Eric Ries tentang Pentingnya Strategi Startup yang Ramping dan Efisien
Semuanya dimulai 3 tahun lalu saat Eric Ries mempublikasikan artikel dalam blognya yang mendapat sambutan hangat dari pembaca, dengan judul yang menggigit: “The Lean Startup”. Dalam tulisan singkatnya saat itu, Ries mengetengahkan sebuah cara baru untuk membangun usaha, yakni dengan cara yang lebih hemat biaya, lebih efisien dan yang terpenting, lebih cepat!
Kini “The Lean Startup” seolah sudah menjadi aliran baru dalam entrepreneurship yang makin naik daun karena banyak diikuti ribuan pelaku bisnis dan startup, banyak pertemuan yang membahas “The Lean Startup” dan tak ketinggalan peluncuran buku dengan judul yang sama dan konferensi tahunan yang berskala besar.
Metodologi ini bisa dikatakan banyak diidam-idamkan orang. “Anda tidak terlahir dengan bakat entrepreneur alami dan sukses bukanlah mengenai keberuntungan untuk berada di tempat dan waktu yang tepat,” ujar Ries, yang juga mendirikan sejumlah perusahaan teknologi dan bekerja sebagai dosen praktisi dalam Harvard Business School hingga sekarang. “Mewujudkan visi yang besar lebih berkenaan dengan seluk beluk mengelola risiko dan kegagalan secara efisien.”
Menurut Ries, sebagaimana dikutip dari Majalah Entrepreneur, kini startup modern perlu beralih dari cara –cara lama yang kurang efisien. “Model tradisonal dulu bertujuan untuk menemukan sosok entrepreneur yang super sukses dan kemudian mencoba dengan segala cara meniru mereka. Kita memiliki ide-ide brilian dan sumber daya manusia yang paling cerdas,” terangnya. Ries menjelaskan bagaimana banyak entrepreneur terjebak untuk meniru kesuksesan Facebook dan Mark Zuckerberg yang fenomenal. Memang tidak sepenuhnya salah tetapi risikonya juga ada. Jika gagal, akan ada semacam alasan yang kita gunakan untuk menjadi kambing hitam kegagalan itu: ketidakberuntungan kita. Atau jika tidak tentang keberuntungan, kita akan cenderung menyalahkan pemilihan waktu. Dan inilah yang kurang benar.
Facebook bukan situs jejaring sosial pertama di dunia.Ia bahkan bukan jejaring sosial pertama yang menyasar kalangan mahasiswa. Namun, saat Anda mengamati perjalanan pendirian Facebook, Mark Zuckerberg sungguh banyak melakukan berbagai hal untuk mempermulus proses.
Jadi apakah itu proses startup yang efisien dan ramping? Kata Ries, berpikirlah besar tapi mulai dengan hal kecil. Sebuah startup yang ramping dan efisien bekerja keras mencari hal-hal yang bisa digunakan untuk membangun produk yang setidaknya bisa menembus pasar dan dapat dengan cepat memulai belajar dan membangun basis konsumen. Dengan demikian, entrepreneur boleh saja gagal asal mereka gagal dengan lebih cepat dan bergerak bangkit ke tantangan selanjutnya. “Ada begitu banyak alat yang tersedia di luar sana yang berasal dari sumber terbuka (pen -open source) dan berbiaya rendah dan lama waktu yang diperlukan untuk bisa meluncurkan sebuah produk makin menurun,” terang Ries.
Kegagalan itu bukan sesuatu yang harus dihindari. “Asal Anda gagal dan bangkit dengan cepat,” tambah Ries. Kecepatan dalam layanan penciptaan nilai jangka panjang lebih penting sehingga tidak ada satu pun ide bisnis yang pernah 100% gagal. Di versi awalnya PayPal dan Groupon juga bukan ide bisnis yang brilian, bahkan terbilang gagal untuk ukuran pendirian sebuah perusahaan raksasa. Anda harus menemukan unsur mana yang berhasil dan mana yang kurang berhasil sehingga Anda bisa menemukan kelemahan dengan lebih cepat, melakukan pivot (mengubah arah) dan melakukan perbaikan dan penyempurnaan.
Ries mendasarkan proses ini pada sains. Prinsip tersebut ilmiah dan bisa dipertanggungjawabkan. Setiap fitu yang ditambahkan ialah sebuah eksperimen dan peluang untuk belajar mengenai apa yang dikehendaki oleh konsumen. Jadi pengujian yang terus menerus, menyesuaikannya dan mengulanginya adalah formula yang disarankan. “Dan yang tak kalah penting, lakukan secepat mungkin!” tegasnya.
Kepada entrepreneur di luar sana, Ries menyarankan untuk tidak terlalu takut pada kegagalan asal mereka bisa memetik pelajaran darinya. “Apa yang perlu lebih ditakuti oleh entrepreneur ialah kesia-siaan,” kata Ries. Ia menambahkan adalah sebuah kesia-siaan untuk meniru kesuksesan Facebook yang tiada duanya. Jika kita amati jumlah keseluruhan modal berupa SDM, tenaga, pikiran dan waktu, potensi serta kreativitas yang dicurahkan dalam sebuah startup yang gagal selama bertahun-tahun dan tanyakan pada diri kita sendiri apa yang bisa dinikmati oleh masyarakat banyak dari semua itu. “Maka bisa kita katakan itu adalah sebuah kesia-siaan belaka,” imbuh penulis dan public speaker sukses ini. (Entrep/*AP)
Sumber gambar:
TheNextWomen.com
No comments:
Post a Comment