Tuesday, December 17, 2013

Arwah nabilah



Arwah nabilah


Di sebuah lahan disamping sebuah danau. 2 orang  tengah duduk-duduk dibawah pohon bunga kamboja sore itu. Satu, laki-laki berusia 19 tahun dan satunya lagi perempuan berusia 18 tahun.

"Ayo, Nabila! Nyanyikanlah sebuah lagu untuk kakak!" pinta laki-laki bernama Jaya. Perempuan yang bernama Nabila menggangguk kecil dam mulai bersenandung dengan suaranya yang mendayu-dayu.

"Terlalu indah tuk dilupakan, Terlalu sedih tuk dikenangkan..

Setelah aku jauh berjalan. Dan kau, kutinggalkan..

Betapa hatiku bersedih, Mengenang kasih dan sayangmu..

Setulus pesanmu kepadaku. Engkau, kan menunggu..

Andaikan kau datang kemari, jawaban apa yang 'kan ku beri..

Adakah jalan yang kau temui.. untuk kita, kembali lagi.."

Nabila memejamkan matanya sambil menghayati lagu yang dinyanyikannya. Jaya memandang Nabila dengan tatapan bangga.

'Sudah cantik, baik, pintar menyanyi dan pekerjaan rumah tangga. Hm.. bisa-bisa Nabila menjadi kembang desa seperti ibu. Aku harus menjaga Nabila baik-baik." Batin Jaya.

Jaya dan Nabila terfokus pada nyanyian Nabila. Tidak menyadari jika seseorang tengah memperhatikan mereka. Orang itu, Yoga. Seseorang yang sudah ditunangkan dengan Nabila.

-.-.-

"Nabila, Jaya, ibu sudah katakan untuk tidak pergi keluar, kan?" kata Rini, ibu dari Nabila dan Jaya.

"Nanti apa kata orang-orang kampung melihat kalian diluar rumah sore-sore?" timpal yang kepala keluarga, Hadi.

"Tapi yah, Nabila dan Jaya kan kakak-adik. Jadi ngak masalah toh?"kata Jaya.

"Tapi ya jangan sore-sore juga Jaya. Ngak takut kamu diganggu penunggu sore-sore?" tanya Rini.

"Ah, ibu. Nabila belum pernah digangguin sama yang begituan."  Kali ini Nabila angkat bicara.

"Yasudah, lain kali jangan pergi dari rumah sore-sore ya nak." Ingat Hadi.

"Iya ayah.." sahut Nabila dan Jaya.

-.-.-

Esok harinya, Hadi kedatangan tamu. Yaitu Buloh, ayah dari Yoga. Dan percakapan panjang di balai keluarga Hadi tak dapat terelakan.

"Kedatangan saya kemari untuk membahas pertunangan Yoga, dengan Nabila." Kata Buloh setelah berbasa-basi.

"Oh, masalah itu ya pak Buloh. Iya, ya. Sudah lama Nabila tidak bertemu dengan Yoga ya, sejak bu Sita meninggal." Kata Hadi sambil mengenang masa lalu. Saat Yoga dan Buloh berkunjung ke rumahnya bersama Sita, istri Buloh.

"Iya, pak. Rencananya saya mau menikahkan Yoga dengan Nabila tahun ini." Ungkap Buloh. Hadi yang semula ingin mengambil gelas dan meminum kopi membatalkan niatnya.

"Ta-tahun ini?" tanya Hadi sedikit kaget mengingat umur Nabila yang masih terlalu kecil untuk menikah.

"Iya, pak. Saya khawatir jika Nabila direbut orang." Kata Buloh santai.

"Tapi, apa Nabila dan nak Yoga sendiri sudah siap? Yoga sudah berumur 20 tahun. Itu wajar. Tapi Nabila?"

"Nabila sudah lulus SMA, kan? Tidak masalah.."

"Tapi pak, kalau Nabila belum siap?"

