Pelanduk Mengalahkan Naga Yang Rakus
Pada suatu hari, ketika burung-burung sedang memancing ikan, burung Raja Udang berkata, “Lihat awan yang begitu rendah dan tebal itu. Sebentar lagi tentu ada badai. Lebih baik kukumpulkan saja ikan-ikan ini bersama-sama.”
Burung-burung lainnya setuju, lalu mengumpulkan ikan-ikan mereka pada suatu tempat.
Tapi sewaktu mereka pergi, muncullah Naga Besar. Matanya bercahaya dan pada mulutnya mencuat dua buah taring yang besar.
“Inilah santapanku,” kata Naga ketika melihat setumpuk ikan.
Pada suatu hari, ketika burung-burung sedang memancing ikan, burung Raja Udang berkata, “Lihat awan yang begitu rendah dan tebal itu. Sebentar lagi tentu ada badai. Lebih baik kukumpulkan saja ikan-ikan ini bersama-sama.”
Burung-burung lainnya setuju, lalu mengumpulkan ikan-ikan mereka pada suatu tempat.
Tapi sewaktu mereka pergi, muncullah Naga Besar. Matanya bercahaya dan pada mulutnya mencuat dua buah taring yang besar.
“Inilah santapanku,” kata Naga ketika melihat setumpuk ikan.
Dengan rakus Naga memakan ikan-ikan itu. Kerbau melihat kejadian itu, lalu bercerita kepada burung-burung.
“Tapi jangan khawatir, aku akan menjaga ikan-ikanmu selama kalian pergi,” kata Kerbau.
Kemudian burung-burung mengumpulkan ikan lagi. Sebentar kemudian, Naga Besar datang lagi.
“Ha! Ha! Kau kira kau bisa menghalangi aku?” kata Naga sambil tertawa.
Sebelum kerbau sempat menanduk, Naga Besar sudah memegang tanduknya dengan satu tangan. Sedang tangan yang satunya lagi memasukkan ikan ke dalam mulutnya.
Setelah selesai makan, Naga Besar melemparkan kerbau itu ke udara dan dibiarkan jatuh ke tanah lagi.
“Nah!” katanya.
“Itulah pelajaran untukmu, supaya kau tidak mencoba menghalangi Naga Besar lagi.”
“Apa gunanya memancing, kalau semua ikan hanya menjadi makanan Naga Besar?” kata burung Elang ketika melihat burung-burung pulang dari memancing.
“Jangan putus asa,” sahut Kerbau dengan marah.
“Akan kupanggilkan kawanku Gajah supaya menjaga ikan-ikanmu. la dapat menghukum Naga keparat itu.”
Tetapi Gajah menolak. “Aku benci pada Naga. Ia kotor, makhluk busuk.”
Lalu Kerbau minta tolong Badak. Badak mau.
“Jangan khawatir, akan kuhalau Naga itu dengan dua kali seruduk saja,” katanya dengan congkak.
Tapi ketika Naga Besar datang, ia langsung memegang tanduk Badak dengan satu tangan. Tangan yang satunya lagi memasukkan ikan-ikan itu ke dalam mulutnya. “Enak sekali. Sekarang kau akan kuajar supaya tidak mengganggu aku makan,” kata Naga sambil melemparkan Badak itu ke udara.
Ketika burung-burung pulang, Burung Raja Udang berkata, “Aku tak mau lagi menyimpan ikan.”
Burung-burung lainnya setuju.
Waktu itu lewatlah seekor Pelanduk. Pelanduk juga mendengar percakapan burung-burung itu.
“Coba kumpulkan ikan sekali lagi, aku akan menjaga ikan-ikanmu,” kata Pelanduk berjanji.
Burung-burung hanya menertawakannya, “Sombong!” kata mereka.
“Binatang sekecil engkau berani melawan Naga? Sudah dua ekor binatang hutan ini yang besar dan gagah dikalahkan! Apalagi kau!”
“Lihat saja nanti,” kata Pelanduk.
Karena pandainya Pelanduk membujuk, maka burung-burung mau mengumpulkan ikan sekali lagi.
Setelah mengumpulkan setumpuk ikan, burung-burung menyerahkannya kepada Pelanduk supaya dijaga. Mula-mula Pelanduk menutupi ikan-ikan itu dengan lumut laut. Kemudian Pelanduk mencari dua gulung tali rotan yang panjang, lalu menunggu di situ.
Sebentar kemudian, terdengar suara yang menakutkan dan muncullah Naga Besar. “Hai binatang kecil. Kau kira kau dapat menghalangi aku? Ayo tunjukkan di mana ikan itu!” kata Naga dengan tidak sabar.
Pelanduk pura-pura mencari di sekelilingnya.
Lalu ia bertanya dengan heran, “Ikan apa? Jangan ganggu aku. Nyawaku hanya tergantung dari pekerjaan ini.”
Ia pun melilitkan tali rotan itu ke kakinya.
“Pekerjaan apa?” tanya Naga dengan perasaan ingin tahu.
“Apa kamu belum tahu kalau langit akan runtuh dan membinasakan kita semua?” tanya Pelanduk keheranan.
“Lihatlah sendiri, betapa rendahnya langit itu. Aku bersiap-siap untuk menyelamatkan diri.”
