Pejuang Spartakus dan Gladiator
SpartakusSpartakus (bahasa Yunani: Σπάρτακος, Spártakos; bahasa Latin: Spartacus) (sekitar tahun 109-71 SM) adalah seorang pemimpin budak terkemuka dalam Perang Budak Ketiga, sebuah pemberontakan budak besar melawan Republik Romawi. Sedikit yang diketahui tentang Spartakus di luar peristiwa perang, dan catatan sejarah hidupnya kadang-kadang kontradiktif dan mungkin tidak selalu dapat dipercaya. Ia adalah seorang pemimpin militer yang terampil.
Perjuangan Spartakus sering dilihat sebagai perjuangan orang-orang tertindas yang berjuang untuk kebebasan mereka terhadap aristokrasi pemilik budak, telah menemukan arti baru bagi para penulis modern sejak abad ke-19. Pemberontakan Spartakus telah terbukti menginspirasi banyak penulis sastra dan politik modern, menjadikannya sebagai pahlawan rakyat, baik diantara budaya kuno maupun modern.
Sumber-sumber kuno sepakat bahwa Spartakus adalah seorang Thracia. Appian mengatakan, Spartakus adalah "seseorang kelahiran Thracia yang pernah bertugas sebagai prajurit dengan Romawi, namun sejak saat itu menjadi tahanan dan dijual untuk menjadi Gladiator". Florus (2.8.8) menggambarkannya sebagai salah seorang "tentara bayaran Thracia yang telah menjadi seorang prajurit Romawi, seorang tentara, desertir dan perampok, dan setelah itu dengan pertimbangan kekuatannya, menjadi seorang gladiator". Beberapa penulis mengacu pada suku Thracia dari Maedi, yang mana dalam sejarah menduduki daerah di pinggiran barat daya Trakia (sekarang barat daya Bulgaria). Plutarch juga menulis bahwa istri Spartakus, seorang nabiah dari suku Maedi, ikut diperbudak bersamanya.
Gladiator (Bahasa Latin: gladiatōrēs yang berarti "ahli pedang" atau "orang yang menggunakan pedang", dari kata gladius yang bermakna "pedang") adalah petarung profesional pada masa Romawi Kuno yang saling bertarung sesama gladiator, binatang buas dan penjahat-penjahat yang terhukum. Pertarungan ini kadang-kadang berakhir dengan kematian. Tujuannya untuk menghibur penonton. Pertarungan ini bertempat di arena yang terdapat di banyak kota selama masa Repubik Romawi dan Kekaisaran Romawi. terdapat tiga kenis gladiator yang di pertarungkan dalam arena contoh murmillo
Menurut sumber yang berbeda dan interpretasi mereka, Spartakus adalah tambahan dari legiun Romawi yang kemudian dijadikan budak, atau tawanan yang diambil oleh legiun. Spartacus dilatih di sekolah gladiator (Ludus) di dekat Capua milik Lentulus Batiatus. Pada tahun 73 SM, Spartacus merupakan salah satu diantara sekelompok gladiator yang merencanakan pelarian. Meski ada yang membocorkan rencana tersebut, sekitar 70 orang berhasil menyita perkakas dapur, berjuang untuk membebaskan diri dari sekolah serta menyita beberapa gerobak senjata gladiator dan baju besi. Para budak yang lolos berhasil mengalahkan pasukan kecil yang dikirim untuk mereka, menjarah wilayah di sekitar Capua, merekrut banyak budak lainnya ke dalam barisan mereka, dan akhirnya beristirahat di Gunung Vesuvius
Respon dari Romawi terhambat karena tidak adanya legiun Romawi, yang sudah terlibat dalam pertempuran Quintus Sertorius di Spanyol dan Perang Mithridatic Ketiga. Selanjutnya, Romawi menganggap pemberontakan lebih merupakan masalah keamanan daripada sebuah perang. Romawi mengirim milisi di bawah komando praetor Gaius Claudius Glaber yang mengepung para budak di gunung, berharap bahwa kelaparan akan memaksa para budak untuk menyerah. Mereka terkejut ketika Spartakus memiliki tali yang terbuat dari tanaman merambat, menuruni sisi tebing gunung berapi bersama anak buahnya, menyerang kamp Romawi yang sedang lengang dari belakang dan membunuh sebagian besar dari mereka. Para budak juga mengalahkan ekspedisi kedua, hampir menangkap komandan praetor, membunuh letnan dan merebut peralatan militer. Dengan keberhasilan ini, lebih banyak budak yang berbondong-bondong ke pasukan Spartakus seperti halnya "gembala" dari wilayah tersebut, menjadikan barisan mereka berjumlah 70.000 orang.
Dalam perselisihan tersebut, Spartakus ingin membuktikan untuk menjadi taktisi unggul dan menunjukkan bahwa ia telah memiliki pengalaman militer sebelumnya. Meskipun budak tidak memiliki pelatihan militer, mereka menunjukkan penggunaan material lokal yang tersedia dengan terampil dan taktik yang tidak biasa ketika menghadapi tentara Romawi yang terlatih. Mereka menghabiskan musim dingin tahun 73-72 SM untuk pelatihan,mempersetajai dan memperlengkapi anggota baru mereka, dan memperluas wilayah rampok mereka termasuk kota-kota dari Nola, Nuceria, Thurii dan Metapontum. Jarak antara lokasi tersebut dengan peristiwa-peristiwa berikutnya menunjukkan bahwa para budak beroperasi dalam dua kelompok yang dikomandoi oleh Spartakus dan Crixus.
