Monday, December 16, 2013

Korban santet



Korban santet

Entah mengapa aku menceritakan ini, mungkin karena sekarang aku sedang sebel ma saudara ummi. Kejadian ini sudah sangat lama, terjadi saat aku masih duduk di bangku SMP. Namun ceritanya terus berlanjut ke tahun-tahun berikutnya.

Ooo

Ibuku adalah anak keenam dari delapan bersaudara. Untukku beliau adalah sosok yang mengagumkan. Beliau tak pernah dendam walaupun disakiti bahkan oleh saudaranya sendiri. Tak hanya sekali tapi berkali-kali, namun begitu beliau tetap menerimanya dengan terbuka dan membantu ketika mereka membutuhkan pertolongan.

Dulu kami orang yang sangat miskin, selalu dihina oleh orang lain bahkan oleh saudara ummi sendiri. Bahkan saudara ummi, sebut saja wa S, sangatlah pelit. Aku dan kakakku hanya ingin ikut nonton TV saja tak diperbolehkan masuk. Karena tak diperbolehkan, kami pun mencoba untuk nonton dari luar rumahnya, nonton melalui jendela. Ketika mereka melihat itu, gorden rumahnya langsung ditutup hingga kami tak bisa melihat gambarnya.

Kami sangat benci sekali padanya, tapi ummi menasihati agar kami tak menaruh kebencian. Biarlah kalau mereka pelit, semoga saja Allah menambahkan rizki kami hingga bisa hidup berkecukupan. Padahal ummi juga telah disakiti, namun beliau tak pernah menaruh kebencian.

Saat itu ummi ikut arisan pada wa S. Waktu itu ummi sangat membutukan uang, sehingga ummi meminta agar minggu ini yang dapat arisan ummi saja. Dengan malas-malasan ia menjawab iya. Namun alangkah terkejutnya ummi minggu itu malah orang lain, sebut M, yang dapat.

Ketika ummi bertanya, ia hanya mengatakan kalau M juga telah meminta agar arisannya ia yang dapat. Padahal ummi yang telah jauh-jauh hari meminta, namun malah diberikan pada orang lain. Akhirnya ummi mengalah dan meminta minggu depan saja arisannya keluar. Dan minggu depan pun sama, sampai berbulan-bulan ummi tak pernah mendapat arisannya, selalu diberikan pada orang lain.

Ayahku pun sangatlah marah mendengar perlakuan saudara ummi itu.

"Segitu uang arisan kita, apalagi kalau kita pinjam duit padanya. Sudahlah gak usah ngemis-ngemis minta arisan itu lagi, kita berdoa ja mudah-mudahan Allah menambah rezeki kita." Itulah yang bapak katakan kala itu.

Ummi pun menurut pada bapak, dan tidak pernah meminta uang arisan itu lagi. Bukannya mikir, saudara ummi malah sengaja hingga ummi lah yang terakhir mendapat arisan. Tidak sampai disitu saja, banyak sekali perlakuan-perlakuan mereka yang melecehkan keluarga kami. Tidak hanya keluarga wa S saja, namun hampir semua saudara ummi juga sama.

Singkat cerita ummi selalu beribadah dan berdoa pada Allah agar ditambahkan rizki hingga tidak diperlakukan hina lagi oleh orang lain. Beliau tak pernah meninggalkan shalat tahajud dan shalat dhuha. Beliau selalu berdzikir dan puasa. Sedikit sekali waktu ummi untuk tidur. Dan alhamdulillah Allah menjawab doa-doa ummi.

Lambat laun rejeki kami bertambah. Rumah peninggalan kakek nenek pun kami bangun kembali, hingga menjadi rumah yang lumayan besar dengan dua tingkat. Tanah rumah pun bapak beli agar saudara-saudara tidak ada yang iri.

Ya tanah rumah peninggalan kakek nenek dibeli oleh bapak, dan uangnya dimasukkan ke dalam uang warisan. Kami takut ada saudara ummi yang merasa tidak adil karena rumah kakek nenek diserahkan pada ummi. Apalagi rumah itu telah dibangun menjadi lumayan besar, dibanding dulu yang hanya terbuat dari bilik dan papan.

Singkat cerita alhamdulillah sekarang kami hidup bercukupan, telah bisa membeli sawah, mobil bak untuk usaha bapa. Kami pun bisa menonton TV sepuasnya, tak seperti dulu. Dan alangkah terhenyak kami ketika melihat keadaan wa S.

Sekarang ia jatuh miskin, hartanya telah habis, bahkan untuk makan saja susah. Sebenarnya bisa saja kami menertawakannya mengingat perlakuannya dulu, namun ummi selalu mengajarkan agar kita berbesar hati dan berlapang dada. Ummi pun selalu mengirimkan makanan pada wa S walaupun telah dilarang oleh bapak.

Ya bapak sudah terlalu sakit hati oleh perlakuan wa S. Namun bukannya berterima kasih, ia malah merasa terhina oleh perlakuan kami. Makanan yang diberikan ummi pun dibuang olehnya. Astaghfirullah, padahal niat kita adalah membantu tapi dia telah berburuk sangka terlebih dulu, menyangka perlakuan kita adalah bentuk penghinaan padanya. Ia pun selalu sinis menanggapi keberhasilan usaha bapak, selalu memfitnah yang tidak-tidak.

