Thursday, January 23, 2014

Ahli Botani Jerman - Herbarium Amboinense



Ahli Botani Jerman - Herbarium Amboinense




Georg Eberhard (juga Everhard(us)) Rumpf (juga Rumphius; Wölfersheim, Grafschaft Solms (sekarang di Wetteraukreis, Hessen) 1627 - Ambon, 15 Juni 1702) adalah seorang ahli botani asal Jerman yang bekerja di Vereenigde Oostindische Compagnie di Hindia-Belanda (sekarang Indonesia), dan terkenal akan karyanya Herbarium Amboinense. Julukan untuk ilmuwan ini adalah "peramal buta dari Ambon". Karena terpesona dengan cerita tentang Maluku sebagai penghasil rempah-rempah, Rumpf mendaftarkan diri sebagai tentara VOC dan khayalannya tentang Maluku terwujud pada tahun 1653 saat armada VOC merapat di Ambon (armada ini juga yang berperang melawan Sultan Hasanuddin dari Gowa akibat persaingan perdagangan rempah-rempah dari Maluku).

Rempah-rempah adalah bagian tumbuhan yang beraroma atau berasa kuat yang digunakan dalam jumlah kecil di makanan sebagai pengawet atau perisa dalam masakan. Rempah-rempah biasanya dibedakan dengan tanaman lain yang digunakan untuk tujuan yang mirip, seperti tanaman obat, sayuran beraroma, dan buah kering. Rempah-rempah merupakan barang dagangan paling berharga pada zaman prakolonial. Banyak rempah-rempah dulunya digunakan dalam pengobatan, tetapi sekarang ini berkurang. Rempah-rempah adalah salah satu alasan mengapa penjelajah Portugis Vasco Da Gama mencapai India dan Maluku. Rempah-rempah ini pula yang menyebabkan Belanda kemudian menyusul ke Maluku, sementara itu, bangsa Spanyol di bawah pimpinan Magellan telah lebih dahulu mencari jalan ke Timur melalui jalan lain yakni melewati samudera Pasifik dan akhirnya mendarat di pulau Luzon Filipina.

Rumpf tidak lama jadi tentara sebab panggilan jiwanya bukan sebagai militer. Ia meminta dipindahkan ke bagian sipil dan disetujui. Pada tahun 1656 Rumpf diangkat sebagai saudagar VOC di Larike, sebuah dusun terpencil di Semenanjung Hitu, pantai utara Ambon. Pada tahun 1660, ia menjadi saudagar di Hila. Daripada memperkaya diri dan memperkaya VOC, Rumpf mulai terbuka matanya kepada dunia alam Pulau Ambon. Ia menikahi gadis Ambon dan mulailah mempelajari semua tanaman yang ditemuinya. Rumpf mempunyai ambisi ingin membukukan semua flora yang ada di Pulau Ambon.

Sejak saat itu Rumpf mempelajari, memaparkan, memberi nama dalam bahasa Ambon, Melayu, dan Latin semua tumbuhan yang dipelajarinya. Ia menggambar dengan teliti rupa tanaman yang dipelajarinya, menceritakan faedah khususnya untuk menyembuhkan penyakit (untuk ini ia banyak mendengarkan cerita penduduk setempat). Anak-isterinya membantunya dengan setia. Rumpf melakukan beberapa eksperimen dengan tanaman untuk benar-benar mengetahui khasiatnya. Sampai tahun 1670, atau sekitar sepuluh tahun setelah Rumpf mempelajari tanaman-tanaman Ambon, ia mulai banyak mengadakan kontak dengan sejumlah sarjana dari Eropa. Sejak itu namanya lebih terkenal sebagai "Rumphius" sesuai selera ilmu pengetahuan pada zaman itu (Renaisans) yang sedang gandrung akan nama-nama Latin atau Yunani.

