Saturday, January 4, 2014

Pemimpin Pemberontak Anti-Yuan



Pemimpin Pemberontak Anti-Yuan


Chen YouliangChen Youliang (Hanzi: 陈友谅, 1320-1363) adalah seorang pemimpin pemberontak anti-Yuan yang terkenal pada tahun-tahun terakhir Dinasti Yuan. Dinasti Yuan (Hanzi: 元朝, hanyu pinyin: yuan chao) (1271 - 1368) adalah satu dari dua dinasti asing di Cina (yang lainnya adalah dinasti Qing). Dinasti asing berarti dinasti yang bukan didirikan oleh orang Han karena di zaman dulu, Han adalah satu-satunya yang dianggap mewakili entitas China. Dinasti ini didirikan oleh Kublai Khan, cucu dari Jenghiz Khan yang mendirikan kekaisaran terbesar dalam sejarah dunia. Walaupun Kublai Khan secara de-facto adalah pendiri Dinasti Yuan, namun ia menempatkan kakeknya, Jenghiz Khan sebagai kaisar pertama Dinasti Yuan.

Chen lahir di Mianyang, Provinsi Hubei dari keluarga nelayan. Mulanya ia bermarga Xie, namun belakangan ia mengganti marganya menjadi Chen. Pada masa muda ia pernah bekerja sebagai pejabat distrik. Ketika meletus Pemberontakan Serban Merah melawan bangsa Mongol, ia bergabung dengan pasukan pemberontak itu dibawah komando Ni Wenjun. Pada bulan September 1357, ia membunuh Ni karena Ni bermaksud membunuh pemimpin mereka Xu Shouhui. Setelah peristiwa itu kariernya semakin menanjak, bersama pasukannya ia berhasil menaklukkan Jiangxi, Anhui, dan Fujian. Setelah itu ia menjadikan Jiangzhou (sekarang Jiujiang, provinsi Jiangxi) sebagai basis kekuatannya. Setelah angkatan perangnya merebut Taiping (sekarang Datu, provinsi Anhui) dan Caishi (sekarang kota Ma’anshan di wilayah timur Sungai Yangtze), Chen membunuh Xu Shouhui di Caishi. Kemudian ia mengangkat dirinya sebagai kaisar Dayi dan menamakan kerajaannya Dinasti Han.

Kini pasukannya selain harus menghadapi pasukan Yuan, juga harus menghadapi pasukan anti-Yuan lainnya yang menjadi rivalnya, terutama pasukan yang dipimpin oleh Zhu Yuanzhang. Pada masa itu pasukan Chen unggul dalam angkatan lautnya, ia memiliki kapal-kapal perang yang hebat dan jenderal-jenderal yang piawai dalam pertempuran di air, namun sifatnya yang tidak bisa dipercaya menimbulkan rasa tidak senang di antara para bawahannya sehingga kekuatannya mulai merosot. Pada tahun 1360, pasukannya mengalami kekalahan besar dari Zhu Yuanzhang dalam sebuah pertempuran di Nanjing. Dalam pertempuran ini Chen kehilangan banyak sekali prajurit dan kapal perangnya sehingga ia terpaksa melarikan diri ke markas besarnya di Jiangzhou. Tahun berikutnya Zhu menyerang dan menduduki Jiangzhou sehingga Chen harus melarikan diri lagi, kali ini ke Wuchang.

Sejak itu Chen makin terpuruk, rakyat semakin tidak mendukungnya dan bawahannya banyak yang membelot. Pada tahun 1363, ia kembali berhadapan dengan Zhu Yuanzhang dalam sebuah pertempuran yang paling menentukan yaitu Pertempuran Danau Poyang di dekat Nanchang. Zhu menyerang pasukannya dengan api sehingga menghancurkan hampir seluruh pasukannya. Ketika Chen keluar dari kabinnya untuk melihat keadaan, sebuah anak panah meluncur tepat mengenai kepalanya sehingga membuatnya tewas seketika. Setelah kematiannya, saudaranya, Chen Dingbian, mengangkat putranya, Chen Li sebagai penerusnya, namun tahun berikutnya Chen Li menyerah pada Zhu Yuanzhang.

Dalam budaya populer Chen Youliang dalam novel silat karya Jin Yong yang berjudul Heaven Sword and Dragon Sabre (倚天屠龙记, di Indonesia lebih dikenal dengan judul Golok Pembunuh Naga), Chen Youliang muncul sebagai tokoh antagonis, seorang pengkhianat dari partai pengemis yang suka menghasut.

