalu menyuruh utusannya untuk merawat dan menjaga anak tersebut sampai mendapatkan menstruasi pertama. Setelah dewasa, barulah Roro Oyi menjadi selir Amangkurat I.

Margana menuturkan, persoalan muncul ketika putra dari Amangkurat I, Raden Mas Rahmat, yang bergelar Adipati Anom melihat Roro Oyi sedang membatik. Ia jatuh cinta terhadap perempuan itu. Bawahan sang ayah pun memberi tahu kalau perempuan itu adalah selir ayahnya.

"Sudah dilarang oleh bawahannya yang mengatakan itu kepunyaan ayah, jangan macam-macam," ucap Margana.

Adipati Anom tidak kehabisan akal. Ia menemui ayah dari ibunya, Pangeran Pekik dari Surabaya. Atas bantuan dari Pangeran Pekik, ia pun menikahi Roro Oyi. Mengetahui perbuatan anaknya, Amangkurat murka. Dia memanggil Pangeran Pekik, Adipati Anom, dan Roro Oyi.

"Amangkurat mengancam Adipati Anom. Dia menyuruh anaknya memilih takhta atau Roro Oyi. Jika ia memilih takhta, maka harus membunuh Roro Oyi di tempat," kata Margana.

Adipati Anom ternyata memilih takhta daripada cinta. Ia pun membunuh Roro Oyi dengan cara menikam dengan keris di hadapan ayahandanya. Pangeran Pekik pun tak luput dari hukuman. Ia digantung di tengah Alun-alun Plered.


Begini Cara Calon Selir Pikat Raja-Raja Jawa



Begini Cara Calon Selir Pikat Raja-Raja Jawa

 Selir lazim ditemui dalam kebudayaan raja Jawa. Banyak cara dilakukan para raja untuk memperoleh selir, mulai dari khusus mencari sampai bertemu tidak sengaja.

Sejarawan Universitas Gadjah Mada (UGM) Sri Margana menuturkan penelitian tentang selir Kerajaan Mataram baru dilakukan di Kasunanan Surakarta. Sedangkan dinamika selir di Kasultanan Ngayogyakarta belum pernah diangkat.

Penelitian yang dimaksud merupakan hasil disertasi almarhumah Profesor Darsiti Suratman, menantu tokoh pendidikan Ki Hadjar Dewantara.

"Tetapi kalau melihat polanya, ada kemungkinan cara mendapatkan selirnya serupa," ujar Sri, kepada Liputan6.com, baru-baru ini.

Ia menuturkan fenomena selir muncul seiring dengan kepercayaan masyarakat mengenai pentingnya status bangsawan yang diturunkan lewat darah. Akibatnya, tidak sedikit orangtua pada masa itu yang sengaja mengirimkan anaknya ke istana untuk dijadikan selir raja.

Biasanya penawaran sebagai selir diimplementasikan dengan menjadi penari bedoyo. "Di Surakarta biasanya berasal dari putri abdi dalem yang dikirim ke Keraton," ucap dia.

Menjadi penari bedoyo berarti memiliki kesempatan untuk mempertontonkan aksinya di hadapan para pangeran, bangsawan, serta raja. Kalau raja menghendaki, perempuan itu bisa menjadi priyantun dalem atau kekasih raja.

"Priyantun dalem ini belum jadi selir. Kalau raja suka bisa diangkat jadi selir," tutur Margana.


Menurut dia, banyak pula abdi dalem di pesisir yang sengaja mengirimkan anaknya ke raja untuk dijadikan priyantun dalem. Artinya, tidak harus dinikahi dan apabila menghasilkan keturunan, keluarga berarti memiliki garis darah biru.