Perpaduan
antara kepentingan bisnis dan politik
Tiga atau empat perusahaan asal Cina siap mengembangkan kawasan sepanjang
rute kereta api.
Rasanya
belum ada proses pelaksanaan megaproyek secepat proyek Kereta Api Cepat
Jakarta-Bandung. Saking cepatnya, proses pembuatan Amdal saja seperti
diabaikan. Bahkan pemberian ijin pinjam pakai kehutanan hanya membutuhkan tiga
hari.
Megaproyek
bernilai US$ 5,5 miliar ini dikerjakan oleh Konsorsium Kereta Api Cepat
Indonesia-Cina (KCIC). Saham KCIC sebesar 60% dimiliki oleh PT Pilar Sinergi
BUMN Indonesia (PSBI) sedangkan sisanya dimiliki China Railway International
Ltd.
PSBI sendiri
merupakan gabungan dari PT Wijaya Karya, PT Kereta Api Indonesia, PT Jasa Marga
dan Perkebunan Nusantara VII. Konsorsium tersebut diketuai oleh PT Wijaya
Karya.
Dalam
peletakan batu pertama (groundbreaking) Proyek Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung
di Walini, Bandung, Presiden Jokowi sesumbar bahwa proyek tersebut tidak
menggunakan Uang Negara. Tampaknya pengertian tentang Uang Negara Presiden
Jokowi harus diluruskan.
Seperrti
kita ketahui BUMN adalah milik Negara, jadi penggunaan uang BUMN jelas
merupakan uang Negara. Selain itu, demi menjadi pemimpin konsorsium, PT Wijaya
Karya harus disuntik uang Rp 4 triliun oleh Negara, melalui Penyertaan Modal
Negara (PMN). PMN tersebut telah diangarkan dalam APBN-2016. Sedangkan sumber
pendapatan utama APBN adalah dari pajak. Jadi bagaimana bisa dikatakan bahwa
Proyek Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung dikatakan tidak menggunakan uang
negara?
Sebelum
dimulainya Proyek ini sayup-sayup sudah terdengar kabar bahwa Proyek Kereta Api
Cepat Jakarta-Bandung merupakan proyek properti terselubung. Maksudnya, dengan
adanya proyek tersebut akan membuat harga tanah di sepanjang rute kereta akan
naik pesat, terutama di tanah di sekitar titik pemberhentian kereta,
Kabar
tersebut akhirnya menjadi kenyataan. Direktur Utama Wijaya Karya, Bintang
Prabowo dalam suatu kesempatan berkata bahwa ada tiga atau empat perusahaan
asal Cina siap mengembangkan kawasan sepanjang rute kereta api. Perusahaan Cina
tersebut kemungkinan akan bergandeng tangan dengan perusahaan dalam negeri yang
merupakan perusahaan proxy-proxy mereka untuk mengarap proyek properti
tersebut.
Sayangnya,
perusahaan properti proxy-proxy perusahaan Cina terkenal malas membangun
perumahaan untuk rakyat. Dipastikan mereka hanya akan mengembangkan rumah untuk
golongan atas saja. Justru, tanah rakyatlah yang akan terkikis akibat proyek
properti tersebut.
Sebenarnya,
terlihatnya Proyek Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung merupakan proyek properti
terselubung sudah tercium dari jumlah titik pemberhentian. Bayangkan saja,
panjang jalur Jalur kereta api hanya 142 Km, tapi jumlah titik pemberhentian
sampai empat titik.
Dengan jalur
sependek itu tapi jumlah titik pemberhentian sampai empat, dipastikan kereta
api tidak dapat dipacu secara maksimal. Kalau tidak dapat dipacu dengan
maksimal, buat apa memakai teknologi kereta api cepat.
Keunikan
lain dari proyek ini adalah target penyelesain hanya dua tahun. Artinya, pada
awal tahun 2019 diperkirakan proyek ini akan selesai. Seperti kita ketahui,
tahun 2019 merupakan tahun politik. Karena pada tahun tersebut akan diadakan
pemilihan DPR/DPRD dan Presiden. Jadi dikebutnya Proyek Kereta Api Cepat
Jakarta-Bandung memang merupakan perpaduan antara kepentingan politik dan
bisnis bukan kepentingan rakyat.
No comments:
Post a Comment