Thursday, January 23, 2014

Presiden Amerika Richard Nixon



Presiden Amerika Richard Nixon




Richard Milhous Nixon (lahir di Yorba Linda, California, Amerika Serikat, 9 Januari 1913 – meninggal di New York, New York, Amerika Serikat, 22 April 1994 pada umur 81 tahun) ialah Wakil Presiden Amerika Serikat ke-36 (1953 - 1961) dan Presiden Amerika Serikat ke-37 (1969 - 1974). Ia merupakan presiden Amerika Serikat pertama yang mengundurkan diri dari jabatannya. Pengundurannya datang sebagai tanggapan pada ruwetnya skandal yang disebut Skandal Watergate. Ia mengumumkan berakhirnya Perang Vietnam yang telah menelan korban ribuan tentara pada 23 Januari 1973. Pengumuman itu secara tidak langsung menjadi pengakuan Amerika bahwa mereka kalah perang di kancah Asia Tenggara. Nixon dibesarkan sebagai Quaker evangelis oleh ibunya Hannah, yang berharap ia akan menjadi misionaris Quaker. Konon didikan yang diterimanya bercirikan sifat-sifat Quaker konservatif, misalnya tidak suka minuman keras, berdansa, dan memaki-maki.

Ayahnya (yang dikenal sebagai Frank) adalah seorang Metodis yang beralih menjadi Quaker tetapi tidak pernah sepenuhnya menyerap jiwa aliran itu. Karenanya ia mempunyai temperamen yang meledak-ledak. Namun hal ini diragukan, karena aliran injili Quakerisme yang dikenal sebagai Gereja Sahabat, yang pada umumnya diorganisir oleh para pengkhotbah keliling Methodis, sedikit sekali kemiripannya dengan aliran Quaker yang 'tak terprogram', dengan ibadahnya yang berdiam diri, pendetanya yang tidak dibayar, dan ketaatan yang penuh kepada pasifisme. Kaum Quaker 'tak terprogram' percaya bahwa dalam ibadah, mereka harus berdiam diri, menantikan Roh Kudus bekerja menggerakkan hati mereka.

Sikap pasifisme mereka diperlihatkan dengan penolakan yang keras untuk mengangkat senjata atau berperang. Betapapun juga, ayahnya tidak begitu saleh. Ia lebih banyak memusatkan perhatian pada bisnis keluarga, sebuah toko kelontong dan pompa bensin. Ada banyak perdebatan tentang apakah Nixon sungguh-sungguh melakukan apa yang dituntut dari seorang Quaker, yaitu memperhatikan nuraninya untuk menjadi menolak ikut berperang dalam Perang Dunia II sebagai keyakinan keagamaannya. Namun pada masa karier politiknya, ia tidak menjalankan hidupnya sebagai seorang Quaker. Ia bersekolah di Whittier College (sebuah sekolah Quaker), tamat sebagai peringkat kedua dari kelasnya, kemudian masuk ke Sekolah Hukum Universitas Duke, dengan beasiswa penuh. Ia menjabat sebagai perwira yang tak ikut berperang pada Angkatan Laut AS selama Perang Dunia II, dan menjadi pengacara untuk PepsiCo.

Nixon terpilih menjadi anggota Kongres pada 1946, dengan teman-teman seangkatannya yang adalah para veteran perang, termasuk rivalnya pada masa depan, John F. Kennedy dari Massachusetts. Nixon menempuh jenjang dengan cepat, menorehkan namanya sebagai seorang anti-Komunis dan tokoh keras, yang berkampanye sesukanya. Ia terpilih menjadi anggota DPR AS dari California pada 1948 di mana ia menjadi anggota House Un-American Activities Committee (Komite Aktivis Majelis yang tak bersifat Amerika). Ia juga banyak berperan dalam pengadilan bekas pejabat pemerintahan Alger Hiss untuk bersumpah palsu ketika ia didakwa sebagai mata-mata Uni Soviet. Nixon terpilih menjadi Senator pada 1950, mengalahkan aktris/anggota kongres Helen Gahagan, yang selama kampanye dituduhnya mendapatkan dukungan dari para simpatisan komunis.

Pada 1952 Nixon diangkat sebagai wakil presiden yang mendampingi Presiden Dwight Eisenhower. Saat itu ia baru berumur 39 tahun. Satu peristiwa penting dari kampanye ialah inovasi Nixon menggunakan TV. Nixon dituduh telah dibiayai dengan dana pemilihan yang disediakan pendukung bisnis, suatu tuduhan yang terbukti benar. Ia muncul di TV dan membela diri dengan pidato yang emosional. Di situ ia menyatakan bahwa istrinya Pat tak mengenakan pakaian yang berbahan cerpelai, namun "suatu mantel kain Republikan yang bagus" dan menyatakan walaupun ia mendapatkan seekor anjing spaniel yang dinamainya "Checkers", ia takkan memberikannya kembali sebab putrinya menyukainya. Siaran ini mengakibatkan membanjirnya dukungan yang mndorong Eisenhower mempertahankan Nixon sebagai pendampingnya.

