Kesuksesan Pemasaran
Teguh Cahaya Surya, eksekutif pada sebuah perusahaan pertambangan, terkesiap ketika hendak membeli rumah di lokasi strategis di Serpong. Ia harus mengambil kupon antre dan menyerahkan tanda daftar sebesar Rp 5 juta.
Bagi dia, jamak kalau rumah di DKI Jakarta mahal. Jakarta sentra untuk pelbagai hal; bisnis, pemerintahan, tempat beredarnya lebih dari 40 persen uang, jasa, budaya, pendidikan dan sebagainya. Kesempatan meraih bintang lebih besar di sini.
Akan tetapi, kalau rumah di beberapa proyek elite Serpong lebih mahal dengan rumah di beberapa lokasi di Jakarta, ini fenomena menarik. Serpong yang 35 tahun silam masih berwujud hutan dan daerah resapan air kini menjadi salah satu kawasan perumahan paling diperhitungkan di Indonesia. Pengembang yang berlabuh di sini pasti sukses.
Kilau reputasi para pengembang di Serpong tidak kalah dengan reputasi sejumlah pengembang di Jakarta. Para pengembang di sana berani melepas harga sekian miliar rupiah per rumah. Dan, laris seperti pisang goreng panas.
Kunci kesuksesan para pengembang di sana ialah pasnya tema, komunikasi yang cerdas, serta pemasaran dan rapinya infrastruktur.
Para pengembang di Serpong ahli meluncurkan produk baru yang ramah lingkungan, dekat lapangan golf, hutan kota, dan di tepi danau buatan. Lalu, bangunan dikemas sedemikian rupa sehingga sangat menyita kekaguman, tidak kalah menawan dengan rumah di kawasan Bukit Golf, Permata Hijau, Pantai Mutiara, Permata Mediterania, dan sebagainya. Lalu, untuk menembus rintangan jarak ke Ibu Kota, dibangun akses baru ke jalan tol, perbaikan jalan tembus dan pembangunan fasilitas menarik untuk keperluan seluruh warga Serpong.
Kini, Serpong menjadi sentra bisnis baru, pusat makanan, sentra pendidikan, kesehatan, rekreasi, dan sebagainya. Hadirnya aneka fasilitas ini praktis membuat Serpong pilihan menarik dan kawasan elite baru yang paling diperhitungkan. Harga rumah cepat melesat. Ini salah satu sebab mengapa konsumen rela antre membeli rumah. Konsumen sadar, mereka terbentur persoalan kemacetan, tetapi itu semua dianggap ”biasa”.
Fenomena Serpong meneguhkan kembali genre yang menekankan isu mutakhir, pengemasan proyek yang memancing selera, dan pemasaran dengan sopistikasi tinggi. Tidak terbayangkan, sentra hunian dan bisnis yang berjarak 20-an kilometer dari Jakarta bisa demikian diminati publik. Ini seyogianya menggugah pengembang lain untuk menciptakan produk baru dengan formula lebih menawan. (*kompas.com)
Sumber: Kompas Cetak
No comments:
Post a Comment