Pandora
Sahabat Pandora bernama Epimeteus. Pandora berarti hadiah dewa. Pandora perempuan dan Epimeteus laki-laki. Mereka masih anak-anak. Waktu Pandora hidup, dunia seperti surga. Anak kecil tidak menjadi remaja. Anak remaja tak menjadi dewasa. Orang dewasa tidak jadi tua. Tak perlu ada ayah dan ibu. Anak-anak dapat menjaga diri. Tapi ini terjadi beribu-ribu tahun yang lalu.
Bunga-bunga tak dapat layu. Barang-barang tak dapat lapuk. Besi tak dapat berkarat. Baju tak jadi lusuh. Matahari selalu cerah. Udara selalu segar dan sejuk. Makanan dan minuman berlimpah-limpah. Orang tak perlu bekerja dan masak. Buah-buahan yang lezat tinggal memetiknya. Pekerjaan rumah tidak ada. Ulangan juga tidak ada. Anak-anak tak perlu pergi ke sekolah.
Tiap hari dapat bersenang-senang. Manusia tak perlu takut sakit atau mati. Kesusahan dan kesulitan tidak ada. Anak-anak selalu gembira dan sehat. Mereka tak mengenal rasa takut dan cemburu. Mereka tidak pernah kecewa. Tak ada pengkhianat dan pencuri. Anak-anak dapat hidup tenteram, riang dan puas.
Tapi hal itu tak berlangsung selamanya. Surga dunia tiba-tiba berakhir. Seorang tamu berkunjung ke rumah Epimeteus.
"Epimeteus, ini peti untuk Pandora. Tapi jangan dibuka. Biarkan peti ditempatnya. Lebih baik peti ini jangan disentuh."
Tamu pergi, Epimeteus tak begitu memperhatikan peti. Ia lebih suka bermain-main dengan teman-temannya. Tapi tak lama kemudian Pandora datang melihat peti emas di dekat pintu. Peti emas yang diukir sangat indah. Bahan bakunya kayu hitam. Tapi kayu hitam dibungkus ukiran emas. Daun, bunga dan buah diukir sangat menarik. Dan di antara bunga tampak lukisan wajah-wajah yang tersenyum.
Anak perempuan suka akan barang-barang bagus. Kecuali itu, Pandora punya sifat ingin tahu. Kalau ada anak bicara, ia selalu ingin mendengarkannya. Peti di dekat pintu sangat menarik perhatiannya.
"Epimeteus! Kemari sebentar!" teriaknya.
Epimeteus datang, nafasnya agak cepat. Rupanya ia baru saja berlari-larian.
"Epimeteus, ini peti siapa?"
"Tadi ada tamu. Kata tamu, peti ini untukmu. Tapi peti ini tak boleh ibuka. Bahkan anak-anak tidak boleh menyentuhnya!"
"Aneh sekali! Aku diberi peti, tapi tak boleh dibuka! Apa gunanya diberikan kepadaku?"
Pandora ingin memegangnya, tapi Epimeteus berteriak, "Jangan Pandora! Jangan disentuh! Biarkan peti itu begitu saja!"
"Mengapa, Epimeteus? Ini petiku, sudah jadi milikku. Mengapa aku tak boleh menyentuhnya?"
"Mengapa kau begitu memperhatikan peti itu? Ayo kita bermain-main saja. Anggap saja peti itu tidak ada."
Pandora bukan Epimeteus. Epimeteus bukan Pandora. Anak laki-laki bukan anak perempuan. Anak perempuan memang lain dengan anak laki-laki. Perasaannya terlalu halus. Keinginan tahunya sangat besar.
"Epimeteus, siapa yang membawa peti kemari?"
"Tamu."
"Kau kenal tamu itu?"
"Ia memakai helm bersayap. Ia memakai sandal bersayap. Ia membawa tongkat bersayap."
"Tongkatnya dihiasi lukisan ular?"
"Ya betul. Dua ekor ular. Kukira itu ular benaran, ternyata hanya pahatan belaka. Sungguh hidup kelihatannya."
"Kau tahu nama tamu itu?"
"Kau kenal orang itu?"
"Ya, aku kenal orang itu. Dia bukan manusia, tapi dewa. Dewa Hermes atau Mercurius!" jawab Pandora.
"Kalau dewa yang menyuruh, mengapa kau melanggar?"
"Aku belum melanggar perintahnya. Kalau peti diberikan kepadaku, aku boleh membukanya. Seharusnya begitu bukan?"
"Menurut pendapatku, tidak! Mungkin maksud Mercurius, kau hanya boleh melihatnya. Mungkin kau akan diberitahu, kapan kau boleh menyentuhnya. Terserah kepadamu Pandora. Aku ingin melanjutkan permainanku."
Pandora tidak senang mendengar jawaban Epimeteus. Ia tidak mengerti mengapa Merkurius berbuat begitu. Ia juga tidak mengerti, mengapa Epimeteus tidak tertarik pada peti. Padahal Pandora ingin tahu isi peti itu. Makin lama makin menarik peti itu.
Kaki Pandora mulai beranjak. Kaki makin lama makin dekat ke peti. Mata Pandora sebentar-bentar melihat keluar. Jangan sampai Epimeteus tahu akan isi hatinya. Pandora seperti anak kucing melihat anak tikus.
"Peti ini petiku. Aku berhak membukanya." katanya.
Epimeteus sedang asyik bermain-main di luar. Suara anak-anak yang riang gembira memenuhi halaman. Kegembiraan mereka murni, tak dihantui penderitaan. Tapi mereka tak sadar, bahwa kegembiraan mereka akan segera berakhir.
