Berkat Parket, Laba Semakin Lengket
Membuka usaha jasa rata-rata kebutuhan modalnya tidak besar. Seperti bisnis jasa pemasangan dan penjualan parket kayu. Meski untung tipis, namun karena modal mini dan tarif cukup tinggi, maka balik modal tidak butuh waktu lama.
Untuk memiliki lantai berbahan kayu ini, biasanya para pemilik hunian memanfaatkan jasa pemasangan dan penjualan parket (parquet). Parket merupakan istilah untuk menyebut proses menyusun potongan-potongan kayu untuk dijadikan pelapis lantai ruangan.
Ada beragam tipe parket: solid wood, engineering parquet, dan laminate parquet. Solid wood merupakan parket yang dibuat dari potongan kayu yang hanya terdiri dari satu jenis kayu. Kayu yang dimanfaatkan antara lain kayu jati, sonokeling, merbau, dan oak. Engineering parquet merupakan parket yang terbuat dari kayu lapisan. Biasanya pada bagian atas terdapat lapisan tipis dan pada bagian bawah berupa jenis multiplek atau kayu lapis.
Adapun laminate parquet merupakan parket yang berbahan dari serbuk kayu atau potongan-potongan kayu berkualitas yang kemudian digiling menjadi serbuk. Setelah menjadi serbuk, proses berikutnya adalah di-press menjadi lembaran papan yang selanjutnya disebut High Density Fiber (HDF). Kayu HDF ini kemudian ditempelkan dengan plastik yang bermotif kayu kemudian dilaminating kembali dengan mesin press.
Menurut penjual dan pemasang parket, baik kayu solid maupun laminate parquet sama-sama disukai konsumen. “Klien yang berkantong tebal pasti milih memakai solid wood. Tapi, kalau kantongnya tipis biasanya memilih laminate parquet,” kata Rudy Gunawan, pemilik Timur Jaya Flooring di Sidoarjo, Jawa Timur.
Rudy bilang, sejak tiga tahun hingga lima tahun terakhir, penggunaan bahan kayu sebagai lantai memang semakin ngetren. Ini juga membuat banyak pemain di bisnis ini menjamur. “Persaingan semakin ketat sekarang, banyak pemain yang membanting harga,” jelas Rudy yang sudah memulai bisnis ini sejak tahun 2006 silam.
Keuntungan 20%
Manisnya bisnis ini juga membuat Dadang Sebastian tertarik menjajal bisnis ini sejak dua tahun silam. Pemilik Kios Parquet di Bandung ini mengakui potensi bisnis ini semakin besar. Ini didukung dengan tren konsep hunian yang back to nature. “Pasarnya juga semakin luas,” katanya.
Segmen pasar bisnis ini antara lain hotel, perkantoran, restoran, perumahan, dan apartemen. Klien Dadang antara lain Apartemen Central Park Jakarta, Apartemen Essence Darmawangsa, Hotel Sabang Bandung, Padma Hotel Bandung, Bank Indonesia Solo, dan Universitas Padjajaran.
Sementara itu, klien-klien yang pernah ditangani Timur Jaya Flooring antara lain PT Jawa Pos (Gedung DBL), PT Semen Gresik, PT Angkasapura I (Bandara Juanda Surabaya), Hotel JW Mariott Surabaya, Hotel Sommerset Surabaya, Hotel Bali Madiun, Apartement Metropolis Surabaya, Apartement Aston, dan Twin Tower Surabaya.
Meski terbilang baru dalam bisnis ini, namun omzet yang diperoleh Dadang cukup besar. Setiap bulan, dia bisa mengantongi omzet antara Rp 100 juta hingga Rp 150 juta.
Sementara itu, Rudy yang lebih banyak melayani pemasangan laminate parquet setiap bulan juga bisa mengantongi omzet di kisaran Rp 80 juta hingga Rp 100 juta. Keuntungan bersih yang didapat sekitar 20%. “Sebulan bisa ada orderan lima hingga tujuh klien,” katanya.
• Pilih bahan baku
Anda tertarik untuk menjajal usaha ini? Ada hal yang harus dipertimbangkan masak-masak yaitu seputar bahan baku parket. Menurut Dadang, sekarang untuk mendapatkan bahan baku parket berupa kayu solid semakin sulit. Sebab, ketersediaan bahan baku kayu sangat terbatas. “Biasanya saya mengambil kayu dari daerah Jawa Tengah. Di sana, kayu akan diolah membentuk potongan-potongan yang diproses sehingga layak untuk lantai,” jelasnya.
Dadang bilang, untuk mengantisipasi sulitnya mendapatkan parket kayu solid lokal, bisa saja Anda membeli dari importir. Sebab, parket jenis ini ada juga yang diimpor dari China. “Bila memang kesulitan, bisa saja menghubungi saya atau distributor lain,” jelasnya.
Nah, bila ingin mendapatkan order dengan cepat, sebaiknya Anda menawarkan laminate parquet. Parket jenis ini cenderung lebih mudah ditemukan, sebab pemasoknya cukup banyak ditemui. Merek lantai jenis yang banyak ditemui di pasar antara lain Kendall, JU Top, Power Deko, Miko Dekor, Konig, Classen, Hornitek, Kendo, Anderson, dan Kris Floor.
