Tentang rumah tua kami
Cerita ini sebagian saya alami ketika saya masih duduk di bangku sekolah dasar, sebagian lagi dituturkan oleh nenek dan Alm. kakek saya. Sejak kecil saya tinggal bertiga bersama kakek dan nenek saya dirumah kami yang terbilang tua.
Saya dengar dari nenek saya bahwa rumah yang kami tempati dulu sekali adalah bekas rumah seorang jogoboyo kemudian direnovasi oleh Alm. kakek saya. Meskipun telah mengalami renovasi, tetapi tetap saja tidak jauh beda dari rumah-rumah jawa kuno lengkap dengan joglonya,
hanya sekarang lebih luas. Hingga sekarang, rumah kami tersebut paling mudah dikenali karena memang bangunannya paling kuno diantara rumah penduduk yang lain.
Ketika mulai dari renovasi pertama yang dilakukan pada sekitar tahun 60an, beberapa orang telah acap kali mendapat sapaan dari penunggu disini. Pernah suatu ketika rumah tersebut baru dipasangi tiang penyangga baru, seorang petugas ronda mendapati nenek saya duduk sendirian ditengah ruangan(saat itu tembok baru belum selesai dibangun).
Ketika hendak disapa, nenek saya hilang begitu saja. Keesokan harinya petugas tersebut menanyakan kepada nenek saya tentang kejadian semalam. Nenek saya menjawab bahwa beliau tidak keluar sejak magrib. Lalu siapa yang duduk disana? Description: :(
Tepat di halaman sebelah timur dulu ada pohon sawo besar dan berdaun rimbun. Banyak orang yang telah disesatkan oleh penghuni dari pohon tersebut, apalagi jika lewat tengah malam dengan pikiran kosong.
Pernah terjadi seseorang lari tunggang-langgang karena melihat bayangan hitam besar Yang awalnya berjalan lurus, namun saat melewati pohon tersebut malah tanpa sadar berbelok kehalaman rumah kami. Bahkan ada yang sampai tertidur diatas pohon sawo entah bagaimana bisa.
Akhirnya, atas saran dari seorang kyai, maka pohon sawo tersebut ditebang. Setelah ditebang, kadang masih terdengar suara orang menangis dari arah bekas pohon sawo itu.
Selain itu, masih ada cerita lagi tentang glundung pecek(sejenis makhluk halus yang hanya kepalanya saja). Dulu, kakek saya gemar menanam pohon kelapa di kebun belakang rumah. Saat itu buah-buah kelapa sudah siap panen.
suatu malam, kebetulan saya sedang tidur bersama kakek saya. Tiba-tiba kakek saya terbangun, saya juga ikut membuka mata seraya menanyakan pada kakek kenapa malam-malam begini bangun. Kakek saya bilang ada pencuri. Saya sontak ketakutan dan memeluk kakek saya. Beliau bilang tidak perlu takut.
Sejurus kemudian kakek saya merapalkan sesuatu(kakek saya aliran kejawen tulen), kemudian keluar(saya tetap didalam was-was). Tidak berapa lama, terdengar suara histeris dari arah belakang rumah sambil berlari kedepan. Didepan, kakek dan petugas ronda meringkus pencuri tersebut. Setelah di interogasi, si maling mengakui perbuatannya hendak mencuri buah kelapa dari kebun.
Namun naas, sebelum melancarkan aksinya, dia seakan melihat banyak buah kelapa berjatuhan, saat di amati ternyata banyak kepala manusia menggelinding layaknya bola sepak sambil nyengir membuatnya bergidik lari ketakutan.
Sedang cerita yang satu ini saya msih ingat jelas dikepala saya hingga sekarang. Malam itu kira-kira jam 8-9 malam. Kami bertiga sedang asyik nonton TV diruang tengah.
tidak sengaja saya yang kala itu sedang tidur-tiduran dilantai melihat api dari kaca genteng berputar diatas rumah kami. saya memberitahukan hal itu kepada nenek, tapi beliau menyuruh saya diam saja. Saya melanjutkan nonton TV. Tanpa diduga, dapur yang terletak dibangunan ketiga sebelah timur begitu saja dilalap api. Saya, kakek dan nenek saya pontang-panting bergiliran memadamkan api.
Anehnya, sudah disiram berember-ember air, apinya tidak mau padam. Kakek saya ambil cara lain. Beliau menyuruh saya untuk mengambil garam di senthong(ruang penyimpan sembako) kemudian ditaburkan ke arah api sambil mengucap sesuatu. Api itu berangsur-angsur mengecil lalu padam. Tidak ada bara dan asap, hanya hitam gosong bekas dilalap api.
Yang lebih aneh lagi, para tetangga sama sekali tidak menyadari kalau rumah kami baru saja mengalami kebakaran. Padahal jam segitu masih banyak yang berlalu-lalang di jalan.
Sampai sekarang kesan suram dan angker masih saya rasakan. Ruangan yang menurut saya paling suram adalah dapur. Dipojok belakang dapur seperti ada yang mengawasi dari sana. Begitu juga didua sudut kebun belakang rumah kami.
Kuburan buyut tetangga disebelah timur dan kuburan bayi yang mengalami keguguran di sebelah barat. Bahkan siang hari sering terdengar suara bambu diketok-ketok atau suara keratan bambu yang melengkung-lengkung tanpa ada angin yang bertiup.
No comments:
Post a Comment