Monday, October 21, 2013

Ajari Anak Berjiwa Pemimpin Sejak Usia Dini




Orang tua mana yang tak mau buah hatinya tumbuh sehat dan menjadi pribadi sukses di masa depan. Pribadi sukses sejatinya adalah mereka yang berjiwa pemimpin, mampu memimpin dirinya sendiri maupun orang
lain.

Seperti disampaikan psikolog anak dan keluarga Anna Surti Ariani, S.Psi, M.Si, untuk menumbuhkan jiwa seorang pemimpin dapat dimulai saat usia anak sedini mungkin.

Psikolog yang akrab disapa Nina itu mengatakan tak ada perbedaan yang mendasar antar anak berkarakter pemimpin dengan karakter pemimpin orang dewasa, hanya implementasinya dalam kehidupan sehari-hari saja yang berbeda.
"Karakter anak berjiwa pemimpin adalah percaya diri, komunikatif, memiliki kemampuan decision making, bertanggung jawab, mampu mengarahkan dan memotivasi orang lain, dan menghargai perbedaan," ujar Nina kepada Tribunnews.com saat peluncuran susu Vitalac di KidZania, Pacific Place, Kamis (17/10/2013).

Mewujudkan "pemimpin kecil" dapat dimulai sejak usia nol dengan menumbuhkan rasa percaya diri mereka terlebih dulu. Di sini peran ibu sangat penting.

"Ada teori fase basic trust dari psikolog kenamaan Erik Erikson. Ini adalah fase dimana bayi percaya sepenuhnya pada ibunya," kata Nina.

Kalau kebutuhan bayi tak sepenuhnya terpenuhi oleh sang ibu, maka bayi merasa kebutuhanya salah, akhirnya bayi tidak percaya diri.

Nina mencontohkan situasi saat bayi menangis kelaparan namun sang ibu malah acuh bahkan menggerutu.

"Kalau anak bisa percaya pada ibu dan lingkungannya maka dia cenderung akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri," jelas Nina.

Memasuki usia batita, ada baiknya buah hati mulai ditanamkan kemampuan berkomunikasi.

"Kalau bersosialisasi mungkin belum karena mereka anak batita masih egosentris. Beda dengan egois. Kalau
egosentris, anak masih tertarik dengan dirinya sendiri," ungkap Nina.

Nah, barulah pada usia balita, anak mulai didorong untuk bersosialisasi, berteman dan berbagi dengan orang lain.

"Oleh karenanya orang tua jangan terlalu sering mengurung anak di rumah dengan alasan takut anak bergaul dengananak nakal. Bagaimanapun mereka harus belajar berteman dengan anak-anak yang mungkin tidak menyenangkan, atau tidak selalu sependapat," ujar Nina.

Menurutnya, secara tidak langsung ini melatih beberapa karakter dasar pemimpin yaitu mampu bernegosiasi dan mengarahkan orang lain.

Ketika anak berbuat salah, menumpahkan minuman misalnya, Nina menyarankan ajari mereka cara membersihkannya.
Apabila usaha mereka optimal, jangan enggan untuk memberikan pujian. Di sini, anak akan belajar cara bertanggung jawab.

Mengasah naluri seorang pemimpin juga dapat dilakukan di sekolah. Nina mencontohkan kegiatan sebuah sekolah anak usia dini di Utrecht, Belanda, yang sempat dikunjunginya bersama tim Vitalac.

"Di sekolah itu tersedia semacam tabel kegiatan yang dapat dipilih murid sesuai keinginan mereka. Jadi, anak
belajar soal decision making," cerita dia.

Selain itu, guru di sana membiasakan anak yang paling tua mengarahkan adik-adiknya naik atau turun tangga saat berpindah ruangan beda lantai.

"Semuanya sangat mungkin kita terapkan di sini karena sangat simpel kok," tegas Nina.

Dalam melahirkan pemimpin kecil, menstimulasi anak dengan nutrisi sama pentingnya dengan aktivitas tersebut.

Maka, Nina menyarankan agar orang tua tetap memberikan makanan bergizi seimbang, berikut susu bernutrisi lengkap sebagai pendukungnya.

Sumber : Tribun News

No comments:

Post a Comment