Tetapi pada tahun itu juga, penglihatan Rumphius mulai kabur akibat glaukoma yang tak bisa disembuhkan. Akhirnya ia mengalami kebutaan total. Ia dan keluarganya pindah dari Hitu ke Ambon. Dan karier Rumphius tetap dapat dukungan penuh dari Batavia, ia tetap digaji, bahkan diberi sekretaris dan juru gambar. Sementara itu, istri dan anaknya tetap membantu Rumphius sepenuh waktu untuk meneruskan karyanya yang telah berlangsung lebih dari sepuluh tahun itu. Setelah buta bahkan Rumphius menambah pengamatannya akan semua jenis kerang yang ada di perairan Ambon. Ia tetap mendengarkan cerita-cerita penduduk tentang kerang-kerang itu lalu mendiktekan kepada anaknya atau juru tulisnya untuk menuliskannya. Ia meraba, mencium, dan mendengar - itulah senjata-sejata untuk deskripsinya. Rumphius makin mencintai alam Ambon sungguhpun ia buta.

Namun, bencana datang lagi. Gempa dahsyat melanda Ambon pada tanggal 17 Februari 1674. Gempa ini menewaskan orang-orang yang paling dicintainya : isterinya dan anaknya - dua orang yang setara dengan dia
sendiri, penunjuk jalan yang setia akan keajaiban Ambon. Gempa ini juga menewaskan sebanyak 2.322 penduduk Ambon. Meskipun demikian, dalam tahun itu juga, Rumphius berhasil menerbitkan buku pertama tentang sejarah alam Ambon, berjudul Sejarah dan Geografi Pulau Ambon. Sayang, buku ini tetap terkunci rapat di kantor VOC di Ambon sebab VOC takut bila buku ini tersebar akan menguntungkan pesaing-pesaing VOC. Di kemudian hari, setelah Rumphius tiada, buku ini ditemukan seorang pendeta bernama François Valentijn dan menerbitkannya atas namanya sendiri.

Pada tanggal 11 Januari 1687 bencana ketiga menimpa Rumphius dan kota Ambon. Kota Ambon dilanda kebakaran. Api menghanguskan gambar-gambar untuk bukunya tentang tumbuhan, menghanguskan konsep naskah tentang kerang, dan juga menghanguskan koleksi tumbuhan dan kerang yang lebih dari 15 tahun dikumpulkan Rumphius. Untunglah naskah tentang tumbuhan Ambon bisa diselamatkan. Dan untunglah VOC tetap mendukung Rumphius dengan membantunya menugaskan juru tulis dan juru gambar untuk menulis dan menggambar ulang semua dokumen yang telah hangus terbakar.

Tahun 1690 mahakarya Rumphius pun selesai, dua belas jilid banyaknya, sebuah karya raksasa yang disusun selama lebih dari 20 tahun dengan berbagai suka dan duka. Rumphius mengirimkan karyanya kepada Gubernur Jenderal VOC di Batavia. Karyanya baru diteruskan ke Belanda pada tahun 1697 setelah selama 7 tahun disalin di Batavia oleh Gubernur Jenderal Johannes Camphuys, seorang pencinta alam Indonesia juga. Sayangnya, karya Rumphius ini tersimpan selama 44 tahun di arsip VOC di Belanda dengan alasan keamanan. Maka, tersusullah karya Rumphius ini oleh Systema Naturae karya Carolus Linnaeus, biolog Swedia, yang menerbitkan karyanya pada tahun 1740 dan memperkenalkan tatanama binomial. Padahal, Rumphius dari Ambon telah menemukan sistem penamaan itu 50 tahun lebih awal.

Pada tahun 1699, Rumphius masih mengeluarkan sebuah buku berjudul Kotak Keajaiban Pulau Ambon yang membahas kerang-kerang di perairan Ambon. Bukunya ini bernasib lebih baik daripada buku-buku sebelumnya. Rumphius tak mengirimkan buku ini kepada pejabat-pejabat VOC, tetapi mengirimkannya langsung kepada seorang sahabatnya di Belanda dan menerbitkannya pada tahun 1705. Tetapi, Rumphius tidak melihat satu bukunya pun terbit, sebab ia meninggal di Ambon pada tahun 1702. - 234 Tokoh Ilmuwan Penemu

No comments:

Post a Comment