Sebagai Wakil Presiden, Nixon berkeliling ke Amerika Selatan, dan dipuji karena keberaniannya dalam menghadapi massa yang marah memprotes kebijakan luar negeri AS. Nixon terkenal di antara para wakil presiden karena ia benar-benar menjalankan pemerintahan sebanyak tiga kali saat Eisenhower sakit. Pertama pada saat serangan jantung Eisenhower pada 24 September 1955, sewaktu Eisenhower mengalami diare parah pada Juni 1956, dan pada saat ia terkena serangan lumpuh pada November 1957. Ia juga terbukti sanggup berpikir sendiri dengan cepat yang ditunjukkannya pada 24 Juli 1959 pada pembukaan Pameran Nasional Amerika di Moskwa ketika pemimpin Uni Soviet Nikita Khrushchev mendadak mengajaknya "debat dapur" mengenai kehebatan kapitalisme dalam menghadapi komunisme.

Pada
1960, ia maju sebagai calon Presiden namun dikalahkan oleh John F. Kennedy, yang ironisnya ialah teman Nixon (Kennedy bahkan merupakan salah satu yang pertama memberi selamat pada Nixon saat ia dipilih sebagai pasangan Eisenhower). Faktor krusial yang menyebabkan kekalahannya adalah debat kepresidenannya yang pertama di televisi. Meski penampilannya lusuh, Nixon menolak tata rias pihak televisi. Ia merasa sakit karena lututnya terluka ketika berangkat ke studio. Ia berharap memenangkan suara lewat kecakapannya dalam kebijakan luar negerinya, namun orang hanya melihat seorang lelaki yang sakitan, mandi peluh dan mengenakan setelan abu-abu yang memudar ke latar belakang, saat saingannya Kennedy, nampak hebat. Penelitian di kemudian hari menunjukkan bahwa pendengar debat melalui radio lebih berpihak kepada Nixon, namun ternyata penonton TV memenangkan Kennedy.

Pada 7 November 1962, ia kalah dalam pemilihan Gubernur California. Dalam pidato pengakuan kekalahannya, Nixon menyatakan bahwa itu merupakan "konferensi pers terakhir"nya dan bahwa "Dick Nixon takkan ada lagi untuk ditendang". Suasana kekalahan tak bertahan. Ia pindah ke New York City dan bekerja sebagai pengacara hebat dan pada pemilihan 1968 berhasil kembali ke panggung politik secara luar biasa dengan mengalahkan Hubert H. Humphrey untuk menjadi Presiden ke-37 AS. Nixon mengimbau kepada apa yang disebutnya sebagai "mayoritas diam" dari kaum moderat AS yang tak suka terhadap kaum "hippi" yang melawan budaya, serta aktivis hak-hak sipil dan demonstrator perdamaian. Nixon juga menjanjikan "perdamaian yang bermartabat" dengan "rencana rahasia"nya untuk mengakhiri Perang Vietnam.

Pada tahun-tahun terakhirnya, Nixon berhasil memperbaiki citra dirinya sedikit dan memperoleh rasa hormat sebagai negarawan tua dalam bidang luar negeri. Para penggantinya, baik Demokrat maupun Republik, sering berkonsultasi padanya. Namun rilis pita-pita rekaman Watergate di kemudian hari menghapuskan seluruh keraguan tentang keterlibatan Nixon, baik dalam menghilangkan jejak Watergate maupun dalam keuangan kampanye yang ilegal serta pengawasan pemerintah yang melanggar hak-hak pribadi warga AS yang merupakan pokok skandalnya. Pada Juli 2003, Jeb Stuart Magruder menuduh bahwa Nixon sendiri secara pribadi telah memerintahkan pembobolan Watergate lewat telepon. Sebelumnya satu-satunya kesalahan yang dituduhkan kepadanya ialah perannya dalam menutupi pembobolan itu. Nixon menulis banyak buku setelah minggatnya dari politik, termasuk sejarah Perang Vietnam dan memoar pribadinya.

Nixon meninggal pada 22 April 1994, dalam usia 81 karena komplikasi yang berhubungan dengan serangan lumpuh dan dimakamkan di samping istrinya Pat Nixon di halaman Perpustakaan Kepresidenan Richard Nixon dan tempat kelahirannya di Yorba Linda, California. Perpustakaan Nixon memuat hanya dokumen-dokumen pra dan pasca kepresidenan Nixon karena surat-surat kepresidenannya telah ditahan sebagai bukti kejahatan. Usaha-usaha Nixon untuk melindungi dokumen-dokumennya dan memperoleh keuntungan pajak darinya merupakan satu tema penting dari peristiwa Watergate. Perpustakaan ini unik sebab didanai secara pribadi. Perpustakaan kepresidenan lainnya menerima dukungan dari Arsip Nasional.

No comments:

Post a Comment