Tuesday, November 12, 2013

Keutamaan Meneladani



Keutamaan Meneladani

Memberikan cerminan-cerminan akan keteladanan seorang tokoh dan panutan-panutan akan keutamaan bagi semua manusia adalah salah satu dari metode atau cara mendidik Al-Quran. Sedemikian yang terdapat dalam surah “Insan” dimana ahli bait Rasulullah SAW di kenal sebagai sumber pengorbanan dan kedermawanan.

Keutamaan Meneladani

Imam Hasan dan Imam Husain  dahulu dalam keadaan sakit parah, Rasulullah SAW dan beberapa sahabatnya datang menjenguk keduanya dan berkata kepada Imam Ali as: Alangkah baiknya kamu bernazar untuk kesembuhan kedua anakmu. Kemudian Imam Ali as, Hadhrat Fatimah as dan Fadhdhah pembantunnya semuanya bernazar apabila kedua anak tersebut mendapat kesembuhan maka mereka akan berpuasa selama tiga hari berturut-turut, yang pada akhirnya kedua anak tersebut telah sembuh akan tetapi mereka tidak menemukan makanan sedikit pun di dalam rumah itu. Ali as meminjam tiga kilo gandum dari Syam’un Khebairi Yahudi dan Fatimah as membuat gandum tersebut menjadi tepung lalu di jadikannya lima biji roti kemudian di masak untuk dirinya, Hadrat Ali as, anak-anaknya dan Fadhdhah, lalu Hadrat Fatimah as membawanya ketika tiba waktu berbuka puasa, di mana pada saat itu seorang miskin mengetuk pintu rumahnya dan berkata: Salam atas kalian keluarga Muhammad SAW! Saya adalah orang miskin dari sekian banyak orang-orang miskin muslimin, berikanlah makanan kepada saya. Allah SWT akan memberikan makanan dari surga untuk kalian, mereka mengutamakan orang miskin itu daripada dirinya dan malamnya mereka berbuka puasa hanya dengan air dan hari berikutnya mereka berpuasa, karena waktu berbuka puasa sudah tiba, seperti hari sebelumnya mereka menyediakan makanan untuk berbuka, seorang anak yatim mengetuk rumah mereka dan mereka pun memberikan makanannya dan lebih mengutamakan anak yatim itu daripada dirinya demikian pula hari ke tiga seorang tawanan datang menghampiri rumahnya dan ke lima orang tersebut seperti hari-hari yang lalu mereka memberikan makanannya untuk orang tawanan tersebut.

Esok harinya, Ali as meraih tangan kedua anaknya Hasan dan Husain dan membawanya ke tempat Rasulullah SAW ketika mata beliau tertuju kepada kedua anak tersebut dan menyaksikan mereka gemetar akibat kelaparan, Rasulullah berkata: “Betapa sangat menyedihkan melihat kondisi dan keadaan ini, pada saat itu beliau bangkit bersama mereke lalu menuju ke rumah Ali as dan beliau melihat Fatimah as yang sedang beribadah di mihrabnya yang di sebabkan lapar badannya lemah dan kedua matanya menjadi cekung. Rasulullah SAW tidak senang menyaksikan keadaan itu, dan pada waktu itu di utuslah malaikat Jibril dan turunlah sebuah ayat dari surah Hal Ata dan membacakannya untuk Rasulullah SAW seraya berkata kepada beliau: (Khudzuhaa ya Muhammad hannaaka Allahu fi ahli baitika) dan atas dasar ini Jibrail mengucapkan selamat kepada beliau dengan mempunyai keluarga yang penuh pengorbanan dan kebesaran.       

**********

Memperkuat dan mempererat hubungan dengan Allah SWT akan mempunyai dampak membangun dan perubahan nasib di dalam kehidupan manusia akan tetapi dalam hal ini jalan yang paling teratas dan tertinggi dalam memohon pertolongan dari-Nya yang harus di tempuh sesuai dengan ayat-ayat Ilahi adalah puasa dan shalat.

Allah SWT berfirman: (Wasta’inuu bishshabri washshalati wa innahaa lakabiiratun illa ‘alal khaasyi’in) “Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan (shalat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.”

Abu Ali Sina


Abu Ali Sina adalah orang yang sangat mencintai ilmu dan pendidikan, beliau telah berbulan-bulan dan bertahun-tahun mencari sebuah kitab mengenai filsafat dan hikmat yang telah di tulis oleh salah seorang ilmuan pada zaman dahulu seperti Arastu, dan dalam hal ini beliau melakukan berbagai perjalanan dan mencarinya ke berbagai tempat, akan tetapi beliau tidak menemukannya.

Sampai suatu hari beliau memasuki sebuah mesjid, melaksanakan shalat dua rakaat dan setelah shalat beliau memohon pertolongan kepada Allah SWT agar supaya dapat menemukan kitab tersebut.

Setelah beliau keluar dari mesjid dan bergerak menuju ke rumahnya, di tengah jalan, matanya tertuju kepada seorang wanita tua yang menggelar di tanah beberapa barang tua, antik dan terbungkus serta langka dan menjualnya di hadapan umum, di antaranya beliau melihat di sela-sela barang itu terdapat sejumlah kitab usang nan tua.

Abu Ali Sina sang pencinta kitab, segera mengamati satu persatu kitab-kitab tersebut, tiba-tiba beliau melihat kitab tersebut di sela-sela kitab yang lain di mana selama ini beliau cari sejak bertahun-tahun lamanya.

Beliau mengambil kitab tersebut dan berkata kepada wanita tua itu: Berapa harga kitab ini? Dia menjawab: Ini tidak seberapa harganya, berikanlah beberapa rial, Abu Ali Sina memberikan sejumlah uang lalu mengambil kitab tersebut, kemudian beliau bertanya kepada wanita tua itu: Dari mana engkau dapatkan barang-barang ini? Dia berkata: Fakir dan kemiskinan yang menyebabkan saya memutuskan untuk membawa dan menjual sampah-sampah ini agar supaya terjamin kehidupanku adapun kitab-kitab ini adalah dari kakek kami yang dahulu dia adalah seorang mulla dan dia meninggalkannya di rumah dan akhirnya saya mengambil dan menjualnya.

Dengan menyimak hal tersebut di atas Abu Ali Sina dengan mudah menemukan keinginannya dengan shalat dan bertaqarrub kepada Allah SWT. 

Dikatakan Abu Ali Sina dengan segala ilmu dan pendidikan yang dimilikinya beliau mengulang-ulangi syair di bawah ini:

Telah mencapai kesana ilmu saya 

Dimana saya tahu bahwa semuanya saya tidak tahu.

No comments:

Post a Comment