Pandora juga tidak tahu, kalau perbuatannya itu akan menimbulkan malapetaka. Ia mengira, isi peti pasti barang-barang indah. Kalau bukan barang indah, pasti makanan enak. Sekarang jari-jari Pandora menyentuh peti. Ia lalu melihat keluar. Anak lain tak ada yang tahu. Pandora mencoba membuka peti. Tapi peti tak dapat dibuka.
Matanya mengamat-amati lebih teliti. Peti tak ada kuncinya. Mungkin tali-tali emas ini pengikatnya. Begitu pikirnya. Tali emas ditarik-tarik. Tapi simpulnya tetap terikat erat-erat. Ujung dan pangkal simpul tak mudah ditemukan. Simpul ditarik sekuat-kuatnya. Simpul rusak dan terurai.
Pandora terkejut dan takut. Ia melihat keluar. Epimeteus tidak kelihatan. Suara anak yang riang riuh gembira sangat meriah. Tapi hati Pandora berdebar-debar.
Tiba-tiba dari dalam peti terdengar suara, "Pandora, Pandora, mengapa kau ragu-ragu? Ayo cepat buka!"
"Siapa kau?" tanya Pandora.
"Aku orang banyak. Aku pasukan. Aku akan membuat wajahmu secantik bunga mawar. Aku akan membuat tubuhmu seramping bambu. aku akan membuat rambutmu sehitam malam."
"Siapa kau?" tanya Pandora sekali lagi.
"Kau akan tahu, kalau peti kau buka. Aku akan membuatmu bahagia. Aku akan membuat dunia seindah permata."
"Siapa namamu?"
"Buka peti ini, kau akan tahu namaku. Kau akan secantik dewi. Semua anak akan mengagumimu. Semua keinginanmu akan terkabul. Kau akan merasakan sesuatu yang belum pernah kau alami."
"Pandora, jangan dibuka peti itu!" kata suara dalam hati Pandora.
Tapi suara dari dalam peti terdengar lagi, "Pandora, cepat buka sebentar saja. Kau akan melihat sesuatu yang belum pernah kau lihat. Kau akan mendengar sesuatu yang belum pernah kau dengar. Kau akan serupa dewi dan bidadari. Semua anak akan berterima kasih kepadamu."
Pandora membuka peti sedikit. Epimeteus kebetulan datang. Ia melihat Pandora membuka peti.
Ia berteriak, "Pandora, jangan!"
Tapi Epimeteus terlambat. Pandora tidak mendenger kata itu. Bersamaan dengan teriakan Epimeteus, terdengar ledakan. Suaranya seperti suara halilintar. Seluruh kamar diliputi asap hitam. Berjuta-juta mahluk keluar dari dalam peti. Kuman, bakteri, virus, kutu, nyamuk, lalat dan mahluk-mahluk halus. Mereka seperti murid-murid sekolah keluar dari gedung sekolah. Lebih ribut dan lebih gaduh. Dari asap hitam terdengar suara mengejek. Mereka tertawa menghina.
"Pandora, kau bodoh. Hahahaha... Kau tertipu. Kami orang banyak. Kami kejahatan dan dosa. Kami penyakit dan penderitaan. Kami kesusahan dan kesukaran. Kami bencana dan malapetaka."
Di samping itu terdengar berbagai-bagai suara. Nadanya mengejek dan mengolok-olok.
"Pandora, kau ingin tahu namaku? Namaku Benci. Namaku Kecewa. Namaku Cemburu. Namaku Pengkhianat. Namaku Putus Asa. Namaku Pencuri. Namaku Malas. Namaku Rakus....."
Suara itu sangat riuh dan gaduh, kacau dan memekakkan telinga. Pandora merasa baru saja membuka neraka. Dan jutaan setan berhamburan ke seluruh dunia. Sementara itu, Epimeteus menjerit-jerit. Demikian pula Pandora. Ia segera menutup peti kembali.
Inilah asal mula penderitaan di dunia. Anak-anak jadi remaja. Remaja jadi dewasa. Orang dewasa menjadi tua. Sesudah tua lalu mati. Bunga-bunga layu. Buah-buahan menjadi busuk. Daun-daun berguguran. Penyakit merajalela. Kejahatan merusak manusia. Dunia menjadi lembah air mat. Untuk pertama kali, Pandora dan Epimeteus mengalami rasa sakit.
Pandora dan Epimeteus sangat menyesal. Pandora menangis di depan peti. Epimeteus duduk menghadap sudut tembok. Mereka mengalami yang belum pernah mereka alami, menderita.
Tiba-tiba dari dalam peti terdengar suara, "Pandora, aku ketinggalan. Aku tidak serupa mereka. Aku lain dengan mereka. Aku akan menjadi sahabat manusia!"
Mula-mula Pandora tidak mau membuka peti. Ia takut tertipu lagi. Tapi ia sudah mengeluarkan berjuta-juta mahluk. Apa arti seekor mahluk? Kalau peti dibuka lagi, mungkin sudah tak berbahaya. Oleh karena itu, peti dibuka lagi.
Seorang peri kecil dan cantik terbang keluar. Seketika itu juga kamar menjadi harum semerbak. Udara menjadi segar dan sejuk. Rasa sakit hilang dan hati Pandora menjadi riang. Peri kecil itu namanya PENGHARAPAN. Ia menjadi penghibur manusia. Ia menjadi penyembuh penderitaan.
No comments:
Post a Comment