Tokoh Perancang Deklarasi HAM
Marie-Joseph Paul Yves Roch Gilbert du Motier, marquis de la Fayette (6 September 1757–20 Mei 1834), adalah seorang bangsawan Prancis pada satu ketika, dan perwira militer yang terlibat dalam Revolusi Amerika dan Revolusi Perancis.
Perang Revolusi Amerika (1775–1783)—juga dikenal sebagai Perang Kemerdekaan Amerika—adalah sebuah perang yang terjadi antara Britania Raya dan para pendukung revolusi dari 13 koloni Britania di Amerika Utara. Ke-13 koloni itu adalah koloni New Hampshire, koloni Massachusetts, koloni Rhode Island, koloni Connecticut, koloni New York, koloni New Jersey, koloni Pennsylvania, koloni Delaware, koloni Maryland, koloni Virginia, koloni North Carolina, koloni South Carolina, dan koloni Georgia. Perang yang kemudian meluas ke luar Amerika Utara Britania (British North America) ini berakhir dengan dihapuskannya kekuasaan Britania terhadap ketiga belas koloni tersebut dan dibentuknya negara Amerika Serikat.
Ia berdinas dalam Perang Kemerdekaan Amerika Serikat sebagai jenderal dan diplomat, bertugas tanpa dibayar dalam kedua peran itu, dan ia diingat karena dialah yang merancang Deklarasi HAM, yang kelak akan diadopsi oleh Assemblée nationale constituante pada 26 Agustus 1789.
Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia (Bahasa Inggris: Universal Declaration of Human Rights ; singkatan: UDHR) adalah sebuah pernyataan yang bersifat anjuran yang diadopsi oleh Majelis Umum Persatuan Bangsa-Bangsa (A/RES/217, 10 Desember 1948 di Palais de Chaillot, Paris). Pernyataan ini terdiri atas 30 pasal yang menggarisbesarkan pandangan Majelis Umum PBB tentang jaminan hak-hak asasi manusia (HAM) kepada semua orang. Eleanor Roosevelt, ketua wanita pertama Komisi HAM (Bahasa Inggris: Commission on Human Rights; singkatan: CHR) yang menyusun deklarasi ini, mengatakan, "Ini bukanlah sebuah perjanjian... [Di masa depan] ini mungkin akan menjadi Magna Carta internasional..."[
Revolusi Perancis adalah masa dalam sejarah Perancis antara tahun 1789 dan 1799 di mana para demokrat dan pendukung republikanisme menjatuhkan monarki absolut di Perancis dan memaksa Gereja Katolik Roma menjalani restrukturisasi yang radikal.
Meski Perancis
kemudian akan berganti sistem antara republik, kekaisaran, dan monarki selama 1 bulan setelah Republik Pertama Perancis jatuh dalam kudeta yang dilakukan oleh Napoleon Bonaparte, revolusi ini dengan jelas mengakhiri ancien régime (bahasa Indonesia: Rezim Lama; merujuk kepada kekuasaan dinasti seperti Valois dan Bourbon) dan menjadi lebih penting daripada revolusi-revolusi berikutnya yang terjadi di Perancis.
Didakwa oleh Marat atas pertanggungjawaban pada "Pembantaian Champ de Mars", sehingga kemudian ia kehilangan peran utamanya dalam revolusi itu. Pada 19 Agustus 1792, Partai Jacobin memegang kendali Paris dan Majelis Nasional, memerintahkan penahanan Lafayette. Ia melarikan diri dari Perancis dan ditahan oleh pasukan Austria di Belgia. Kemudian, ia menghabiskan waktu 5 tahun di berbagai penjara di Austria dan Prusia. Ia dibebaskan pada tahun 1797; namun, Napoleon Bonaparte kelak takkan mengizinkannya kembali ke negerinya selama beberapa taun. Ia terus aktif dalam kancah perpolitikan Perancis dan Eropa hingga kematiannya pada 1834.
No comments:
Post a Comment