Pertama di Indonesia, Inilah Lokasi Tambal Ban Gratis
Jika cagub-cagub menjanjikan pendidikan gratis, kesehatan gratis dan urusan lain gratis, itu masih wacana. Angan-angan yang belum direalisasi. Tetapi ini ada komunitas yang tidak pernah melontarkan janji, tiba-tiba menggelar aksi. Tambal Ban Gratis.
Inilah satu tempat tambal ban unik di Jalan Kyai Haji Hasim Ashari sekitar kawasan Roxy, Jakarta Pusat, karena tidak memungut bayaran alias gratis.
Beda dengan tambal ban biasa. Pos yang terletak tidak jauh dari dealer Nissan itu menggratiskan menambal setiap ban sepeda motor yang kempis terkena paku jalanan. Para relawan di tambal ban itu menamakan diri "Komunitas Semut Orange".
Menurut Ketua 'Semut Orange" Johan P. Tuilan (50-an), tambal ban gratis hadir karena melihat banyaknya pengendara motor yang terkena ranjau paku.
"Sehari paling banyak kami tambal sekitar 20 motor," kata Johan yang akrab dipanggil Yossy tersebut.
Nama "Semut Orange" menurut Yossi terilhami dari semut, binatang yang hidup berkoloni dan masing-masing punya tugas yang jelas.
"Selain itu, semut bahasa Inggrisnya 'ant', ini sama dengan visi kami yang 'ANT', singkatan dari action no talk," kata Yossi. Kata "orange" menurut Yossi digunakan karena mereka berada di Jakarta. "Orange" adalah warna yang digunakan kesebelasan Persija Jakarta.
Sambil menambal ban sepeda motor yang bocor, kepada Antaranews Yossi mengemukakan para anggota "Semut Orange" merupakan mantan anggota Komunitas Sapu Bersih (Saber) yang keluar karena kesetidakpahaman dengan para pengurus lainnya. Saber adalah kelompok relawan yang setiap hari mengumpulkan ranjau paku.
Jika ban dalam yang bocor sudah terlalu parah, "Semut Orange" menyediakan ban dalam seharga Rp25ribu , sama dengan harga yang mereka beli dari toko.
"Semut Orange" membuka pos tambal ban gratis pukul 06.00-18.00 WIB karena memprioritaskan pekerja dan pengantar anak sekolah.
"Pengennya buka 24 jam tapi karena keterbatasan jumlah anggota dan tenaga jadi cuma pagi sampai sore aja," kata Yossy.
Setiap pagi mereka menyapu paku-paku yang bertebaran di sekitar Harmoni hingga Roxy dengan alat bermagnet yang mereka buat sendiri.
"Kami benar-benar murni ingin membantu masyarakat bukan mengharapkan imbalan," kata Wakil Ketua Semut Orange Sanawi. Dia mengaku keluarganya mendukung kerja sebagai relawan itu.
Sarnawi mengemukakan dirinya punya pekerjaan sebagai pengawas bangunan namun tetap mengusahakan diri aktif di "Semut Orange". "Kalau Yossi punya warung makan dan kos-kosan."
Mereka mengakui tidak bisa menolak ketika ada warga yang memberi imbalan. "Semut Orange" telah menyediakan kotak uang untuk menampung sumbangan warga selain membuat rekening bank atas nama Komunitas Semut Orange.
"Kami sebisa mungkin berusaha transparan kepada masyarakat," kata Sanawi.
Komunitas ini berdiri sejak 6 Mei dan kini telah beranggotakan 12 orang. Selama sebulan ini sekitar 300 sepeda motor sudah mereka tambal. Yossy mengaku bahagia ketika bisa membantu menambal ban sepeda motor bocor.
Walau telah bersusah payah memberi pelayanan gratis mereka mengaku masih mendapat perlakuan kurang mengenakkan dari warga.
"Mas di sana masih banyak pakunya lho. Kenapa nggak diambil sih," kata Sanawi menirukan komentar warga.
Sanawi mengatakan ranjau paku tidak akan pernah habis karena jumlah tukang tambal ban semakin banyak dan penghasilan mereka ada jika sepeda motor ada yang bocor.
No comments:
Post a Comment