Thursday, March 20, 2014

Kerajinan Perak Al-Mukhlies Tembus Hingga Turki



Kerajinan Perak Al-Mukhlies Tembus Hingga Turki




Siapa yang tak kenal dengan Yogyakarta. Selain dikenal sebagai kota pelajar, wilayah yang pernah menjadi Ibu Kota negara RI ini tersohor dengan kerajinan perak. Adalah kawasan Kotagede yang menjadi sentra industri ini.

Di daerah tersebut, tersebar puluhan bahkan ratusan workshop (bengkel) industri sekaligus galeri  kerajinan perak. Salah satu yang banyak dikenal kalangan wisatawan asing dan lokal, adalah toko perak Al-Mukhlies.

Pada 1988, Muhibbin, pemilik Al-Mukhlies  dibantu istrinya Sri Listyowati membangun sebuah industri kerajinan perak beserta galeri perak yang diberi nama Al-Mukhlies. Nama Al-Mukhlies, ungkapnya, merupakan gabungan dari nama Muhibbin dan Sri Listyowati.

Dalam menjalankan usahanya, pasangan suami istri ini juga dibantu oleh anaktunggalnya , Kika At-Tamini, serta 5 orang karyawan.

Al-Mukhlies didirikan untuk merespons besarnya potensi industri kerajinan perak yang ada di wilayah Yogyakarta. "Kami melihat besarnya potensi kerajinan perak di wilayah ini jika benar-benar digarap dengan baik," papar pemilik Al-Mukhlies, H. Muhibbin.

Sebagai langkah awal, dia membuka toko perak bernama Tik Silver. Dalam menjual produknya, Muhibbin menggunakan metode berkeliling dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Sebelum memiliki toko, Muhibbin juga sempat melakukan usaha dengan berkeliling dari Yogyakarta ke daerah lainnya, hingga ke Bali.

Pada awalnya, ungkap Sri Listyowati, industri dan galeri perak yang mereka kelola berjalan dengan baik, permintaan dari sejumlah daerah banyak diterimanya.

Namun, bisnis memang tidak selalu berjalan lancar. Dalam perjalanannya, industri dan galeri perak Al-Mukhlies juga mengalami banyak kendala. Menurut Sri, kendala yang mereka hadapi mulai adalah  harga bahan baku perak yang tidak stabil serta pajak bahan baku yang dinilai masih terlalu tinggi.

Harga bahan baku perak, ungkapnya, selalu mengikuti harga emas yang saat ini cukup tinggi. Faktor  ini merupakan kendala yang hingga kini masih dirasakan. "Tidak hanya oleh Al-Mukhlies saja, melainkan juga kebanyakan perajin perak lainnya di kawasan Kotagede," kata Sri.

Walaupun menghadapi sejumlah kendala, namun pasangan suami istri ini masih tetap bertahan menjalankan kegiatan usahnya itu karena yakin kalau potensi industri perak di wilayah mereka masih cukup menjanjikan.

Agar industri dan toko perak Al-Mukhlies dapat bertahan, Muhibbin dan Sri berusaha membuat desain perak yang unik dan menarik. Selain itu, kualitas produknya juga tetap dijaga.

Untuk membuat desain produk, Sri bisa mendapatkan dari buku-buku, internet dan alam. Kemudian desain itu direalisasikan dalam bentuk produk jadi oleh karyawannya yang sudah terlatih dengan baik.

Menurut Sri, desain yang menjadi ciri khas atau keunikan perak Al-Mukhlies adalah penggunaan model filigri, yaitu teknik pembuatan yang menggunakan benang-benang perak yang dirajut sehingga menghasilkan suatu bentuk.Jika dibandingkan dengan kerajinan perak pada umumnya yang berupa perak padat yang dicetak, desain filigri terlihat lebih indah dan menarik karena memperlihatkan detil-detil pengerjaan yang
rapi dan rumit.

Jika pesanan dari pembeli cukup besar, Al-Mukhlies juga mengalihkan pembuatan pesanan produk kerajinan perak kepada kelompok perajin perak di wilayah Kotagede. "Namun, kami tetap menentukan kualitas sesuai standar yang kami terapkan," paparnya.

Upaya keras yang dilakukan akhirnya membuahkan hasil. Desain perak Al-Mukhlies yang unik dan menarik akhirnya mampu menarik pembeli untuk datang ke galeri. Bahkan pihak Keraton Yogyakarta sempat memberikan kepercayaan kepada Al-Mukhlies untuk membuatkan sejumlah kerajinan perak.

Untuk menjaga eksklusifitas produk dan desain, Al-Mukhlies hanya memasarkan produknya di galeri toko Al-Mukhlies di Yogyakarta serta di Bali yang berjumlah 13 galeri. Selain melalui galeri, penjualan juga dilakukan melalui kegiatan pameran.

Tidak hanya memasarkan produknya di dalam negeri, Al-Mukhlies juga mampu mengekspor produk kerajinan peraknya ke luar negeri. Secara rutin, pengiriman sejumlah produk kerajinan perak dilakukan ke Jepang, Portugal, Turki dan sejumlah negara di kawasan ASEAN lainnya.

"Pola pengirimannya bisa melalui pembeli asing yang datang sendiri atau melalui pesanan," katanya.

Walaupun produknya sudah banyak dikenal, Al-Mukhlies tetap berusaha menjangkau semua golongan masyarakat. Hal ini terlihat dari harga jual yang ditetapkan terhadap produk-produknya. Harga termurah dari produk kerajinan perak Al-Mukhlies berupa cincin adalah Rp50.000/unit dan termahal, berupa tea set dari perak, seharga Rp 30 juta/unit. (Dim)

No comments:

Post a Comment