Pada musim semi tahun 72 SM, para budak meninggalkan perkemahan musim dingin mereka dan mulai bergerak ke utara. Pada saat yang sama, Senat Romawi, merasa khawatir dengan kekalahan pasukan Praetorian, mengirimkan sepasang legiun konsuler di bawah komando Lucius Gellius Publicola dan Gnaeus Cornelius Lentulus Clodianus.[20] Dua legiun tersebut pada awalnya berhasil mengalahkan 30.000 budak yang dipimpin oleh Crixus di dekat Gunung Garganus - namun kemudian dua legiun itu dikalahkan oleh Spartakus. Kekalahan ini digambarkan dengan cara yang berbeda oleh dua sejarah yang paling komprehensif (yang masih ada) dari perang tersebut oleh Appian dan Plutarch.
Khawatir dengan pemberontakan yang tampaknya tak terbendung, Senat menggugat Marcus Licinius Crassus, orang terkaya di Romawi dan satu-satunya relawan untuk posisi ini, untuk
mengakhiri pemberontakan. Crassus menugaskan delapan legiun, sekitar 40.000-50.000 tentara Romawi yang terlatih, yang ia diperlakukan dengan keras, disiplin bahkan brutal. Spartakus dan para pengikutnya dengan alasan yang tidak jelas mundur ke selatan Italia, kembali bergerak ke utara di awal 71 SM, Crassus mengerahkan enam pasukannya di perbatasan daerah dan melepaskan legasinya, Mummius bersama dua legiun untuk memanuver di belakang Spartacus. Meskipun diperintahkan untuk tidak melibatkan budak, Mummius menyerang pada saat yang tepat namun terarah. Setelah itu, legiun Crassus memenangkan beberapa pertempuran, memaksa Spartakus menjauh ke selatan melalui Lucania. Pada akhir 71 SM, Spartakus berkemah di Rhegium (Reggio Calabria), dekat Selat Messina.
Menurut Plutarch, Spartakus membuat tawar-menawar dengan bajak laut Kilikia untuk mengangkut ia dan sekitar 2.000 anak buahnya ke Sisilia, dimana ia bermaksud untuk menghasut pemberontakan budak dan mengumpulkan bala bantuan. Namun ia dikhianati oleh para bajak laut yang mengambil pembayaran dan kemudian meninggalkan para budak pemberontak. Sumber kecil menyebutkan bahwa ada beberapa upaya rakitan dan galangan kapal oleh pemberontak sebagai sarana untuk melarikan diri, tapi Crassus mengambil tindakan untuk memastikan agar pemberontak tidak bisa menyeberang ke Sisilia, dan upaya mereka akhirnya terlantar. Pasukan Spartakus kemudian mundur ke arah Rhegium. Para legiun Crassus mengikuti dan pada saat kedatangan mereka dibangun benteng di tanah genting di Rhegium, meskipun terdapat serangan dari budak pemberontak. Para pemberontak berada di bawah pengepungan dan terputus dari pasokan mereka.
Pada saat itu, legiun Pompey kembali dari Spanyol dan diperintahkan oleh Senat menuju ke selatan untuk membantu Crassus. Sementara Crassus cemas bahwa kedatangan Pompey akan mengorbankan kreditnya, Spartakus gagal mencoba mencapai kesepakatan dengan Crassus. Ketika Crassus menolak, sebagian dari pasukan Spartacus kabur ke pegunungan di barat Petelia di Bruttium dalam pengejaran oleh legiun Crassus. Ketika legiun berhasil menangkap sebagian dari pemberontak dan dipisahkan dari tentara utama, pasukan Spartakus yang gagal sebagai kelompok kecil menyerang legiun yang mendekat. Spartakus kini membawa balik pasukannya dan seluruh kekuatannya untuk menyerang legiun dalam perjuangan terakhir, dimana para budak diarahkan sepenuhnya, dan sebagian besar dari mereka terbunuh di medan perang. Nasib akhir Spartakus sendiri tidak diketahui saat tubuhnya tidak pernah ditemukan, tetapi ia dicatat oleh para sejarawan telah tewas dalam pertempuran bersama dengan anak buahnya.[38] Enam ribu korban yang selamat dari pemberontakan ditangkap oleh legiun Crassus segera disalibkan, berjajar di sepanjang Jalan Appia dari Roma ke Capua.
Sejarawan klasik membagi mengenai apa sebenarnya motif Spartkcus. Sementara Plutarch menulis bahwa Spartakus hanya ingin melarikan diri ke utara menuju Cisalpine Gaul dan membubarkan anak buahnya kembali ke rumah mereka, seperti yang digambarkan pada film tahun 1960, "Spartacus", Appian dan Florus menulis bahwa ia bermaksud untuk masuk dalam barisan Romawi. Appian juga menyatakan bahwa ia kemudian meninggalkan tujuannya, yang tidak lebih dari sebuah refleksi dari ketakutan Romawi. Tidak ada tindakan Spartakus yang menunjukkan bahwa ia bertujuan untuk mereformasi masyarakat Romawi atau menghapuskan perbudakan.
Berdasarkan beberapa peristiwa di akhir 73 SM dan awal 72 SM, menunjukkan kelompok-kelompok memperkerjakan budak secara bebas dan sebuah pernyataan oleh Plutarch bahwa beberapa budak yang melarikan diri lebih mengutamakan untuk menjarah Italia, daripada melarikan diri ke atas Pegunungan Alpen, penulis modern telah menyimpulkan perpecahan faksi antara mereka, yakni yang berada dibawah Spartakus ingin melarikan diri ke atas Pegunungan Alpen untuk kebebasan, dan mereka yang berada dibawah Crixus ingin tinggal di selatan Italia untuk terus merampok dan menjarah.
No comments:
Post a Comment