Thursday, December 12, 2013

Genderuwo pinjam korek



Genderuwo pinjam korek



Pak budi adalah seorang pria berumur sekitar 40 tahun, dia bekerja sebagai PNS. Entah kenapa hari itu, Pak Budi seperti dinaungi nasib sial, bayangin saja, mau berangkat kerja ban motornya bocor, pakai acara menuntun motor 

selama 15 menitan, ketemu tambal ban, pakai acara antri nunggu 2 motor yang bannya juga bocor. Dan yang pasti dimarahin pak boss, karena terlambatnya ada 1 jam dari jam masuk kerja ( 8 pagi). Belum berakhir juga apesnya beliau, mau nyalain computer, ternyata tidak mau menyala, walaupun dia coba on kan berulang-ulang, tetap saja computer tidak bisa diajak kerjasama,

alhasil harus panggil orang untuk mengecek komputernya. Padahal hari itu dia berencana akan menyelesaikan laporan pertanggung jawaban bulanan kepada atasannya yang akan dikumpulkan besok, semua data ada di computer, yah terpaksa selama 3 jam dia harus menunggu sampai komputernya selesai diperbaiki.

Alamat lembur, pikirnya. Dan ternyata dugaannya betul, dia harus bekerja meyelesaikan laporannya sampai jam 7 malam. Setelah berpamitan dengan Satpam di kantor, akhirnya dia kembali di rumah.

Sampai di rumah jam menunjukkan 19.30 WIB, istrinya dengan nada jengkel menanyakan kok pulang sampai malam sekali, Pak Budi pun menjelaskan kejadian yang dialami, lalu meminta maaf kepada istrinya karena tidak mengabari dulu ke rumah, karena saking fokusnya dia menyelesaikan laporan.

Sebenarnya Pak Budi agak jengkel  juga, waktu ditanyain istrinya dengan nada marah, tapi memang dasarnya Pak Budi merasa bersalah, jadi dia pendam saja ketidak senangannya, dari pada ribut-ribut, apa lagi dia pun sudah capek.

Setelah mandi, dan makan, lalu dia tidur-tiduran di sofa, dan tanpa sadar dia pun tertidur. Tiba-tiba dia terbangun oleh suara kentongan yang dipukul berkali-kali. Pak Budi ingat kalau malam ini dia mendapat jatah untuk ronda di kampungnya.

Lalu dengan tergesa-gesa, dia ambil jaket dan tongkat kera saktinya eh tongkat bambunya yang biasa dia bawa kalau ronda :D . Setelah mengunci pintu, dia pun segera menuju pos ronda.

Singkat cerita, setelah berkeliling kampung bersama dengan bapak-bapak setimnya. Mereka pun kembali ke pos ronda, dan sambil bercakap-cakap dengan ditemani gorengan dan kopi panas, mereka pun menghabiskan waktu menunggu jam ronda selesai.

Tak dinyana dan tak diduga, tiba-tiba hujan deras datang, sampai jam ronda habis sekitar jam 3 pagi, hujan pun masih mengguyur walaupun tidak sederas sebelumnya (gerimis).  Dan akhirnya ronda pun dibubarkan, walaupun masih gerimis, tapi lebih baik pulang ke rumah masing-masing daripada menunggu hujan berhenti walaupun harus basah sedikit.

Pak Budi rumahnya yang paling jauh dari pos ronda, akhirnya harus sendirian pulang. Dalam perjalanan pulang harus melewati jalan yang sepi, karena waktu itu masih belum banyak rumah, hanya semak belukar,

kebun kosong dan sawah di kanan kirinya dan penerangan pun hanya sekedar lampu jalan 5 watt dan senter yang dia bawa. Nah saat melewati jalan yang sepi itu, tiba-tiba dia mencium aroma seperti singkong yang dibakar, tak lama dia seperti dipanggil dari arah belakang...."Mas..mas, bisa minta apinya  (pinjam korek api) donk ???"

Pak Budi pun berhenti, kemudian menoleh kearah suara yang memanggilnya,....astaga...halahiyung gambreng...dia melihat sesosok tubuh tinggi besar berbulu dengan taring di mulutnya, kedua matanya merah besar, menatap Pak Budi sambil tersenyum (lebih tepatnya menyeringai lebar menggelegar membahana terpampang nyata di cerita ini :D ) sambil memegang sesuatu seperti cerutu/rokok.

Pak Budi terpana melihat penampakan itu, tapi entah bagaimana, dia menjawab dengan suara bergetar..."Ma  ma  maaf mbah..sa sa sa saya  ti ti ti tidak  merokok, ".... Lalu wujud tinggi besar berbulu itu pun berkata dengan suara besar dan mengerang, "Arrrrghh  heeemmmm .. Oh.. ya sudah, " dan seperti sulap hilang dari hadapan Pak Budi..wushhhh..