Tak hanya wa S yang merasa iri akan peningkatan usaha bapak. Ternyata hampir semua saudara ummi seperti itu. Bahkan beberapa dari mereka mengirimkan guna-guna pada keluarga kami. Dan disini aku akan menceritakan salah dua saudara ummi yang mengirimkan guna-guna pada kami.

Ooo

Saat itu entah mengapa bapak sangat malas sekali untuk bekerja. Sudah beberapa kali bapa seperti ini. kerjaannya hanya tidur dan nonton TV. Bahkan ketika disuruh mencari nafkah oleh ummi, beliau malah membentak. Tentu saja, hal ini menyebabkan pemasukan keluarga tak ada. Untunglah saat itu teteh telah bekerja, sehingga uang untuk kehidupan sehari-hari diambil dari gaji teteh. Kalau tidak, mungkin kami bisa kelaparan.

Tadinya ummi tak menyangka apa-apa, namun setelah berbulan-bulan kemalasan bapak tak reda-reda, ummi pun mulai curiga ada sesuatu yang salah. Akhirnya ummi berinisiatif membawa bapak ke salah seorang kyai. Tapi bapa menolak habis-habisan. Akhirnya ummi sendirian mendatangi Pak Kyai tersebut.

Pak Kyai menuturkan kalau kemalasan bapak memang tidak wajar. Bapak diguna-guna agar bapak tak ada keinginan untuk mencari nafkah hingga harta kami habis. Pak Kyai memberikan dzikiran yang harus diamalkan oleh ummi, dan air untuk diminumkan dan dipakai mandi oleh bapak.

Pak Kyai tidak memberitahu siapa yang melakukannya, hanya menyebutkan bahwa orang itu adalah saudara ummi sendiri. Beliau memberitahu ciri-cirinya, ia berkulit putih, tidak terlalu tinggi, punya istri dan tiga orang anak, ia sekeluarga tak lama ini baru pindah rumah. Ummi terkejut saat mendengar itu. Bukannya berburuk sangka, tapi ciri-ciri itu mirip sekali dengan wa N. Lagipula saudara ummi yang laki-laki hanya wa N seorang, yang lainnya perempuan.

Ummi tak menyangka bahwa wa N tega melakukan perbuatan seperti itu pada ummi. Karena wa N ini jika di depan kami sangatlah baik, tidak seperti wa S. Namun ternyata hatinya busuk, lebih membahayakan dibanding wa S. Ummi pasrahkan semuanya pada Allah. Ummi pun terus berdzikir setiap malam mengharapkan kesembuhan bapak, dan alhamdulillah bapak pun menjadi seperti dulu.

Ternyata tak sampai disitu saja perbuatan saudara ummi yang jahat itu.

Saat itu kami sedang ngobrol-ngobrol di ruang tamu, tiba-tiba saja ada yang bergetar di bawah kaki kami. Saat kami lihat, lantai keramik rumah perlahan-lahan naik ke atas, meluncur dari arah timur ke barat. Tentu saja kami kaget melihat itu, seperti ada sesuatu di bawah lantai yang meluncur. Lantai itu pun terangkat ke atas, dan ketika diketuk-ketuk, tengahnya itu hanya ada udara. Lantai itu tak bisa dikembalikan lagi ke tempatnya semula.

Tak hanya di ruang tamu, tapi juga di ruang keluarga, ruang makan, dan di teras. Lantai-lantainya terangkat ke atas. Bahkan sampai ada beberapa keramik yang hancur. Melihat itu ummi pun segera mendatangi Pak Kyai. Pak Kyai memberitahu bahwa itu adalah ulah jin yang dikirim oleh saudara ummi, masih orang yang sama. Dan Pak Kyai berkata bahwa ia akan terus menyantet kami, hingga berhasil. Ya Allah jahat sekali saudara ummi itu. Kami pun hanya bisa pasrah pada-Nya.

Karena lantainya sudah rusak, kami pun harus mengganti lantai-lantai itu. Ummi disuruh Pak Kyai untuk menyiramkan air dari Pak Kyai sebelum lantai itu diperbaiki, dengan terlebih dahulu membaca syahadat dan doa yang diberikan oleh Pak Kyai. Jika tidak dilakukan, maka walaupun lantai itu diperbaiki berkali-kali akan terus terjadi seperti itu. Alhamdulillah setelah ummi melakukan apa yang diperintahkan pak Kyai, kejadian itu tidak terulang kembali.

Kami kira ia akan bosan dan jera menyantet keluarga kami. Walaupun apa yang diucapkan oleh Pak Kyai bahwa ia akan terus mengganggu keluarga kami, kami masih berharap ia akan sadar. Sampai terdengar seperti ada sesuatu yang sangat besar menabrak pintu, sampai-sampai rumah bergetar karenanya, kami tahu teror akan terus berlanjut, dan mungkin akan lebih parah dari sebelumnya.

No comments:

Post a Comment