Sunday, March 23, 2014

Dahlan Iskan: 'Musyrik Pikiran', Kendala Utama Entrepreneur Pemula



Dahlan Iskan: 'Musyrik Pikiran', Kendala Utama Entrepreneur Pemula



Ciputraentrepreneurship News, Jakarta - Musyrik dalam agama mengacu pada kurang fokusnya seseorang dalam beribadah dengan menduakan Tuhan dengan sesuatu yang lain. Sementara dalam wirausaha pun kita bisa juga menemui perbuatan yang sama. Demikian seloroh Dahlan Iskan, menteri BUMN yang dikenal berpikiran inovatif dan berani dalam mengubah wajah birokrasi republik ini.


Entrepreneur jangan sampai musyrik pikiran, ujar Dahlan yang tampil di hadapan audiens pembukaan Global Entrepreneurship Week 2012 yang berlangsung di Bank Indonesia, Jakarta tadi siang (12/ 11/ 2012). Ia melontarkan istilah menggelitik tersebut untuk menanggapi pertanyaan salah seorang entrepreneur muda binaan beberapa instansi pemerintah yang menerima bantuan modal atas ide bisnis mereka yang dianggap berpotensi untuk menjadi besar dan menguntungkan. Mereka turut diundang dalam talkshow yang menghadirkan Dahlan. Sang penanya memberikan pertanyaan yang muncul dari kegelisahannya karena kurangnya minat generasi muda dalam melestarikan budaya sendiri.

"Kenapa Anda mesti gelisah dengan masalah budaya itu?" Dahlan bertanya balik. Ia beralasan saat seseorang menekuni bidang usahanya dengan baik dan memiliki karakter yang baik, ia sudah berkontribusi pada budaya. "Artinya Anda jujur, Anda fair, Anda membuat bisnis yang tidak merusak orang lain. Itu saja sudah merupakan sebuah budaya," papar Dahlan yang tampil sporty dengan sepatu ketsnya kegemarannya. Itulah budaya yang baik dan masih berada dalam lingkup usaha seorang entrepreneur.

Ia ingin agar entrerpreneur pemula tidak perlu mencemaskan masalah-masalah di luar usahanya dulu. Fokus, menurutnya, adalah yang utama. Saat seorang entrepreneur masih belum apa-apa, keprihatinannya dalam bidang lain selain usahanya sendiri kurang bermanfaat. Namun, jika ia mau fokus pada bisnisnya dulu, kemudian telah mencapai taraf yang lebih mapan yang ditandai dengan naiknya tingkat pengalaman dan kemakmurannya (aset kekayaannya), ia bisa saja ikut memikirkan kegelisahan di bidang lain, dan saat itu pemikiran-pemikirannya akan jauh lebih berguna dibanding saat masih merintis sebagai pengusaha pemula. (*AP)

No comments:

Post a Comment