Pembangunan Mesir Oleh Nabi Yusuf As
Mesir yang terletak di ujung timur laut dari benua Afrika mempunyai faktor geografis yang sangat berbeda dengan negara-negara Timur-Tengah lainnya. Ini tentu saja tak lepas dari karunia Yang Maha Kuasa yang menganugrahkan bangsa Mesir dengan Sungai Nil yang sedemikian luas dan panjangnya membentang, memberikan penghidupan berbeda bagi rakyat Mesir. Berbeda dengan kebanyakan daerah Afrika yang mayoritas bertanah tandus, dengan adanya Sungai Nil (nggak pake Maizar cuy) yang tak pernah kering maka bercocok tanam adalah hal yang mudah dilakukan oleh rakyat Mesir bila dibandingkan dengan daerah lain.
Saat Yuzarsif kecil dihadapkan dengan Raja Amunhatep III, dia menggambarkan kebesaran bangsa Mesir dengan bahasa yang sangat puitis namun sarat makna. Bangsa Mesir digambarkan seperti gunung yang sangat kokoh, apakah gunung yang sangat kokoh tersebut akan memberi arti bagi seluruh alam, tergantung yang mengelola gunung tersebut. Sontak Raja Amunhatep III dapat menangkap apa yang dimaksud oleh seorang bocah belasan tahun yang memang banyak menjadi pembicaraan di kalangan istana Putifar tersebut. Dengan kekayaan alam dan segala kelebihan yang dimiliki Bangsa Mesir, maka di tangan yang tepat Bangsa Mesir dapat menjelma menjadi bangsa yang besar dan mempunyai pengaruh yang besar pula bagi dunia. Sebaliknya, di tangan yang salah maka apa yang dimiliki oleh Bangsa Mesir hanya akan menjadi monopoli suatu golongan semata tanpa bisa memberikan manfaat apapun bagi rakyatnya, dan yang demikianlah adalah pertanda akan kehancuran Bangsa Mesir.
Terkesima atas jawaban yang sangat luar biasa dari seorang bocah, maka Raja Amunhatep III pun menghadiahkan mutiara kesayangannya pada Yuzarsif. Putra Mahkota yang diminta ayahnya untuk memberikan langsung hadiah mutiara tersebut kepada Yuzarsif, secara tak sadar menundukkan diri di hadapan Yuzarsif sebagai tanda penghormatan setelah memberikan mutiara tersebut. Hal yang menurut semua penghuni istana raja mustahil akan terjadi, seorang putra mahkota raja yang nantinya akan menggantikan tampuk pimpinan sang raja, menunduk kepada seorang Yuzarsif yang hanyalah pelayan di istana Putifar. Dan sudah menjadi kebiasaan Yuzarsif bilamana dia mendapatkan hadiah dari Putifar maupun Zulaikha, maka dia diam-diam akan menjual hadiah tersebut dan hasilnya dibagi-bagikan kepada para pelayan di istana Putifar, maupun diberikan kepada orang-orang tertindas di luar istana.
Saat Yuzarsif kecil dihadapkan dengan Raja Amunhatep III, dia menggambarkan kebesaran bangsa Mesir dengan bahasa yang sangat puitis namun sarat makna. Bangsa Mesir digambarkan seperti gunung yang sangat kokoh, apakah gunung yang sangat kokoh tersebut akan memberi arti bagi seluruh alam, tergantung yang mengelola gunung tersebut. Sontak Raja Amunhatep III dapat menangkap apa yang dimaksud oleh seorang bocah belasan tahun yang memang banyak menjadi pembicaraan di kalangan istana Putifar tersebut. Dengan kekayaan alam dan segala kelebihan yang dimiliki Bangsa Mesir, maka di tangan yang tepat Bangsa Mesir dapat menjelma menjadi bangsa yang besar dan mempunyai pengaruh yang besar pula bagi dunia. Sebaliknya, di tangan yang salah maka apa yang dimiliki oleh Bangsa Mesir hanya akan menjadi monopoli suatu golongan semata tanpa bisa memberikan manfaat apapun bagi rakyatnya, dan yang demikianlah adalah pertanda akan kehancuran Bangsa Mesir.
