Saturday, November 9, 2013

Kelahiran Sayyidah Fatimah as



Kelahiran Sayyidah Fatimah as

{ 1 }

{Inna a’athainaakalkawtsar} “Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak.” Dalam tafsir Majma’ Al-Bayan di katakan bahwa salah satu makna dari Kautsar adalah sayyidah Fatimah as dan anak-anak beliau. Marilah kita bersama-sama membaca kisah kelahiran yang menakjubkan dari wanita itu, wanita dua alam:

Kelahiran Sayyidah Fatimah as

Pada hari kedua puluh Jumadi Tsani, dimana Rasulullah SAW telah melewati masa lima tahun dari di utusnya beliau menjadi Rasul, seorang bayi perempuan telah membuka matanya ke dunia ini yang mana rumah Rasul SAW telah dipenuhi oleh cahaya lebih dari sebelumnya dan juga memberikan kesan yang dipenuhi dengan kecemerlangan dan kesegaran serta kegembiraan khusus.

Rasulullah SAW kelihatan sangat gembira dan betapa bahagia dengan lahirnya bayi ini dan beliau sangat menikmatinya seraya berkata: “Putri ini adalah ruh dan jiwa saya, dan saya menghirup bau surga dari wujudnya.”

Suatu hari Mufadhdhal bertanya kepada Imam Shadiq : Wahai putra Rasulullah SAW! Bagaimana kelahiran ibumu Fatimah dahulu? Imam Shadiq  berkata: Baiklah, di karenakan Rasulullah SAW menikah dengan Khadijah maka wanita-wanita Mekkah meninggalkan Khadijah dan membiarkannya sendiri, mereka tidak mengunjunginya, dan mereka tidak memberikan salam kepadanya dan tidak seorang wanitapun yang membolehkan menemuinya dan menanyakan keadaannya; dalam kondisi krisis ini, Khadijah merasa sangat kesepian dan kemalangan senantiasa membayangi keberadaan dirinya dan membuatnya tidak tenang. Sampai Fatimah  telah di kandungnya. Setelah itu Fatimah  menjadi teman berbicara dari perut ibunya, Fatimah pun memberikan curahan hati kepada Khadijah. Rahasia ini di sembunyikan oleh Khadijah dan bahkan dia tidak mengatakannya kepada Rasulullah SAW. Suatu hari Rasulullah SAW memasuki rumah dan mendengar percakapan  antara ibu dan anak ini. Beliau bertanya: Wahai Khadijah! Kamu sedang berbicara dengan siapa? Khadijah menyebutkan: Janin ini, dia berbicara dengan saya dan telah menjadi teman dalam kesepianku. Rasulullah SAW berkata: Wahai Khadijah! Ini adalah Malaikat Jibril yang memberikan berita kepada saya bahwa anak kamu, adalah perempuan dan darinyalah generasi selamat dan suci akan terlahir di dunia ini dan Tuhan Tabaraka Wata’ala memberikan kelanjutan akan generasi saya melalui perantaraan dia dan para imam maksum akan datang dari keluarga beliau, setelah berakhirnya kenabian dan terputusnya wahyu, maka merekalah yang akan melanjutkan risalah saya.

Imam Shadiq melanjutkan ucapannya seraya menambahkan: Benar, Khadijah masih senantiasa berbicara dan berkawan dengan janin yang ada di dalam rahimnya sampai tiba masa kelahiran anaknya. Beliau menyampaikan pesan kepada wanita-wanita Quraisy bahwa: “Tolonglah saya dalam hal ini.” Mereka tidak menerimanya dan berkata: Dahulu kamu tidak sepakat dengan kami dalam perkawinanmu dengan Muhammad dan hari ini, kami juga sendiri akan menolak untuk menolong dan merawatmu.

Khadijah menjadi tidak senang dan hatinya menjadi perih mendengar ucapan ini. Tetapi Tuhan dikarenakan untuk menghargai akan usaha-usaha  dan jerih payah Hadhrat Khadijah as, Dia mengirimkan empat wanita dari sorga untuk membantu Khadijah yang beriman itu. Mereka telah datang, tetapi setelah Khadijah melihat wanita-wanita yang tidak dikenalinya itu, beliau menjadi heran dan kaget; salah satu dari mereka memperkenalkan wanita-wanita yang bersamanya dengan demikian: Wahai Khadijah! Kami adalah utusan-utusan Tuhan untuk memberikan khidmat kepadamu dan saya adalah Sarah dan ini, adalah Asiyah – yang menjadi kawanmu di sorga – dan yang lainnya itu, adalah Maryam putri ‘Imran, dan juga wanita terakhir adalah ibu dari seluruh manusia dan juga ibu kami yaitu Hawa. Tuhan mengirim kami untuk berkhidmat kepadamu.

