Sajadah Unik dari Akar Wangi
Masyarakat kampung Pakumpulan, Buaran di Pekalongan, Jawa Tengah pada dekade awal tahun 1970-an dikenal sebagai produsen sarung tenun palekat yang dibuat dengan menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM). Namun dalam perkembangannya industri kerajinan tenun sarung palekat terpaksa harus tergusur karena makin terdesak oleh produk sarung tenun yang dibuat dengan mesin.
Salah satu perajin sarung tenun palekat yang terpaksa harus menghentikan kegiatan industri kerajinan tersebut diantaranya adalah Imron Mina bin Kamsari. Sebagai gantinya, mulai tahun 1975 Imron mulai beralih ke industri kerajinan tenun lainnya, yaitu kerajinan tenun dari serat alam. Pada awalnya Imron menggunakan bahan dari eceng gondok untuk membuat kerai, karpet dan barang kerajinan tenun dari eceng gondok lainnya.
Industri kerajinan tenun eceng gondok yang digeluti Imron sempat mencapai masa booming pada dekade tahun 1980-an sehingga men-dorong warga kampung lainnya untuk turut menggeluti usaha industri kerajinan tenun eceng gondok. Namun banyaknya warga kampung yang ikut-ikutan memproduksi kerajinan tenun eceng gondok justru telah membuat pasokan barang kerajinan tersebut menjadi tidak terkendali. Akibatnya, para pembeli/pedagang dari luar kota dengan leluasa dapat menekan harga jual barang kerajinan tenun eceng gondok buatan kampung tersebut. Karena harga jualnya yang terus merosot, para perajin tenun eceng gondok pun satu per satu mulai meninggalkan industri kerajinan tersebut, termasuk diantaranya Imron dan keluarga.
Seperti juga terjadi sebelumnya, Imron pun mulai coba-coba mencari alternatif usaha kerajinan lainnya. Dengan berbekal pengalaman di bidang industri kerajinan tenun sebelumnya, pada tahun 2001 Imron mulai mencoba-coba membuat sajadah dari bahan akar wangi yang bahan bakunya didatangkan dari Kabupaten Garut, Jawa Barat. Akar wangi sengaja dipilih sebagai bahan baku utama karena akar wangi mengandung minyak atsiri yang dapat berfungsi sebagai aroma terapi. Dalam proses pembuatannya bahan baku akar biasanya dikombinasikan dengan benang katun, serat mendong dan lidi sehingga diperoleh produk jadi yang sangat menarik.
Di luar dugaan, produk kerajinan sajadah akar wangi buatan Imron banyak diminati kalangan pembeli, tidak hanya pembeli dari dalam negeri tetapi juga dari luar negeri. Sajadah akar wangi banyak disukai kalangan pembeli dari luar negeri, khususnya dari Timur Tengah, karena menghasilkan aroma khas akar wangi yang sangat kuat. Tingginya permintaan pasar terhadap produk sajadah akar wangi buatan Imron lagi-lagi telah membuat usaha kerajinan Imron berkembang pesat. Dalam waktu yang relatif singkat volume produksi kerajinan sajadah akar wangi Imron meningkat secara signifikan.
Sukses yang dialami Imron dalam mengembangkan sajadah akar wangi pun kembali menarik perhatian warga sekampung. Lagi-lagi, seluruh warga di kampung tersebut ikut-ikutan menggeluti usaha kerajinan sajadah akar wangi dengan berbagai motif. Kali ini Imron merangkul masyarakat kampung yang turut menggeluti usaha kerajinan tersebut untuk bekerjasama menggarap pasar dengan baik agar tidak terjadi dampak samping yang merugikan bagi para perajin sendiri. Sebagian masyarakat kampung justru diberdayakan oleh Imron untuk menggarap pesanan produk sajadah akar wangi dari luar negeri.