Terkesima atas jawaban yang sangat luar biasa dari seorang bocah, maka Raja Amunhatep III pun menghadiahkan mutiara kesayangannya pada Yuzarsif. Putra Mahkota yang diminta ayahnya untuk memberikan langsung hadiah mutiara tersebut kepada Yuzarsif, secara tak sadar menundukkan diri di hadapan Yuzarsif sebagai tanda penghormatan setelah memberikan mutiara tersebut. Hal yang menurut semua penghuni istana raja mustahil akan terjadi, seorang putra mahkota raja yang nantinya akan menggantikan tampuk pimpinan sang raja, menunduk kepada seorang Yuzarsif yang hanyalah pelayan di istana Putifar. Dan sudah menjadi kebiasaan Yuzarsif bilamana dia mendapatkan hadiah dari Putifar maupun Zulaikha, maka dia diam-diam akan menjual hadiah tersebut dan hasilnya dibagi-bagikan kepada para pelayan di istana Putifar, maupun diberikan kepada orang-orang tertindas di luar istana.
Kekuasaan Kuil Amun yang melebihi wewenang Raja Amunhatep III
Merasa bahwa Raja Amunhatep tidak menyukai kuil Amun dan menganggap bahwa kondisi seperti ini bisa membahayakan kelangsungan Kuil Amun, kepala pendeta di kuil Amun, Anikhmakhu, merencanakan pembunuhan terhadap Raja Amunhatep III dengan menyuruh pelayan istana, Apuvis, untuk memberikan racun dalam makanan Raja Amunhatep III. Apuvis mengajak Inarus yang sama-sama merupakan pelayan istana untuk menjalankan rencana jahat ini. Meski pada awalnya Inarus tak setuju dengan rencana jahat ini, dirinya pun terpaksa ikut terlibat. Kejahatan terbongkar, Raja Amunhatep III selamat dari ancaman pembunuhan ini. Apuvis dan Inarus dijebloskan ke penjara. Di dalam penjara inilah mereka berdua bertemu dengan Yuzarsif. Pada suatu malam, keduanya bermimpi yang dirasa sangat aneh, dan keduanya pun menceritakan mimpinya kepada Yuzarsif. Atas pertolongan Allah, Yuzarsif mampu menakwilkan mimipi tersebut dan mengartikan mimpi tersebut untuk keduanya. Apuvis yang bermimpi membawa roti di atas kepalanya, namun roti tersebut dimakan burung dan kemudian terbang, artinya sebentar lagi Apuvis akan dihukum gantung hingga mayatnya habis dimakan burung bangkai. Sedangkan Inarus yang bermimpi memeras anggur dan menghidangkan kepada Raja Amunhatep III yang bermuka marah, artinya bahwa Inarus akan bebas dari tuntutan dan akan kembali menjadi pelayan raja.
Saat diadili, Apuvis tak mau membeberkan siapa sebenarnya dalang dibalik rencana pembunuhan. Ini tak lepas dari kelicikan Anikhmakhu dan para pendeta kuil lainnya yang mengancam akan membantai keluarga Apuvis jika membeberkan semua rahasia ini. Raja Amunhatep III marah besar, saat di penjara Apuvis sudah mengakuinya, tapi saat dipersidangkan di hadapan para pemuka-pemuka Mesir, ternyata apa kesaksiannya berbeda dengan sebelumnya. Apuvis pun dihukum gantung di tengah kota untuk memberi pelajaran kepada rakyat tentang hukuman bagi orang yang berani coba-coba membunuh sang raja, sedangkan dengan segala kelicikannya para pendeta Kuil Amun selamat dari tuduhan ikut terlibat dalam kasus ini. Dengan kejadian ini maka niatan Raja Amunhatep III untuk memenjarakan para pendeta kuil jadi berantakan.
