Saturday, January 4, 2014

Nelson Mandela - Pejuang Anti Apartheid



Nelson Mandela - Pejuang Anti Apartheid
Nelson Mandela - Pejuang Anti ApartheidNelson Rolihlahla Mandela (pengucapan Xhosa: [xoˈliːɬaɬa manˈdeːla]; lahir di Mvezo, Afrika Selatan, 18 Juli 1918 – meninggal di Johannesburg, Afrika Selatan, 5 Desember 2013 pada umur 95 tahun) adalah seorang revolusioner anti-apartheid dan politisi Afrika Selatan yang menjabat sebagai Presiden Afrika Selatan sejak 1994 sampai 1999. Ia adalah orang Afrika Selatan berkulit hitam pertama yang memegang jabatan tersebut dan presiden pertama yang terpilih melalui keterwakilan penuh, dalam sebuah pemilu multiras. Pemerintahannya berfokus pada penghapusan pengaruh apartheid dengan memberantas rasisme, kemiskinan dan kesenjangan, dan mendorong rekonsiliasi rasial. Selaku nasionalis Afrika dan sosialis demokratik, ia menjabat sebagai Presiden Kongres Nasional Afrika (ANC) pada 1991 sampai 1997. Selain itu, Mandela pernah menjadi Sekretaris Jenderal Gerakan Non-Blok pada 1998 sampai 1999.


Terlahir dari keluarga kerajaan Thembu dan bersuku Xhosa, Mandela belajar hukum di Fort Hare University dan University of Witwatersrand. Ketika menetap di Johannesburg, ia terlibat dalam politik anti-kolonial, bergabung dengan ANC, dan menjadi anggota pendiri Liga Pemuda ANC. Setelah kaum nasionalis Afrikaner dari Partai Nasional berkuasa tahun 1948 dan menerapkan kebijakan apartheid, popularitas Mandela melejit di Defiance Campaign ANC tahun 1952, terpilih menjadi Presiden ANC Transvaal, dan menghadiri Congress of the People tahun 1955. Sebagai pengacara, ia berulang kali ditahan karena melakukan aktivitas menghasut dan, sebagai ketua ANC, diadili di Pengadilan Pengkhianatan pada 1956 sampai 1961, namun akhirnya divonis tidak bersalah. Meski awalnya berunjuk rasa tanpa kekerasan, ia dan Partai Komunis Afrika Selatan mendirikan militan Umkhonto we Sizwe (MK) tahun 1961 dan memimpin kampanye pengeboman terhadap target-target pemerintahan. Pada 1962, ia ditahan dan dituduh melakukan sabotase dan bersekongkol menggulingkan pemerintahan, dan dihukum penjara seumur hidup di Pengadilan Rivonia.

Mandela menjalani masa kurungan 27 tahun, pertama di Pulau Robben, kemudian di Penjara Pollsmoor dan Penjara Victor Verster. Kampanye internasional yang menuntut pembebasannya membuat Mandela dibebaskan tahun 1990. Setelah menjadi Presiden ANC, Mandela menerbitkan otobiografi dan bernegosiasi dengan Presiden F.W. de Klerk untuk menghapuskan apartheid dan melaksanakan pemilu multiras tahun 1994 yang kelak dimenangkan ANC. Ia terpilih sebagai Presiden dan membentuk Pemerintahan Persatuan Nasional. Selaku Presiden, ia menyusun konstitusi baru dan membentuk Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi untuk menyelidiki pelanggaran-pelanggaran HAM sebelumnya. Ia juga memperkenalkan kebijakan reformasi lahan, pemberantasan kemiskinan, dan perluasan cakupan layanan kesehatan. Di luar negeri, ia bertindak sebagai mediator antara Libya dan Britania Raya dalam pengadilan pengeboman Pan Am Penerbangan 103 dan mengawasi intervensi militer di Lesotho. Ia menolak mencalonkan diri untuk kedua kalinya dan digantikan oleh wakilnya, Thabo Mbeki. Ia kemudian menjadi negarawan ulung yang berfokus pada aktivitas amal demi memberantas kemiskinan dan HIV/AIDS melalui Nelson Mandela Foundation.

Kontroversial nyaris sepanjang hayatnya, para kritikus sayap kanan menyebut Mandela teroris dan simpatisan komunis. Meski begitu, ia memperoleh pengakuan internasional atas sikap anti-kolonial dan anti-apartheidnya, menerima lebih dari 250 penghargaan, termasuk Hadiah Perdamaian Nobel 1993, Medali Kebebasan Presiden Amerika Serikat, dan Order of Lenin dari Uni Soviet. Ia sangat dihormati di Afrika Selatan dan lebih dikenal dengan nama klan Xhosa-nya, Madiba atau tata. Nelson Mandela sering dijuluki "bapak bangsa".

Mandela Wafat Tinggalkan 6 Nama - Nelson Mandela kini telah tutup usia. Banyak kenangan yang ditinggalkan olehnya, termasuk
soal nama. Pria bijak itu memiliki enam nama yang memiliki arti sendiri. Berikut enam nama tersebut seperti dikutip dari situs resmi Mandela:

1. Rolihlahla - Rolihlahla adalah nama lahir Mandela. Di suku Xhosa, Rolihlahla artinya “menarik cabang pohon”. Tetapi dalam bahasa sehari-hari berarti “pembuat onar”. Ayahnya, Mphakanyiswa Gadla Henry, yang memberi nama tersebut. Keluarga Mandela juga menggunakan banyak istilah sayang untuknya. Cucu-cucunya menggunakan varian “Kakek”, seperti “Granddad” misalnya. Graa Machel, istri ketiganya, sering menggunakan istilah “Papa” bagi Mandela.

2. Nelson - Nama ini diberikan kepada Mandela pada hari pertama dia masuk sekolah. Sang guru, Mdingane, yang memberikannya. Nelson dipilih karena sesuai dengan kebiasaan sekolah di sana yang memberikan nama anak dengan nama Kristen dan dipengaruhi oleh kolonial Inggris yang tidak bisa mengucapkan nama Afrika.

3. Madiba - Nama ini diambil dari klan atau marga tempat Mandela berasal di suku Xhosa. Bagi mereka, sebuah nama marga jauh lebih penting daripada nama keluarga karena mengacu pada nenek moyang dari orang tersebut. Sangat sopan untuk menyapa menggunakan nama marga seseorang di Afsel. Sementara Madiba, artinya merujuk kepada seorang kepala Thembu yang memerintah di Transkei pada abad ke 18.

4. Tata - Kata ini di suku Xhosa berarti “ayah”. Tata juga dimaknai sebagai panggilan sayang yang digunakan orang Afrika Selatan untuk Mandela. Mandela dikenal sebagai sosok ayah bagi banyak orang. Mereka memanggilnya Tata, meski ada yang usianya lebih tua dari Mandela.

5. Khulu - Mandela juga sering disebut Khulu, yang berarti hebat, penting, besar. Namun bila merujuk pada Mandela, kata itu diartikan sebagai orang yang terhebat. Panggilan ini juga merupakan kependekan dari kata Xhosa “Bawomkhulu” yang berarti kakek.

6. Dalibhunga - Ini adalah nama bagi Mandela yang diberikan pada usia 16 setelah ia menjalani inisiasi, ritual tradisional suku Xhosa saat seseorang menuju kedewasaan. Jika diartikan, maknanya berarti pencipta atau pendiri dewan (untuk meminta nasihat) atau pencetus dialog. Cara yang paling pas untuk menyapa Mandela dengan nama adalah: “Aaah! Dalibhunga”.

No comments:

Post a Comment