"Kita lihat saja nanti, pak." Kata Buloh. Menyeruput kopinya sebentar, kemudian berucap sebentar.

"Dan jauhkan Jaya dari Nabila. Kata orang-orang kampung, mereka ada hubungan istimewa."

"A-apa pak Buloh?" sementara Jaya yang menguping tengah mengepalkan tangannya erat.

-.-.-

Pohon kamboja yang berbunga indah, angin yang menyejukan, pemandangan danau yang asri di siang hari dan cukup sepi tidak mampu untuk menghibur hati Nabila  yang tengah bersedih.

"Kak Jaya.." kata Nabila lirih mengenang kakaknya  yang pergi entah kemana tanpa pesan. Kemudian dia teringat saat-saat bersama kakaknya. Nabila mulai bernyanyi.

"Terlalu indah tuk dilupakan, Terlalu sedih tuk dikenangkan..

Setelah aku jauh berjalan. Dan kau, kutinggalkan..

Betapa hatiku bersedih, Mengenang kasih dan sayangmu..

Setulus pesanmu kepadaku. Engkau, kan menunggu..

Andaikan kau datang kemari, jawaban apa yang 'kan ku beri..

Adakah jalan yang kau temui.. untuk kita, kembali lagi.."

Nabila menyanyi dengan suaranya yang indah. Seseorang yang kebetulan lewat terhayut oleh lagu yang dinyanyikan oleh Nabila. Kemudian orang itu mendekati Nabila.

"Bagus sekali!" Nabila menghentikan senandungnya.

"Ka-kamu siapa?"  tanya Nabila sambil mengusap air matanya.

"Aku? Aku Adi. Hehehe. Namamu siapa?"  tanya Adi  balik. "Kenapa menangis?"

"A-aku Nabila." Jawab Nabila sesenggukan.

"Kenapa menangis?" tanya Adi lagi sambil duduk disamping Nabila.

"Haruskah kujawab?" Adi terdiam sejenak.

"Aku belum pernah melihatmu." Kata Nabila. "Darimana asalmu?"

"Oh, dari desa seberang. Hehehe.. coba menyanyi lagi! Suaramu bagus!" pinta Adi. Nabila terdiam sejenak.

"Betapa hatiku bersedih, Mengenang kasih dan sayangmu..

Setulus pesanmu kepadaku. Engkau, kan menunggu..

Bersinarlah bulan purnama, seindah serta tulus cintanya..

Bersinarlah terus sampai mati.. lagu ini, kuakhiri.."

Tanpa didengar oleh Adi, seusai menyanyikan lagu itu Nabila bergumam kecil.

'Kakak..’

-.-.-

Sejak kepergian Jaya dari rumah, Nabila semakin sering pergi ke luar rumah dan termenung di pohon kamboja. Bersama, Adi.

"Bisa tidak kamu menyanyikan lagu yang lain?" tanya Adi suatu hari. Nabila menggeleng pelan.

"Itu lagu kenanganku bersama kak Jaya."

"Oh ya? Siapa dia?"

"Dia kakakku. Baik, pintar, lucu, tapi pergi entah kemana.." jawab Nabila lemah.

"Lalu menurutmu aku bagaimana?"

"Haha, Adi baik. Lucu. Sedikit mengganggu, tapi juga membantu.." jawab Nabila sambil tersenyum.

"Lalu, Nabil lebih sayang siapa?" pertanyaan Adi membuat Nabila kaget.

"Kak Jaya dan Adi sama saja."

"Sama saja ya? Huh! Aku kalah dengan kakakmu! Aku pergi saja!" kata Adi pura-pura marah dan bangkit dari duduknya.

"Eh, tunggu!" kata Nabila saat Adi mulai melangkah menjauh darinya. Adi melangkah pergi sambil pura-pura marah. Tapi sayang, Adi tersandung oleh akar pepohonan dan keningnya berdarah karena menghantam batu.

"ADI!!!" seru Nabila melihat Adi. Kemudian dengan bersusah payah Nabila memmbawa Adi ke kediamannya.