Sama seperti wanita-wanita yang lain, satu duduk di sebelah kanannya dan satunya lagi di sebelah kirinya dan yang ketiga berdiri berhadapan dengannya dan yang ke empat berada di belakang kepalanya. Fatimah telah lahir dalam keadaan bersih dan suci  dan karena telah datang ke bumi ini, cahaya memancar darinya dan cahaya ini tidak hanya membuat seluruh rumah-rumah di Mekkah bersinar bahkan tidak sebuah titikpun di timur dan barat tertinggal dari alam ini kecuali di sana terpencar dari cahaya Fatimah. Dalam keadaan ini, sepuluh orang Haurul’ain yang setiap darinya di sertai dengan ember dan pasu air sorga yang di penuhi dari air kautsar, dan telah memasuki rumah Rasulullah SAW dan memandikan Fatimah  dengan air kautsar tersebut dan setelah itu, mereka membawa dua lembar kain putih dan harum dan membalut bayi tersebut dengannya. Fatimah pada detik-detik pertama terlihat kata di bibirnya dan berkata demikian: “Asyhadu an la ilaha illallah wan an abi rasulillah sayyid Al-Anbiyaa wa an bi’ali sayyid al-wasiyaa wa waladi saadatan al-asbaath; Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain dari Tuhan yang Esa, dan ayahku Rasulullah SAW adalah pemimpin para Nabi, dan suamiku adalah penghulu para wasy dan putra-putraku adalah pemimpin dari anak-anak Nabi.”

{ 2 }

 Tuhan berkata: {Man yattaqillaha yaj’al lahu makhrajan}, {Wa yarzuqhu min haitsu la yahtasibu}  “Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar darinya”, “Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.”

Kisah di bawah ini akan menjelaskan lebih banyak mengenai ayat tersebut:

Hidup Dalam Kemiskinan


Seorang lelaki dari beberapa sahabat Nabi SAW yang hidup dalam kemiskinan. Dahulu, dia tidak mempunyai pekerjaan yang layak dan kebanyakan waktu-waktunya terbuang secara percuma, akhirnya dia menjadi pengangguran. Suatu hari sang istri berkata kepadanya: Seandainya kamu pergi ketempat Nabi SAW dan mohonlah bantuan darinya! Lelaki tersebut berangkat ketempat Nabi SAW dengan anjuran sang istri. Sewaktu mata Nabi SAW tertuju kepadanya, beliau berkata: “Man sa alna a’athainaahu wa manistaghnaa aghnaahullah; Barang siapa yang menginginkan bantuan dari kami, kami akan menolongnya akan tetapi apabila dia tidak menampakkan kebutuhan dan hajatnya, dia tidak akan menengadahkan tangannya kepada orang lain, dan Tuhan akan menjadikan dia tidak butuh kepada orang lain.”

Lelaki itu berkata pada dirinya sendiri tentang apa yang di maksud oleh Nabi SAW, dia lalu menebak bahwa maksud Nabi SAW itu adalah dirinya dan tanpa berkata sepatah kata pun, dia kembali ke rumahnya dan mengatakan kepada sang istri tentang peristiwa tersebut. Istrinya berkata: Rasulullah SAW adalah juga manusia dan beliau tidak mengetahui kabar tentang kamu. Beritahukanlah kepada beliau tentang keadaan hidupmu yang malang dan penuh derita!

Lelaki tersebut terpaksa untuk yang kedua kalinya datang menemui Rasulullah SAW tetapi sebelum dia sempat berkata sesuatu, Rasulullah SAW mengulangi kembali perkataan sebelumnya. Dia kembali ke rumah tanpa menampakkan sedikitpun hajatnya di depan Nabi SAW tetapi karena dia melihat dirinya masih juga dalam cengkeraman kefakiran dan pengangguran, lemah dan tidak mampu, maka untuk yang ketiga kalinya dengan niat yang sama dia berangkat ke majelis Rasulullah SAW. Bibir Rasulullah SAW bergerak dengan nada yang sama dan memberikan keyakinan kuat pada hati dan ruh, beliau mengulangi kembali ucapannya. Kali ini memberikan keyakinan lebih kuat pada hatinya; dia merasakan bahwa kunci dari masalahnya terdapat pada kalimat ini. Tatkala dia meninggalkan majelis tersebut, dengan langkah-langkah yang pasti dan meyakinkan dia menelusuri jalan. Dia berpikir dengan dirinya sendiri bahwa dirinya tidak akan pergi lagi mencari dan memohon pertolongan kepada orang lain. Saya akan menyandarkan diri saya kepada Tuhan dan saya akan menggunakan kekuatan dan potensi yang telah tersimpan dalam diriku dan saya juga menginginkan dari-Nya agar diberikan keberhasilan dalam pekerjaan saya dan menjadikan saya tidak butuh kepada orang lain. Dengan niat ini, dia mengambil sebuah kapak pinjaman dan berangkat ke padang pasir. Hari itu dia mengumpulkan sejumlah kayu dan menjualnya dan merasakan kelezatan hasil dari jerih payahnya sendiri. Hari-hari berikutnya dia melanjutkan pekerjaan ini sehingga perlahan-lahan mampu menghasilkan pendapatan dan menyediakan kebutuhan hidupnya. Dia masih juga melanjutkan pekerjaannya sehingga dia telah memiliki modal, unta dan beberapa budak. Dia telah menjadi salah satu dari orang-orang kaya, dikarenakan usaha dan upayanya sepanjang hari. Suatu hari dia menemui Rasulullah SAW dan menceritakankan kepada beliau tentang keadaan dirinya bahwa sebagaimana pada hari itu dia datang menemui Rasulullah SAW dalam keadaan malang dan bagaimana ucapan Rasulullah SAW telah mendesak saya untuk bergerak dan bekerja. Rasulullah SAW berkata: Saya telah mengatakan kepadamu; barang siapa yang menginginkan bantuan dari kami, kami akan menolongnya tetapi apabila dia tidak menampakkan ketidakbutuhannya, maka Tuhan akan menolongnya.

No comments:

Post a Comment