Saturday, November 9, 2013

Hikmah



Hikmah 1

Barang siapa yang memandang Tuhan dalam usahanya dan mengatur rencana-rencananya berdasarkan pertimbangan Ilahi. Yakinlah bahwa dalam kondisis krisis bagaimanapun dalam detik-detik kehidupannya mereka akan memiliki tenaga pendukung yang paling kuat dan jalan  keselamatan yang paling baik. Sebagaimana janji Tuhan yang berbunyi: {Walladzina jaahadu fiina lanahdiyannahum subulana wa innallaha lama’al muhsiniin} “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik.”

Perampok Yang Berbahagia


Fadhil bin ‘Iyadhi dahulu adalah orang yang pertama mencuri dan seorang perusak. Dia begitu sangat berbangga dengan pekerjaannya sehingga dia tidak memberi keamanan pada jarak Abyurad dan Sarkhes. Tetapi dengan semua kejahatan-kejahatannya  dia masih juga memiliki zat kebaikan, dengan panggilan hati nuraninya, dia meninggalkan semua dosa-dosa yang pernah di kerjakannya, benar-benar bertobat dan dia telah menjadi salah satu dari pembesar ‘urafa dan juga berhasil mendidik sejumlah manusia saleh.

Mengenai penyebab bagaimana beliau bertobat, ditulis bahwa beliau dalam masa mudanya, telah mencintai seorang gadis dan bermaksud untuk menculiknya. Ketika dia memanjat tembok rumah gadis itu dan duduk di atas tembok tersebut, kebetulan pada saat itu juga suara Al-Quran yang menawan hati telah terdengar ke telinganya yang di dengungkan oleh tetangga rumah itu, meskipun suara Al-Quran telah terdengar di telinga Fadhil, ketika dia mencermati Al-Quran itu yang berbunyi: {Alam ya’ni lilladzina amanuu an takhsya’a qulubuhum lidzikrillah}  “Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk khusyuk mengingat Allah?”

Ketika dia mendengar kalimat ini di atas tembok, tubuhnya sedemikian bergetar seolah-olah telah turun wahyu kepadanya, dia berkata di tempat itu: Mengapa wahai Tuhanku!? Waktunya telah sampai. Sekarang juga adalah waktunya. Dia menuruni tembok dan setelah itu, dia lalu meninggalkan perbuatan mencuri, minum khamar, berjudi dan sifat-sifat buruk lainnya dan bertobat dari segala kekotoran dan segera berhijrat ke sisi Tuhan, menjauhi semua keburukan sampai batas takdir baginya, dia mengembalikan semua harta masyarakat  kepada pemiliknya dan mengerjakan hak-hak Ilahi dan bergelar dengan “As-Syaikh Al-’Izzam.”

Hikmah 2:


Allah SWT berkata: {Wa quli’maluu fasayarallahu ‘amalakum wa rasuuluhu walmu’minuun}  “Dan katakanlah, (Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin!)”

Melainkan setiap orang mukmin tidak mampu melihat perbuatan orang lain, melainkan hanya awliya Ilahi terpilihlah yang memiliki kelayakan demikian seperti aimmah maksumin. Imam Ridha merupakan hujjat Ilahi memiliki kedudukan sedemikian rupa dan dengan izin Allah beliau dapat mengawasi kehidupan kita dan memiliki kabar tentang rahasia yang tersimpan dan tersembunyi. Kisah yang akan datang di bawah ini menunjukkan hakikat Al-Quran:

Kepandaian Tersembunyi


Sayyid ‘Abbas Kamali menukil bahwa: Di Haram Imam Ridha  dan di balik jendela baja, saya sibuk membaca doa ziarah. Saya melihat salah seorang teman yang dengan keadaan bersedih dan khawatir keluar dari Haram Muthahhar lalu kemudian dia pergi. Ketika dia telah sampai di hadapan saya, saya menanyakan kabarnya. Dari kondisi dan keadaannya saya tahu bahwa dia menjadi gelisah karena tidak beruang.

Oleh karena itu saya merogoh kantong dan menyodorkan sejumlah uang kepadanya, dia merasa malu dan tidak mau menerimanya. Saya katakan: Kami adalah berteman, mungkin suatu hari saya juga butuh dan menerima uang dari kamu, ayolah bawalah uang ini, belanjakanlah dan selesaikanlah masalah-masalah kehidupanmu. Dia terpaksa menerimanya dan mengambil uang itu lalu pergi meninggalkan Haram.

Beberapa waktu kemudian kami berdua bertemu, dia berkata: Wahai teman yang terhormat! Apakah dahulu kamu tahu perkara saya? Saya katakan, memangnya dahulu itu adalah suatu perkara? Dia berkata: Benar, hari itu betapa saya sangat kesempitan sehingga saya merasa sepi dan hanya sendirian dan saya mengatakan ke Imam Ridha dengan lancang dan tersendat-sendat: Wahai Imamku! Hari ini saya merasa terpuruk dari kesempitan dan kefakiran ini, berikanlah rahmatmu, engkau yang tahu bahwa saya memasukkan beberapa uang di dalam makammu, berikanlah inayahmu dan berikanlah sejumlah uang seperti sejumlah yang pernah saya masukkan ke dalam makammu dan sekali lagi berikanlah inayahmu! Perkataan ini terucap dari kesempitan dan kefakiran yang begitu keras, dan saya lalu keluar meninggalkan Haram sampai anda melihat saya dan mendesak saya untuk mengambil uang itu persis seperti sejumlah uang yang dari dahulu sampai sekarang saya masukkan di makam Imam Ridha.

Benar bahwa Aimmah Athhar dengan izin Ilahi mengetahui semua rahasia dan perkara para pecintanya.

No comments:

Post a Comment