Karena Raja Amunhatep III merasa gagal memenjarakan para pendeta Kuil Amun di saat ada kesempatan yang sangat tepat namun proses eksekusinya ternyata dapat diatasi dengan kelicikan para pendeta, Raja Amunhatep III banyak mengumbar amarahnya. Pelayan-pelayan istana adalah orang-orang yang setiap hari selalu saja merasakan bagaimana amuk amarah seorang Raja Amunhatep III. Dan inilah yang dimaksud takwil mimpi oleh Yuzarsif, dimana Inarus tak akan diberi hukuman atas kasus percobaan pembunuhan terhadap sang raja, Inarus juga kembali bekerja sebagai pelayan Raja Amunhatep III. Yak benar, di dalam mimpi digambarkan Inarus memeras anggur untuk diberikan kepada raja yang bermuka marah inilah yang juga dialaminya. Faktor emosi yang tak terkendali inilah yang akhirnya membuat Raja Amunhatep III menurun drastis kesehatannya. Kondisi seperti ini juga diperparah dengan kenyataan bahwa tabib istana yang selalu saja berulangkali memperingatkan sang raja untuk dapat mengontrol emosi, hanya dianggap angin lalu. Setelah beberapa tahun kondisi Raja Amunhatep III yang memburuk ini, akhirnya Raja Amunhatep III meninggal. Tampuk kepemimpinan kerajaan pun kini disandang sang Putra Mahkota yang naik menggantikan tahta ayahnya, dan kemudian bergelar Raja Amunhatep IV.
Awal kejatuhan Kuil Amun dan para pendetanya
Inarus pun teringat bahwa dirinya dulu saat dipenjara bersama Apuvis pernah bermimpi yang sangat aneh, dan akhirnya dapat diartikan secara tepat oleh seorang budak dari Ibrani (Yusuf/Yuzarsif) saat dalam penjara dulu. Ketika Raja Amunhatep IV meminta pertimbangan kepada Putifar, akhirnya Putifar setuju dan akan mempercayai apapun yang akan dikatakan oleh budak Ibrani yang dimaksud oleh Inarus. Jauh di dalam hatinya, Putifar menjerit dengan penuh kekecewaan atas segala kesalahannya karena dia tahu bahwa budak Ibrani yang dimaksud oleh Inarus adalah Yuzarsif, seorang budak yang dibelinya dan menjelma menjadi seorang yang bersosok mulia namun dirinya malah menyetujui usulan Zulaikha untuk memenjarakan Yuzarsif yang memang tidak bersalah.
Pada awalnya Yuzarsif enggan menghadap Raja Amunhatep IV meski nanti dijanjikan akan diampuni dari hukumannya. Karena menurut Yuzarsif, ampunan hanyalah untuk orang yang bersalah, sedangkan dirinya tidak bersalah. Maka Yuzarsif pun meminta kepada sang raja agar nama baiknya dipulihkan seperti sedia kala, bukan diampuni hukumannya. Raja Amunhatep IV pun memerintahkan untuk mensidangkan Putifar, Zulaikha, dan para pejabat-pejabat Mesir lainnya yang dulu telah berbuat salah kepada Yuzarsif. Setelah semuanya sudah mengakui kesalahannya, maka Yuzarsif pun dibebaskan dari penjara.
Arti mimpi dari sang raja adalah, bahwa Bangsa Mesir akan mengalami tujuh tahun masa subur dan kemudian tujuh tahun selanjutnya adalah masa paceklik. Maka hal yang terbaik yang harus dilakukan, Yuzarsif menyarankan Raja Amunhatep III untuk memerintahkan menyimpan sebagian hasil panen yang dipastikan akan melimpah ruah selama tujuh tahun mulai sekarang, demi menghadapi masa tujuh tahun paceklik selanjutnya.