Naga Besar memandang ke langit. “Ya, kelihatannya rendah sekali. Rasanya memang langit sudah akan runtuh,” kata Naga dengan cemas.
“Ajarilah aku bagaimana caranya menyelamatkan diri,” kata Naga tidak sabar.
Tetapi Pelanduk pura-pura tidak mendengar. la terus melilit-lilitkan tali di kakinya.
Tulikah kau?” teriak Naga.
“Jawab pertanyaanku. Kalau tidak, kubunuh kau!”
“Dasar Naga bodoh,” jawab Pelanduk.
“Kalau aku kau bunuh, bagaimana kau akan menyelamatkan diri?”
Naga itu sadar, ia pun tenang. Tetapi tiap kali memandang ke langit, hatinya bertambah gelisah.
“Cepatlah,” Naga itu merengek dengan suara yang memelas.
“Terangkan bagaimana caranya menyelamatkan diri.”
“Di sana ada sebuah sumur yang dalam. Aku akan terjun ke dalamnya, sehingga kalau langit runtuh, aku tidak akan kejatuhan. Pertama kali, kakiku harus kuikat dengan tali rotan yang berguna ini,” kata Pelanduk menjelaskan.
“Apa gunanya tali rotan itu?” tanya Naga Besar.
“Karena sumur itu sangat dalam, kalau aku terjun bebas pasti mati. Oleh karena itu, kuikat kakiku dengan tali rotan yang berguna ini. Tali rotan ini akan menjadi sayap, kalau aku terjun ke sumur nanti,” kata Pelanduk.
“Sekarang, aku jangan kau ganggu.”
“Tolong, ikat juga kakiku dengan tali rotan yang berguna itu,” perintah Naga.
“Tali rotan ini akan kupakai sendiri,” jawab Pelanduk.
“Laksanakan perintahku! Kalau tidak, …. kucungkil matamu!” bentak Naga Besar itu.
Pelanduk pura-pura tidak mau melepas tali rotan yang melilit kakinya.
“Pergilah sendiri ke sumur itu. Badanmu besar dan kuat, jadi kau tidak perlu sayap lagi. Tetapi aku memerlukannya.”
Naga Besar pergi ke sumur.
“Aku juga memerlukan sayap. Cepat, ikatlah kakiku,” perintah Naga.
Keduanya mendekati sumur, Akhirnya Pelanduk mau mengikat kaki Naga dengan tali rotan itu.
Setelah selesai, Pelanduk berkata, “Badanmu sangat besar. Aku takut kalau kau tidak dapat terbang, karena sayapmu hanya sepasang. Sebaiknya kau memakai dua pasang sayap.”
“Kalau memang harus dua pasang, aku pun mau,” kata Naga tidak sabar.
“Baiklah. Kau pantas mendapat sepasang sayap lagi di tanganmu, seperti sayap yang ada di kakimu.” Pelanduk menjelaskan.
“Tapi sayang, tali yang tersisa ini akan kupakai sendiri.”
Naga itu menyeringai, menunjukkan giginya yang tajam kepada Pelanduk.
“Kalau kau tidak mau mengikat tanganku dengan tali rotan itu, kau akan kukoyak-koyak.”
“Tetapi aku akan kejatuhan langit kalau tetap duduk di sini. Oh Naga yang berbudi dan baik hati, jangan bunuh aku,” Pelanduk merayu.
“Tak usah banyak ngomong, ikatlah tanganku!” kata Naga tanpa mempedulikan kata-kata Pelanduk.
Pelanduk pun cepat-cepat mengikat tangan Naga.
Naga adalah binatang yang besar dan kuat, tetapi sangat bodoh. Sekarang ia sadar kalau tidak berdaya lagi.
“Mengapa ikatanmu kuat sekali?” katanya dengan cemas.
“Supaya aku dapat mencampakkan kau ke dalam sumur,” teriak Pelanduk kegirangan. Lalu Pelanduk mendorong Naga Besar itu hingga masuk ke dalam sumur.
Waktu burung-burung pulang, mereka mendapati ikan-ikan mereka dalam keadaan utuh.
“Dimanakah Naga itu? Apakah ia tidak datang kemari?” mereka bertanya kepada Pelanduk.
“Tadi memang Naga itu datang ke sini. Tapi, dia sudah kucampakkan ke dalam sumur, karena dia selalu mengacau,” Pelanduk menjelaskan.
Semua burung tertawa mendengarnya.
“Kalau kalian tidak percaya, mari kutunjukkan,” kata Pelanduk.
Mereka pergi ke sumur. Dari dalam sumur, mereka mendengar suara Naga yang mengerikan.
Burung-burung kagum.
“Bagaimana mungkin. Kau sangat kecil sedang Naga besar sekali. Kami hampir-hampir tidak percaya!” kata mereka.
“Kalian akan senang, bila tahu caranya,” jawab Pelanduk dengan bangga.
Sejak saat itu kalau burung-burung mengalami kesulitan, mereka minta tolong pada Pelanduk.
Mereka berkata, “Pelanduk adalah binatang yang paling cerdik dan paling bijaksana di dunia ini.”
No comments:
Post a Comment