Pak Budi terpana dengan pemandangan itu, akhirnya tersadar oleh tetesan air hujan yang dingin menerpa wajahnya, bergetar badannya, jantungnya berdetak dengan kencang. Akhirnya dia pun menarik napas sebanyak-banyaknya seperti orang kekurangan oksigen. 

Wajarlah kalau rasa takut melanda dirinya, untunglah dia tidak pingsan, sampai-sampai lututnya terasa lemas dan terduduklah dia. Setelah 1 menit, akhirnya Pak Budi bisa menyebut nama Allah berulang-ulang, dan dengan agak sempoyongan berjalan cepat meninggalkan lokasi itu.

Dia tak habis pikir, kenapa hari ini mengalami nasib apes seperti ini, dari tadi pagi sampai saat ini. "Sialan..sialan!" Jengkel dan marah dia rasakan dalam hatinya.

Sambil terus berjalan dibawah gerimisnya hujan, akhirnya dia tiba di depan rumahnya, saat akan membuka pagar rumahnya....dukh..dukh..dukh..krieeetttt, dia mendengar ada suara berasal dari rumah tetangganya di depan rumahnya, tepatnya dari arah belakang  rumah yang tidak ada penerangan lampu.

Karena curiga Pak Budi pun mengendap-endap menuju arah belakang rumah tetangganya, dengan memegang erat tongkat bambunya yang sebesar lengan anak kecil.

Sekitar 5 meter, dia melihat ada 2 wujud seperti guling yang berwarna putih samar-samar terlihat..sempat  terkejut Pak Budi oleh 2 wujud itu. Pikirnya pocong, masak kesialanku belum berakhir.

Rasanya sudah nggak bisa ia tahan, tubuhnya bergetar hebat, bukan karena takut, tapi menahan  kemarahan yang sudah nggak tak terbentung.  Tapi mungkin benar kata orang, kalau orang sudah kepepet, dari takut bisa menjadi berani alias menjadi nekat.

Mungkin Pak Budi sudah memendam amarah, jengkel yang memuncak  yang sudah tidak bisa dia tahan karena kesialan yang dialami hari itu, dengan berteriak-teriak seperti orang gila (sumpah serapah dan kebun binatang keluar semua :D ), dia pun berlari kearah 2 "sosok"  itu sambil mengayunkan tongkatnya dengan kekuatan penuh.

Kedua sosok itu pun sepertinya tidak menduga ada serangan membabi buta dari Pak Budi dari arah depan samping rumah. Bukk..bukkk..bukk..bukkk...tongkat Pak Budi mengenai 2 sosok itu berkali-kali...kemudian terdengar suara mengerang kesakitan... "Ampun Pak, ampun Pak." Pak Budi sendiri kaget..lho..ternyata yang dia pukul orang beneran bukan pocong. Dan dia pun menghentikan pukulan tongkatnya.

Orang-orang yang ada di dalam rumah itu segera keluar dengan membawa parang menuju ke arah belakang rumah, mereka kaget mendengar teriakan Pak Budi yang seperti orang kalap.

Dan dengan senter ditangan mereka melihat Pak Budi dengan 2 orang yang bersarung putih tergeletak di tanah sambil menutupi kepala dengan kedua tangan mengerang-erang kesakitan. Juga tetangga yang lain pun menyusul ke belakang rumah tersebut.

Ternyata mereka berdua adalah maling yang hendak mencuri di rumah itu. Alhasil akhirnya ramailah kampung tersebut. Setelah melaporkan kepada polisi, akhirnya kedua pencuri diangkut ke mobil polisi dan dibawa ke pos polisi.

Warga di kampung itu memuji keberanian Pak Budi karena berani menghadapi 2 pencuri itu sendirian, pemilik rumah mengucapkan terima kasih karena Pak Budi menggagalkan pencurian itu.

Awalnya Pak Budi pun cuma terbengong-bengong sambil membalas jabat tangan warga, tapi setelah agak tenang beliau menjelaskan, kalau sebenarnya dia mengira kalau 2 orang tadi adalah pocong, soalnya  penerangannya gelap, beliau menjelaskan kejadian sebelumnya yang dialami hari itu,

katanya karena sudah nggak bisa menahan marahnya, dia nekat, kalau pun tadi benar-benar pocong, dia tetap akan mengejar dan memukul walau apapun yang terjadi, karena betul-betul jengkel dan marah besar sekaligus ajang pelampiasan amarah beliau.

Dia pun menjelaskan, kalau tahu itu maling, mungkin dia tidak akan senekat itu, apa lagi ini ada 2 orang, satunya saja masih mikir. Warga yang mendengarkan penjelasan Pak Budi pun tertawa terpingkal-pingkal. Tapi tetap berterima kasih dan kagum akan keberanian sekaligus kenekatan Pak Budi.

No comments:

Post a Comment