Pukulan telak bagi Kuil Amun, karena ternyata hanya Yuzarsif atas izin Allah dapat mengartikan mimpi sang raja. Yuzarsif diangkat sebagai pejabat istana oleh Raja Amunhatep IV dan diberi tugas untuk mempersiapkan menghadapi tujuh tahun masa subur dan tujuh tahun masa paceklik. Gandum sebagai hasil utama rakyat Mesir dipersiapkan sejak saat itu pula. Dan berikut dibawah ini adalah strategi Yuzarsif untuk menghadapinya sesuai petunjuk dari Allah :
- Tujuh lumbung gandum didirikan guna menyimpan hasil gandum dari rakyat
- Hanya lumbung gandum Yuzarsif yang bisa menampung gandum yang akan awet hingga tujuh tahun mendatang
- Tak ada satupun yang mengetahui cara menyimpan gandum hingga awet tujuh tahun
- Kerajaan akan membeli sebagian hasil panen rakyatnya
- Hanya orang-orang yang menjual gandum kepada kerajaan yang di kemudian hari berhak membelinya di masa paceklik
- Untuk menutupi kekayaan kerajaan yang kian menipis guna membeli gandum dari rakyatnya, Yuzarsif menerapkan kebijakan “bayar di muka” pajak bagi para bangsawan di Mesir guna memperoleh pundi-pundi uang sebagai modal membeli gandum rakyat
- Para bangsawan yang langsung membayar pajak 1 tahun maka akan bebas pajak 2 tahun selanjutnya, bagi yang membayar pajak 2 tahun maka akan bebas pajak 4 tahun selanjutnya, bagi yang membayar pajak 7 tahun maka akan bebas pajak untuk 14 tahun selanjutnya, dst, dst
- Kerajaan juga menawarkan tanah kepada rakyatnya sebagai imbalan pembelian gandum, dengan jaminan bahwa dalam 7 tahun masa subur seluruh tanah di Mesir bisa dipakai untuk bercocok-tanam
- Rakyat yang kedapatan menyimpan gandum sendiri, dijamin hanya akan awet 2 tahun, dan nanti bila saat masa paceklik datang maka mereka akan dikenakan harga berkali-kali lipat saat membeli gandum kerajaan
- Tak hanya bersantai-santai di istana, Yuzarsif juga kerap turun ke lapangan memantau perkembangan rakyat dan penyimpanan di lumbung
- dll
Masa-masa kehancuran Kuil Amun dan para pendetanya
Kuil Amun yang bersikeras menyimpan gandum sendiri akhirnya hanya mampu menyimpan hingga dua tahun, karena gandum yang disimpannya telah rusak. Gandum yang telah rusak mereka buang ke Sungai Nil demi menjaga reputasi nama baik Kuil Amun. Tapi Yuzarsif yang mengetahui kejadian ini kemudian memerintahkan rakyat untuk segera berbondong-bondong ke Sungai Nil untuk menyaksikan kelakuan para pendeta Kuil Amun yang nekat menyimpan gandum sendiri dan ternyata rusak. Karena keangkuhan para pendeta Kuil Amun-lah yang membuat mereka tetap enggan menjual hasil gandum dari para budak-budak Kuil Amun kepada kerajaan.
