Mendulang Uang Dari Usaha Soto Semarang
Soto merupakan kuliner khas nusantara yang sudah akrab di lidah orang Indonesia. Sebagai kuliner khas nusantara, setiap daerah memiliki racikan soto berbeda-beda. Tapi, dari daerah manapun asalnya, makanan berkuah ini tetap disukai semua kalangan.
Salah satu pemain yang mengusung makanan khas daerah ini adalah Agus Afiantoro di Semarang, Jawa Tengah. Sejak tahun 1990, ia menjajakan soto khas Semarang dengan brand Waroeng Soto Pak Sabar.
Ia mengaku, soto racikannya punya banyak penggemar setia. "Citarasa soto kami sudah terbukti enak," ujarnya. Soto racikan Agus dihargai Rp 4.000 per porsi. Selain soto, ia juga menyediakan menu nasi yang dijual Rp 7.000 seporsi.
Waroeng Soto Pak Sabar menawarkan satu paket kemitraan dengan nilai investasi Rp 70 juta. Investasi itu mencakup kontrak kerjasama tiga tahun, peralatan masak, tujuh set meja, desain interior, pelatihan karyawan, bahan baku awal, serta promosi.
Menurutnya, mitra tinggal menyediakan tempat seluas 50 meter persegi. Tempat seluas itu bisa menampung 45 kursi.
Ia menargetkan, dalam sehari mitra bisa meraup omzet minimal Rp 1,5 juta sampai Rp 2 juta. Maka, dalam sebulan mitra bisa mengantongi omzet sebesar Rp 50 juta. Adapun target laba bersihnya sebesar 20% dari omzet.
Dalam kerjasama ini, mitra wajib membeli bumbu dari pusat. Mitra juga akan dikenakan biaya royalti fee 5% dari omzet. Agus menargetkan, mitra sudah balik modal paling lama satu tahun. Setelah masa kerjasama habis, mitra bisa memperpanjang kembali dengan biaya sebesar Rp 5 juta. (*kontan.co.id)
No comments:
Post a Comment