Friday, April 4, 2014

Lianna Rintis Bisnis Sepatu Berawal dari Iseng



Lianna Rintis Bisnis Sepatu Berawal dari Iseng



Siapa yang menyangka kesuksesan Lianna Gunawan menggeluti bisnis produksi sepatu berawal dari keisengan. Kebetulan, sejak masih muda, Lianna memang memiliki kegemaran mengoleksi serta membuat sepatu untuk digunakan sendiri.


Awal terjun ke bisnis sepatu terjadi ketika wanita muda ini memutuskan untuk berhenti kerja dan merawat anaknya. Di waktu senggang, Lianna sering belanja sepatu secara online.

"Setelah dibeli, saya iseng memajang foto sepatu. Ternyata banyak yang suka dan menanyakan dimana saya membeli koleksi sepatu itu. Saya pikir, ini peluang usaha yang bagus," tutur Lianna.

Nah, dari sinilah ide bisnis Lianna muncul. Pada tahun 2009, ia mulai menjadi 'makelar' sepatu. Ia bekerja sama dengan sebuah bengkel produksi sepatu yang membuat aneka sepatu khusus pesanan atau biasa disebut customized.

Kala itu, Lianna hanya bertindak sebagai perantara lantaran para pembelinya membawa model sepatu sendiri. Tapi, mulai tahun 2010, bengkel tersebut tidak mau menerima pesanan lagi.

Karena yakin bisnis sepatu customized ini punya prospek bagus, Lianna memulai usahanya sendiri dengan merekrut seorang perajin sepatu. Namun, cara ini juga belum membuatnya puas. Pasalnya, ia merasa tidak ada 'jiwa' dalam setiap sepatu buatannya.

Setiap produk yang dibuat, modelnya sesuai keinginan konsumen yang kebanyakan menduplikasi model yang ada di pasar. "Tidak ada kebanggaan tersendiri terhadap keaslian dan ciri khas sepatu buatan saya," ujarnya.

Kemudian muncul keinginannya untuk membuat merek sepatu dengan ciri khas sendiri. Kebetulan, saat itu, Indonesia tengah diramaikan dengan hangatnya klaim budaya asli Indonesia oleh Malaysia. Ia pun terpikir untuk mengampanyekan budaya Indonesia melalui produk sepatu.

Maka, pada April 2011, Lianna membuat sepatu dengan merek La Spina. Ia mengambil motto: Indonesia in every step. Ia memulai dengan mengaplikasikan batik garutan pada sepatunya. Saat itu, produksi Lianna masih hanya 10 pasang sepatu dalam sebulan.

Pelan-pelan, produk sepatu buatannya semakin direspon baik oleh konsumen. Lantas, selain Batik Garutan, Lianna mulai mengaplikasikan berbagai kain lainnya dalam produk La Spina, seperti songket dan kain lurik.

Ciri khasnya adalah padanan kain tradisional dengan warna-warna kontras dan cerah, dipadu dengan desain modern. Saat ini, La Spina telah memiliki 20 perajin sepatu untuk memproduksi ratusan pasang sepatu setiap bulan.

Selama berbisnis, Lianna mengaku tak pernah memasang iklan berbayar di mana pun. Pelanggannya berdatangan melalui promosi dari mulut ke mulut. Desain dan kualitas yang ia pertahankan membawa produknya dikenal tak hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri.

Lianna mengaku tidak memiliki strategi bisnis yang hebat. Ia hanya mengerjakan dengan baik apa yang ada dengan mengikuti jiwa kreatifnya. "Bisnis itu harus lahir dari passion yang didukung dengan visi," kata Lianna menyebutkan tips sukses bagi wirausahawan saat memulai berbisnis. Ia bertekad terus mengangkat nilai budaya Indonesia lewat sepatu La Spina. (*kontan.co.id)

No comments:

Post a Comment