Sayang sekali, Putifar meninggal saat masa subur Bangsa Mesir ini, sehingga Putifar tak dapat menyaksikan keberhasilan Yuzarsif dalam menyelamatkan Bangsa Mesir dari bencana ini. Sesuai tradisi di kerajaan, setelah bendahara (pejabat tertinggi Mesir setelah raja) meninggal, maka sang raja harus segera menunjuk penggantinya. Para pendeta Kuil Amun pun menjalankan siasat untuk mengusulkan Hurramuf sebagai pengganti Putifar, dengan harapan Kuil Amun nantinya dapat memanfaatkan posisi Hurramuf sebagai bendahara Mesir. Usul ini disampaikan kepada ibu suri (ibunya Amunhatep IV) yang merupakan salah satu orang kepercayaan Kuil Amun di istana Amunhatep. Hurramuf sendiri adalah seorang panglima perang yang sangat tunduk kepada Kuil Amun. Hurramuf pula adalah panglima perang kepercayaan Putifar selama di medan perang. Namun dengan bijaksana, Raja Amunhatep IV menetapkan bahwa pengganti Putifar sang bendahara dan panglima tertinggi militer Mesir adalah Yuzarsif sebagai bendahara Mesir sekaligus penasehat kerajaan dan Hurramuf sebagai panglima tertinggi militer Mesir.
Saat masa paceklik tiba, para pendeta Kuil Amun yang tak pernah sekalipun menjual gandum kepada kerajaan, harus menerima konsekuensi bahwa diperbolehkan membeli gandum dengan harga yang berkali-kali lipat. Kondisi seperti ini maka seluruh kekayaan Kuil Amun yang selama ini dikumpulkan dari para budak-budaknya dan dari upeti sana-sini, semakin lama kian habis hanya untuk membeli gandum. Gertakan Anikhmakhu kepada Raja Amunhatep IV yang memutuskan akan mengimpor gandum daru negeri lain pun juga terpatahkan dengan sendirinya. Hal ini dikarenakan negeri lain juga mengalami masa paceklik, bahkan negeri lain pun harus mengimpor gandum dari Mesir.
Kekayaan kian habis, simpati rakyat kepada Kuil Amun dan para pendetanya pun juga kian sirna. Padiamun, pengawal Kuil Amun, merencanakan penyerbuan ke salah satu lumbung untuk merampas gandum yang ada. Sungguh malang, Yuzarsif yang selalu mengetahui rencana jahat Padiamun, akhirnya dapat menggagalkan penyerbuan ini, dan Padiamun beserta pasukannya pun berhasil dipukul mundur. Langkah sembrono Padiamun yang memang awalnya tak disetujui oleh Anikhmakhu ini harus dibayar mahal. Dengan tuduhan makar, maka Raja Amunhatep IV yang saat itu telah beralih keyakinan dengan beriman kepada ajaran tauhid yang diajarkan Yuzarsif (Nabi Yusuf) dan mengganti namanya menjadi Raja Akhnatun (akhnatun, penyembah Yang Maha Esa), memerintahkan pasukan yang langsung dipimpin oleh Hurramuf untuk menduduki kuil, menghancurkan semua patung-patung berhala yang selama ini disembah-sembah. Sang raja memerintahkan untuk menghindari adanya pertumpahan darah kecuali bila terpaksa, dalam penyerangan ke Kuil Amun ini. Hurramuf yang awalnya sangat dekat dengan Kuil Amun akhirnya melaksanakan perintah sang raja, karena bagi dirinya berkeyakinan bahwa siapapun raja yang memerintah Mesir maka dianggapnya sebagai titisan para dewa yang harus dipatuhinya. Padiamun tewas, sedang Anikhmakhu dan pendeta Kuil Amun yang lainnya ditangkap untuk dipenjarakan. Dengan demikian tamatlah riwayat Kuil Amun yang selama ribuan tahun dipercaya sebagai dewa bagi rakyat Mesir yang menggantikan dewa Ra (matahari). Pada masa pemerintahan Raja Akhnatun inilah bangsa Mesir menetapkan bahwa ajaran tauhid, yakni beriman kepada Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran yang dulunya diajarkan oleh Nabi Ibrahim, menjadi ajaran resmi di Mesir. Semua ini tentu saja karna perjuangan Yuzarsif (Nabi Yusuf) atas ijin Allah.
No comments:
Post a Comment