Petani Yang Kikir
Pernah ada seorang petani yang sangat kikir. Ia merasa kesal tiap kali pembantunya makan.
Pada suatu hari petani itu berpikir, "Empat kali sehari orang itu makan sekenyang-kenyangnya! Itu terlalu. Aku akan menghajarnya!"
Petani itu lalu berkata kepada pembantunya, "Gandum di ladang sudah masak. Besok pagi-pagi sekali, sekitar jam empat, kita mulai memotongnya!"
Pembantu itu mengangguk sambil berkata, "Baik."
Esok harinya, pagi-pagi sekali, mereka mulai sarapan sop. Ketika mereka selesai makan, pembantu itu hendak berdiri.
Tetapi petani itu berkata, "Duduk saja dulu. Dengarlah. Waktu yang terbaik untuk memotong gandum sebetulnya siang hari. Tapi pada siang hari itu kita harus berhenti untuk makan siang. Lebih baik sekarang saja kita makan makaroni untuk siang nanti. Jadi nanti kita tidak usah berhenti kerja."
Pembantu itu sangat heran. Tapi ia tidak berkata apap-apa. Ia makan juga makaroni dan sayuran yang disediakan. Juga sepotong daging asap dimakannya. Setelah itu ia mengusap muloutnya dan hendak berdiri.
Tetapi petani itu lalu memanggil, "Tunggu dulu! Aku pikir, nanti sore kita juga tidak usah berhenti kerja untuk makan sore. Baiklah kita makan sekalian makan sore itu. Bu, bawalah roti dan lemak babi! Akan kita makan sekarang juga!"
Diam-diam petani itu berpikir dalam hatinya, "Orang itu sudah begitu kenyang! Pasti ia tidak dapat makan banyak roti dan lemak babi."
Benar. Pembantu itu dengan susah payah hanya dapat makan sepotong roti kecil dan berhasil menelannya sesudah minum banyak air anggur.
"Sudah tersimpan sedikit dari makanan itu," pikir petani itu dengan puas.
"Tetapi aku masih mau lebih menghemat."
"Jangan pergi dulu," Ia perintahkan pembantunya.
"Kita sekarang makan santapan malam juga, supaya kita dapat kerja sepanjang hari tanpa berhenti."
Isteri petani itu menyediakan satu mangkok bubur penuh. Dengan susah sekali pembantu itu dapat makan satu sendok bubur. Kemudiaan ia buang muka. Ia sudah muak melihat makanan.
"Horeee! Menang!" Petani kikir itu merasa puas dan gembira. Banyak juga yang dapat dihematnya dengan bujukan ini. Di kemudian hari ia akan berbuat demikian lagi. Lebih hemat.
"Sekarang, mari kita mulai bekerja," serunya pada pembantunya.
Barulah pembantu itu membuka mulut dan berkata, "Bekerja? Setelah makan malam? Tidak mungkin. Setelah makan malam aku biasa pergi itudr. Sekarang juga aku akan tidur."
Begitu habis bicara, ia berbalik dan masuk ke kamar tidurnya.
No comments:
Post a Comment