Rudy bilang, produk-produk laminate parquet umumnya merupakan impor dari China. “Sebaiknya kalau belanja parket impor itu jauh hari sebelum lebaran atau liburan tahun baru,” katanya. Sebab, biasanya jika membeli menjelang momen tersebut, harga akan lebih mahal. Maklum, barang yang datang semasa lebaran dan tahun baru harus menginap di gudang karena hari libur. Artinya, ada biaya sewa. Jadi untuk mengantisipasi hal tersebut, sebaiknya sediakan stok barang yang diminati pasar.
Menurut Rudy, laminate parquet sangat disukai klien untuk pemasangan hunian pribadi. Selain harganya lebih murah, pemasangan pun bisa lebih cepat ketimbang lantai kayu solid. Untuk harga produk plus jasa pemasangannya, Rudy menawarkan harga Rp 165.000 per meter persegi (m²) hingga
Rp 255.000 per m².
Sedangkan Dadang menawarkan harga mulai Rp 135.000 hingga Rp 500.000 per m². Tarif yang dia kenakan sangat tergantung pada jenis kayu yang dipesan oleh klien. Paling mahal memang kayu jati solid.
Pemasangan laminate parquet biasanya tidak dikenakan batasan minimal order. Namun untuk pembelian dan pemasangan kayu solid biasanya
dibatasi minimal order sekitar 20 m². Untuk jangka waktu pemasangan, biasanya lantai kayu solid lebih memakan waktu yakni bisa sampai satu minggu. Sedangkan pemasangan laminate parquet paling hanya dua hari atau tiga hari selesai.
• Keahlian dan kebutuhan karyawan
Rudy bilang, untuk memulai bisnis ini kuncinya adalah keahlian, baik di bidang parket maupun pemasaran. “Karena tidak mudah untuk mendapatkan klien kalau kita tidak berpengalaman,” katanya. Bagi pemula, untuk memperkenalkan jasa yang ditawarkan bisa melalui pintu ke pintu. Selain itu
juga harus didukung oleh
promosi di internet.
Nah, kalau ingin mudah mendapatkan klien sebaiknya Anda memang memiliki pengalaman bekerja di perusahaan sejenis didukung dengan semangat belajar otodidak. Tujuannya, untuk mengasah kemampuan dan menggali informasi. “Kalau sudah ada pengalaman di perusahaan lain, tidak akan sulit mencari klien,” kata Rudy yang sebelumnya bekerja selama setahun di perusahaan serupa.
Selain memudahkan mencari klien, jika Anda yang tidak tahu mengenai seluk beluk parket, bekerja di perusahaan lain terlebih dulu akan ada banyak peluang untuk mempelajarinya. Informasi yang perlu Anda gali antara lain mengenai teknik pemasangan, jenis kayu, jaringan pemasok bahan baku, jaringan pemasaran, dan jaringan tenaga kerja.
Menurut Rudy, bila sudah mempunyai modal tersebut, khususnya soal teknik pemasangan, Anda bisa mulai terjun ke usaha ini. Yang terpenting Anda harus merekrut minimal dua tukang yang sudah berpengalaman di bidang ini. “Kalau ada proyek banyak, kita bisa merekrut tenaga lepas,” kata Rudy. Para tenaga lepas ini tidak perlu berpengalaman khusus di bidang pemasangan parket. Yang penting, memiliki pengalaman sebagai tukang. Tenaga lepas ini paling tidak membutuhkan lima orang yang dibayar secara harian sekitar Rp 70.000 hingga Rp 75.000.
• Modal usaha
Bila keahlian di berbagai bidang parket sudah di genggaman, Anda bisa mulai usaha ini. Soal modal finansial, menurut Rudy, sebenarnya tidak besar. Barang inventaris yang harus dimiliki antara lain aneka alat pertukangan, mesin pemotong kayu, dan mesin press lantai. Baik mesin pemotong maupun mesin press bisa dibeli seharga masing-masing Rp 1 juta - Rp 2 juta per unit. Nah, untuk mengawali bisnis ini, Anda cukup memiliki masing-masing dua unit mesin.
Terkait dengan alat transportasi, Anda cukup memiliki mobil jenis bak terbuka untuk mengangkut bahan baku, baik kayu maupun lem. “Kalau tidak ada dana untuk membeli mobil, bisa sewa saja,” kata Rudy.
Nah untuk mendukung promosi, Anda sebaiknya memiliki komputer yang terkoneksi internet. Soal lokasi usaha, Anda bisa memanfaatkan rumah pribadi untuk menekan biaya pengeluaran bulanan. Yang termasuk dalam biaya pengeluaran antara lain belanja bahan baku termasuk lem, bayar tukang, bayar tenaga lepas, cicilan kendaraan, biaya listrik dan air. “Biaya bahan baku yang paling besar menyedot biaya, bisa 70% sendiri. Kalau gaji tukang itu tidak besar,” katanya.
Bila dalam waktu sebulan Anda sudah mendapatkan lima klien dengan luas pasang masing-masing 500 m² dengan parket seharga Rp 165.000 per m², dalam waktu satu bulan, Anda bisa balik modal. (*kontan.co.id)
No comments:
Post a Comment