Zhang ShichengZhang Shicheng (Hanzi: 张士诚, 1321-1367) adalah seorang pemimpin pemberontakan anti-Yuan pada akhir Dinasti Yuan di Tiongkok. Ia dilahirkan di Baijuchang, Taizhou (sekarang kabupaten Dafeng, Jiangsu) dari keluarga pedagang garam. Nama kecil/ panggilannya adalah Jiusi (九四). Tahun 1353, karena tidak tahan dengan tekanan yang berlebihan dari kebijakan pemerintah atas garam, Zhang mengangkat senjata dan memberontak terhadap pemerintah. Bersamanya turut pula adik-adiknya Zhang Shiyi, Zhang Shide, Zhang Shixin, dan seorang bandar garam bernama Li Bosheng. Dalam waktu singkat pasukan pemberontak itu telah menduduki Taizhou, Xinghua, Gaoyou dan beberapa kota penting di utara Sungai Changjiang.

Tahun berikutnya ia memproklamirkan dirinya
sebagai Raja Cheng dan menamakan dinastinya Dinasti Zhou (bedakan dengan Dinasti Zhou yang menguasai Tiongkok abad ke-12 hingga abad ke-3 SM). Tahun 1355, Zhang terus melebarkan pengaruhnya ke selatan. Ia berhasil mencaplok Pingjianglu (sekarang Suzhou) dan mengubah namanya menjadi Longpingfu. Tahun 1357, pemerintah Yuan mengirim pasukan kerajaan untuk menumpas pemberontakan itu. Digempur bertubi-tubi oleh Fang Guozhen yang diutus oleh pemerintah, Zhang memilih menyerah. Atas penyerahan dirinya pemerintah memberinya jabatan sebagai komandan militer.

Saat itu pemberontakan terhadap rezim Yuan, Mongol sedang marak-maraknya. Zhang memanfaatkan kesempatan saat para pemimpin anti-Yuan lainnya, seperti Zhu Yuanzhang dan Chen Youliang, sedang bertikai dan jabatan yang diperolehnya untuk diam-diam membangun kembali kekuatannya. Ia menyebarkan pengaruhnya di wilayah Xuzhou hingga Shaoxing di selatan, ia juga melakukan kontak rahasia dengan kelompok-kelompok separatis. Kekuatan pasukannya terus bertumbuh hingga mencapai seratus ribu orang, selain itu juga didukung oleh logistik yang memadai. Tahun 1363, Zhang mengirim jenderalnya, Lu Zhen menyerang pasukan pemberontak sorban merah di Anfeng. Pemimpin pemberontak itu, Han Lin’er dan Liu Futong melarikan diri dan bergabung dengan Zhu Yuanzhang. Bulan September tahun itu juga, Zhang kembali memberontak terhadap Dinasti Yuan. Ia mengangkat dirinya sebagai Raja Wu dan adiknya, Zhang Shixin, sebagai perdana menterinya.

Kini lawan Zhang, bukan hanya Dinasti Yuan, tapi juga Zhu Yuanzhang, mereka berkali-kali terlibat pertempuran. Dalam menghadapi Zhang, Zhu memakai siasat menduduki kota-kota pentingnya satu-persatu untuk melemahkan kekuatannya sambil berkonsentrasi menghadapi lawannya yang lebih kuat, Chen Youliang. Zhang yang sombong dan hidung belang, memandang enteng hal ini, dia berpangku tangan saja ketika Zhu mengalahkan Chen Youliang di Yingtian (sekarang Nanjing), tidak sadar bahaya makin mendekat. Setelah menghancurkan Chen Youliang (1363) barulah Zhu mulai memusatkan perhatiannya pada Zhang. Tahun 1366 Zhu memulai penyerangan besarnya pada Zhang. Tahun 1367, markas besar Zhang di Pingjiang, Suzhou dikepung rapat-rapat oleh pasukan Zhu. Setelah sembilan bulan dikepung, tembok kota itu akhirnya berhasil dijebol. Zhang diringkus oleh Chang Yuchun, jenderal bawahan Zhu Yuanzhang, lalu digiring dengan kereta tahanan ke Yingtian dimana ia gantung diri karena malu.

Makam Zhang Shicheng di kota Xietang, Suzhou masih berdiri hingga kini. Setelah kematiannya, kenangan terhadap dirinya masih membekas dalam hati penduduk Suzhou. Setiap tanggal 30 Juli (ulang tahun Zhang), penduduk lokal memperingatinya dengan menggantungkan naga-nagaan dari jerami di pintu rumah mereka dan membakar 94 batang dupa sesuai nama kecil Zhang (九四, Jiusi yang artinya 94). Perayaan ini terus berlangsung hingga berdirinya pemerintahan komunis Republik Rakyat Cina.


No comments:

Post a Comment