Kini Imron berhasil membina 60 perajin sajadah akar wangi di Pekalongan dengan total tenaga kerja yang terlibat mencapai 2.500 orang. Usaha kerajinan sajadah akar wangi Imron sendiri kini memiliki 65 ATBM sedangkan para perajin binaannya memiliki 150 ATBM. Dengan 60 perajin binaan tersebut, usaha industri kerajinan sajadah akar wangi Imron kini berhasil meraup omset penjualan lebih dari Rp 2 miliar per bulan.
Selama ini Imron telah menjalin kerjasama dengan seorang pengusaha Malaysia berdarah Irak untuk mengekspor produk kerajinan sajadah akar wangi ke Arab Saudi, Oman dan sejumlah negara lainnya di kawasan Timur Tengah. Di Arab Saudi sendiri, produk sajadah akar wangi buatan Imron laku dijual di berbagai toko swalayan dengan harga sekitar 400 Real atau sekitar Rp 1 juta per lembar, padahal di Indonesia sendiri produk tersebut dijual dengan harga Rp 40.000 per lembar. Produk sajadah akar wangi itu dijual dengan menggunakan merek Malaysia dan Turki.
Hingga tahun 2002 Imron masih mampu menampung seluruh produksi sajadah akar wangi warga sekampung untuk kemudian dijual kepada pengusaha asal Malaysia untuk diekspor. Namun setelah ramainya kegiatan produksi sajadah akar wangi di kampung tersebut, sebagian perajin ada juga yang menjual sendiri ke kota-kota lain di Indonesia atau kepada pembeli asing yang sengaja datang ke Pekalongan. Kondisi tersebut mulai menimbulkan dampak yang kurang menguntungkan bagi perajin karena harga barang pun mulai merosot.
Walaupun demikian, Imron masih tetap dapat mempertahankan usaha kerajinannya karena selama ini Imron selalu memelihara hubungan baik dengan para pembeli dari luar negeri.
Bahan baku akar wangi sendiri sengaja didatangkan dari Kabupaten Garut, Jawa Barat karena akar wangi dari Garut memiliki kualitas yang sangat tinggi. Namun demikian peminat akar wangi dari Garut juga cukup banyak sehingga industri kerajinan sajadah akar wangi Pekalongan terpaksa harus bersaing dalam mendapatkan bahan baku terutama dengan industri penyulingan minyak atsiri.
Pada musim kemarau biasanya harga akar wangi mengalami kenaikan hingga mencapai Rp 15.000 per kg, padahal dalam keadaan normal harga bahan baku akar wangi biasanya berkisar sekitar Rp 10.000 per kg. Lonjakan harga bahan baku akar wangi itu terjadi karena pada musim kemarau produksi akar wangi agak menurun sementara industri penyulingan minyak atsiri biasanya justru membutuhkan bahan baku akar wangi lebih banyak.
Imron sendiri setiap minggunya membutuhkan sekitar 6 ton bahan baku akar wangi untuk kegiatan industri kerajinan sajadah akar wanginya. Volume tersebut sudah termasuk untuk memenuhi kebutuhan akar wangi para perajin yang berada di bawah binaan Imron. Dengan bahan baku sebanyak itu, Imron bersama para perajin binaannya mampu memproduksi 3.000 unit sajadah akar wangi setiap minggunya atau sekitar 12.000 unit sajadah akar wangi setiap bulannya.
Untuk kebutuhan ATBM dan spare part (komponen)-nya, Imron biasanya bisa memperolehnya dari wilayah Pekalongan sendiri. Karena di wilayah Pekalongan kini tumbuh industri yang khusus memproduksi ATBM beserta spare part-nya. Dengan demikian, di Pekalongan kini telah tumbuh sebuah klaster industri kerajinan tenun yang cukup mapan. Dengan perkembangan industri kerajinan yang makin kondusif, kalangan perbankan pun dengan sendirinya mulai menggarap lahan bisnisnya di sana. Kini banyak bank yang mulai menawarkan kreditnya kepada para perajin. (*/Majalah KINA)
No comments:
Post a Comment