Sunday, February 16, 2014

Raditya Priamanaya Djan, Ubah Tanah Abang Jadi Modern



Raditya Priamanaya Djan, Ubah Tanah Abang Jadi Modern


Dia bukan pesulap. Namun ia sanggup mengubah image tempat belanja yang tadinya kumuh, sumpek, padat, becek menjadi kawasan yang bersih, dan nyaman. Pria bertangan dingin tersebut adalah Raditya Priamanaya Djan.

Pria kelahiran Jakarta, 17 April 1977 ini terbilang berhasil menyulap pusat grosir terlengkap di Jakarta, Pasar tanah Abang. Ia sukses mengubah tanah Abang sejak 2003 atau pasca-Pasar tanah Abang mengalami kebakaran hebat.

Melalui sentuhannya itu, kini tanah Abang sudah memiliki 18 lantai dari sebelumnya yang hanya 3 lantai saja. Pasar tanah Abang juga sudah memiliki lift, eskalator, lahan parkir yang mampu menampung 13 ribu tenant dari yang jumlahnya hanya 3.000 tenant.

"Awalnya memang tidak mudah membangun kembali tanah Abang. Tapi kami rajin bersosialisasi kepada para pedagang. Hasilnya bisa dilihat secara langsung," katanya.

Alumni Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FEUI) itu mengaku kunjungan ke tanah Abang mencapai 70 ribu pengunjung per hari. Bahkan lulusan sarjana dari Australia dan Amerika Serikat banyak yang akhirnya berdagang di tanah Abang.

"Karena puas dan modern sekarang, pulang dari luar negeri tinggal jualan, punya kios, meja, kursi, sama laptop, omzetnya sudah luar biasa. Desainer ternama Itang Yunas saja punya 30 kios di tanah Abang,” jelasnya.

Minat Priamanaya untuk terjun ke bisnis rupanya sudah ditularkan oleh ayahnya, Djan Faridz sejak kecil. Maklumlah keluarganya memang adalah seorang pedagang. Bahkan sejak kuliah, Djan sudah berbisnis jual beli mobil antik hingga menjadi makelar tanah.

“Waktu mahasiswa saya mulai dagang, waktu kecil sekali saya ikut ayah saya kalau sedang bernegosiasi, keluarga saya adalah keluarga pedagang, saya beli mobil antik yang harganya Rp15 jutaan lalu dirapikan dan dimodifikasi, kemudian dijual lagi hasilnya untung. Saya juga pernah menjual gunting yang dibawa ayah saya waktu saya SMP, gunting berkardus-kardus enggak laku disimpan digudang, lalu saya jual di sekolah dan itu laku,” tutur siswa SMAN 3 Jakarta angkatan 1992-1995 ini.

Kini Priamanaya makin mantap menapaki karier sebagai pengusaha. Ia pun masih aktif menjabat sebagai direktur utama di enam perusahaan, yakni PT Priamanaya Energi, PT Austrodwipa Energi, PT Priamanaya Telekomunikasi, PT Langgeng Prosperity Dinamika, PT BPR Rasyid, PT Priamanaya Djan International.

Di waktu senggang, Priamanaya senang memancing ke laut-laut pulau terpencil. "Sambil memancing, saya bisa beristrahat, memiliki waktu untuk menikmati kesenggangan sambil berpikir,” tutur Priamanaya.

Salah satu pulau terpencil yang pernah dia kunjungi adalah Pulau Komodo di Nusa Tenggara Timur. Seminggu penuh ia habiskan di laut Pulau Komodo untuk memancing. Tapi bila waktu luang tidak banyak, Pria cukup berolahraga di Jakarta saja. Biasanya, ia pergi ke fitness center atau bermain golf dua kali sepekan.

“Saya suka ke gym. Saya juga sangat hobi berolahraga outdoor. Pada dasarnya saya memang tidak betah berada di dalam ruangan kantor terus-menerus, di depan meja,” ungkap dia.

Soal melatih kesabaran, hal ini didapatnya dari mancing dan golf. Saat bermain golf, dia mengaku bisa melatih emosi. Menurutnya, olahraga menjadi wadah melepas semua tekanan sambil mengasah kesabaran.

“Melatih emosi itu penting. Begitu emosi berantakan, semua pasti berantakan. Bermain golf juga mengajari kita untuk jujur dan mengatur waktu. Dengan rally, saya melatih reflek dan konsentrasi. Di gym saya melatih fisik. Intinya, semua hobi olahraga itu melatih saya dengan filosofisnya masing-masing. Juga untuk melepas stres. Memang, kadang tidak berhasil, tapi harus mencoba. Dimulai dengan mengesampingkan ego. Itu adalah motivasi terbaik untuk diri kita,” kata Priamanaya. (asm)

No comments:

Post a Comment