-.-.-

"A, Adi?"

"Ng, Nabil.." Adi  tersadar dari pingsannya. Di balai rumah Nabila.

"Adi, ka-kamu baik-baik saja?" tanya Nabila. Adi menggangguk pelan.

"Makanya, jangan sok kekanak-kanakan!" kini Nabila membuang muka didepan Adi.

"Aku cemburu, tau?" jelas Adi.

"Mau kunyanyikan lagu untukmu?"

"Boleh. Hehehe.."

Mari diperjelas lagi.

Sejak kepergian Jaya dari rumah, Nabila semakin sering pergi ke luar rumah dan termenung di pohon kamboja. Bersama, Adi. Tepatnya, bersama  pujaan hati Nabila.

-.-.-

Di tempat Nabila dan Adi sering bertemu, Nabila termenung lagi. Kali ini Nabila tidak sedang bersama dengan Adi. Melainkan, Yoga. Dimalam yang gelap dan dingin.

"Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan? Ini terlalu malam." tanya Yoga setelah Nabila terdiam cukup lama.

"Kamu pasti tau permasalahannya." Kata Nabila dingin dan menatap kosong sekitar.

"Hm.." jawab Yoga singkat.

"Permasalahan pertama. Karena ulah ayahmu yang membuat fitnah tentang hubunganku dengan kak Jaya sehingga kak Jaya terpaksa pergi dari sini. Benar?" Yoga menggangguk malas. Walau Yoga menginginkan Nabila tapi kali ini dia sangat malas berdebat dengan Nabila.

"Permasalahan kedua. Karena kamu tidak suka dengan kedekatanku dengan Adi, kamu memukulinya hingga mati. Benar?" Yoga menggangguk lagi.

"Ketiga." Nabila menarik nafas kuat-kuat. "Memfitnah orang tuaku adalah seorang dukun sehingga mereka dikeroyok warga sampai nyaris mati karena orang tuaku menolak untuk menikahkanku denganmu. Benar?"

"Iya! Puas? Itu karena aku cinta padamu! Apa mau kamu adukan pada semua orang? Silahkan! Tidak akan ada  yang percaya padamu!" kali ini Yoga membentak.

"Hm. Tidak. Itu hanya nafsu." Jawab Nabila. Kemudian Nabila mendekati Yoga dengan cepat dan mendorong Yoga dengan kekuatan yang besar sehingga Yoga terjungkal kebelakang.

Ngiiiiing...

Terdengar dengingan dari danau. Yoga bangkit dari jatuhnya dan melihat ke sekeliling. Tidak ada, Nabila.

"Nabila!" seru Yoga mencari-cari Nabila.

"Nabila!!!" Yoga terus berteriak-teriak memanggil Nabila.

"Hii.. hihihi.. hihihi.." terdengar tawa kuntilanak dibelakang Yoga. Dengan cepat Yoga berbalik.

"Nabila?"

Kosong..

"Hi hihihihihi.. hihi.."

"Nabila, keluarlah!"

"Hi hihihihi.."

Ngiiiing..

"Lihatlah ke danau.." tiba-tiba ada sebuah suara.

"Si-siapa?" tanya Yoga takut-takut. Kemudian Yoga menuju danau.

Dan yang Yoga dapati,

Jasad Nabila.

"Inilah balasan untukmu." Sebuah suara muncul lagi. Dan dibarengi dengan suara cipratan air danau. Yoga terdorong kedalam danau. Dan tak lama terdengar lagi nyanyian disekitar danau, berasal dari sesosok mahluk yang tengah duduk di dahan pohon kamboja.

"Betapa hatiku bersedih, Mengenang kasih dan sayangmu..

Setulus pesanmu kepadaku. Engkau, kan menunggu..

Bersinarlah bulan purnama, seindah serta tulus cintanya..

Bersinarlah terus sampai mati.. lagu ini, kuakhiri.."

No comments:

Post a Comment