Hendra Lim, Raup Fulus Berkat Sepatu Impor
Bisnis sepatu perempuan memang tak pernah sepi peminat. Karena itu, Hendra Lim merintis bisnis sepatu impor dengan segmen premium. Lewat merek IconNinety9, Hendra menembus mal-mal ternama. Omzetnya kini mencapai Rp 1 miliar per bulan.
Perempuan terkenal royal untuk urusan penampilan. Selain pakaian, mereka paling sering membeli sepatu untuk mempercantik diri. Peluang ini ditangkap dengan cerdik oleh Hendra Lim saat membangun bisnis sepatu lewat merek IconNinety9.
Kini, gerai sepatu IconNinety9 bisa dengan mudah Anda temukan di beberapa mal ternama di Indonesia. Misalnya, di Plaza Semanggi dan Depok Town Square. Model sepatu yang trendi dan harga yang terjangkau membuat sepatu IconNinety9 disukai kaum hawa.
Dalam satu bulan, satu gerai IconNinety9 bisa menjual hingga 1.000 pasang sepatu. Dengan harga rata-rata Rp 130.000 per pasang, Hendra bisa mengantongi omzet Rp 130 juta per gerai. Hingga saat ini, Hendra memiliki lima gerai IconNinety9 yang tersebar di Jakarta, Depok, Pekanbaru, dan Palembang.
Hendra tidak pernah membayangkan bisnis sepatu yang ia rintis ini bisa moncer seperti sekarang. Semua berawal dari keputusan pria kelahiran Pekanbaru, 2 September 1981, ini untuk meninggalkan bangku kuliah Universitas Islam Riau pada semester ketiga. Saat itu, ia memilih membantu mengurus usaha keluarga.
Sekadar informasi, keluarga Hendra mengelola sekitar 30 gerai Toserba Era58. Bisnis eceran ini menjual kebutuhan sehari-hari dan cukup terkenal di Pekanbaru. Semua gerai dipegang langsung oleh kakak sulungnya.
Dari membantu bisnis keluarga ini, Hendra belajar banyak soal bisnis. Di kemudian hari, ilmu dagang yang tak ternilai ini ia terapkan saat mulai merintis bisnis sendiri.
Pada awal 2005, Hendra memutuskan membuka usaha sendiri. Bersama kawannya, ia menggunakan uang taLimgan sebesar Rp 150 juta untuk membangun bisnis permainan biliar. Maklum, ia adalah penggemar berat olahraga bola sodok ini.
Selang setahun, bisnisnya mulai membuahkan hasil. Saban bulan, Hendra bisa mengantongi omzet Rp 150 juta. Meski begitu, bisnis biliar tak membuat Hendra puas. “Banyak masalah, jadi saya putuskan keluar dari bisnis ini,” katanya.
Hendra mengaku pusing dengan embel-embel bisnis hiburan malam yang melekat pada biliar. Apalagi, ia kerap didatangi aparat keamanan. Hampir setiap malam, ia tak bisa tidur nyenyak lantaran selalu ada masalah di tempat biliarnya.
Masalah yang paling sering terjadi adalah razia identitas (KTP). Jika ada pengunjung di bawah umur yang bermain biliar, Hendra harus repot berurusan dengan aparat. Karena itu, ia lantas menjual porsi kepemilikan di bisnis biliar ini kepada temannya. Untuk menghilangkan penat, ia pergi berlibur ke Thailand.
Secara tidak sengaja, di Thailand, Hendra melihat toko sepatu yang menjual sepatu-sepatu perempuan dengan harga yang murah. Padahal, bahan yang digunakan bagus dan modelnya menarik. Naluri dagangnya langsung muncul. Ia segera mencari pabrik sepatu itu. Singkat cerita, ia sukses mengajak pabrik itu untuk bekerjasama.
Hendra memesan 7.000 pasang sepatu untuk kontrak pertama. Di Pekanbaru, niat bisnis Hendra disambut gembira keluarga. Ayahnya memberi dukungan modal untuk membangun gerai pertama.
Tak tanggung-tanggung, Hendra memulai bisnis dengan modal awal Rp 1 miliar. Ia meminjam uang itu dari keluarga dan sebagian lagi dari utangan. Hendra memilih segmen pasar sepatu premium dengan strategi pengemasan dan harga khusus. Ia juga hanya membuka gerai sepatu di mal-mal besar. Meski biaya sewanya mahal, ia yakin pasar sepatu premium masih menjanjikan.
Awalnya, Hendra menjual sepatu dengan harga seragam, yaitu Rp 99.000 per pasang. Karena itu, ia menamakan gerai sepatunya: IconNinety9. “Angka 99 bisa dibilang angka keberuntungan saya,” katanya.
Tapi, memperkenalkan brand baru ternyata tak mudah. Hendra mengenang, saat hendak menyewa kios di mal besar, ia kerap ditolak lantaran brand-nya belum terkenal. “Saya menawarkan ke Citraland dan Supermal Karawaci, tapi ditolak mentah-mentah,” katanya.
Tak kehabisan akal, Hendra terus meyakinkan pengelola mal bahwa produk sepatunya memiliki kualitas yang baik. Pengelola mal meragukan IconNinety9 lantaran harganya tak semahal sepatu premium lain.
Perjuangan Hendra membuahkan hasil karena sepatunya diterima mal di Jakarta pada 2006. Hendra pun menata sendiri gerai sepatunya. Semua sepatu ia susun sedemikian rupa hingga terlihat eye catching.
Meski tak punya latar belakang fashion, Hendra termasuk orang yang tak mau ketinggalan zaman. Ia selalu memantau perkembangan model sepatu di dunia untuk memilih sepatu yang jual di tokonya. Hasilnya, ini menjajakan tak kurang dari 50 model sepatu.
Hendra selalu mengontrol gerai sepatunya saban minggu. Sebab, ia ingin kualitas selalu terjamin dan konsumen loyal. Kini, tiap bulan, ia menjual 10.000 pasang sepatu. (*/Kontan.co.id)
No comments:
Post a Comment