Thursday, December 12, 2013

Serasa merinding



Serasa merinding

Halow teman-teman bertemu lagi di web ini, cuma ingin berbagi cerita, tidak ada penampakan sih, ini hanya masalah rasa yang tidak mengenakkan setiap mengalaminya. 

Sampai sekarang pun aku masih mengalaminya, entah kalau diberi rezeki sedikit , mau rasanya bisa lihat ada apa tho yang sering membikin aku merinding, tapi juga nggak berharap banyak, maklumlah cuma orang biasa yang tidak memiliki kemampuan melihat, tapi hanya bisa merasakan saja.

Cerita 1

Ini kejadian yang sering kualami apa bila aku menginap di rumah ibu mertuaku (sekarang beliau sudah tiada). Kalau mau beli rokok atau sesuatu di warung bu "A", aku harus melewati rumah bu "B". Lebih sering jalan kaki, karena tidak begitu jauh, kalau jalan menuju kewarung sekitar 500 meteran lah.

Saat itu anak-anakku sedang asyik menonton TV ditemani simbok  yang bantu di rumah, biasanya kalau sudah agak malam, para nyamuk langsung berdatangan menyerbu rumah. Saat akan mencari obat nyamuk bakar, ternyata tinggal kotak bungkusannya saja, ya sudah terpaksa harus beli di warung bu "A", mumpung anak-anak sedang konsentrasi nonton tv, lalu aku dengan diam-diam keluar rumah tanpa sepengetahuan anak-anak untuk membeli obat nyamuk bakar dan sekaligus beli rokok.

Waktu itu masih belum terlalu malam, belum ada jam 7 malam kukira, dengan berjalan kaki aku menuju ke warung. Nah saat akan melewati jalan depan rumah bu "B", tiba-tiba bulu kudukku berdiri, aneh juga, sebelumnya tidak merasakan apa-apa, padahal jalan yang aku lewati juga melewati tanah kosong punya departemen pertanian, aku tidak merasakan apa-apa, biasa saja.

Tapi di depan rumah bu "B" aku merasakan perasaan merinding tiba-tiba. Kucoba berjalan seperti biasa sambil mencoba berpikir positif, tapi perasaan merinding itu tetap ada, nggak enak betul rasanya, sekitar  7 meter aku berjalan dengan agak cepat, betul-betul nggak enak di badan, sampai kurasakan bagian belakang kepala seperti tegang sekali..wihhhh..apa sih ini????

Baru setelah melewati rumah itu perasaan nggak enak itu berkurang dan hilang setelah menjauh, menuju ke warung bu "A". Setelah membeli obat nyamuk bakar dan rokok, dan kebetulan tidak ada pembeli yang lain aku pun segera kembali menuju ke rumah, takut kalau terlalu lama di warung, anak-anakku tahu kalau aku nggak ada, pasti pada ribut.

Sebenarnya bisa saja aku memilih jalan yang lain, tapi pikirku ngapain sih, malah harus mutar lebih jauh,  toh aku juga nggak ada niat jahat atau menantang, lalu aku pun memilih melalui jalan yang tadi.

Sengaja aku mempersiapkan pikiran dan hati, mencoba berpikir positif, siapa tahu itu hanya ketakutanku saja yang nggak wajar.  Saat akan memasuki depan rumah tersebut, kembali pelan tapi pasti perasaan merinding muncul lagi, semakin memasuki persis depan pintu pagar, kembali bagian belakang kepalaku tegang sekali, nggak enak banget, tapi setelah melewati batas rumah tetangga sebelah, perasaan itu hilang dan kepalaku tidak tegang lagi.

Aneh, betul-betul aneh, padahal penerangan jalan cukup cahayanya, di rumah bu "B" juga ada orang dan lampu penerangan depan rumah dinyalakan, tidak gelap sama sekali.

Tapi setiap kali aku jalan kaki dan kebetulan tidak ada orang lewat selain aku, pasti kejadiannya selalu sama. Ada apa ini, apa penunggunya tidak senang dengan keberadaanku, dan pertanyaan yang lain muncul dipikiranku.

Sebagai gambaran, rumah itu terdiri dari 2 bagian jadi tidak satu rumah utuh, hanya dipisahkan semacam gang kecil di dalam rumah. Yang sebelah kanan digunakan untuk tempat tinggal sedangkan yang sebelah kiri, ruangannya agak kecil sedikit, biasanya digunakan untuk acara-acara doa bersama satu lingkungan(umat katholik), latihan koor  atau kegiatan arisan, dsbnya.

Tapi sehari-harinya memang tidak pernah digunakan, dan lampunya tidak pernah dinyalakan. Menurut penghuni rumah, ini infonya tahunya juga dari tetangga atau orang-orang yang sering lewat depan rumah tersebut, sering ada melihat sosok laki-laki berpakaiannya  jawa tapi jaman dulu, pernah  terlihat di bawah pohon  kamboja dekat jendela rumah bagian sebelah kiri yang jarang digunakan.

Juga pernah aku betul-betul ingin merasakan kembali sensasi merinding itu di hari berikutnya, tapi tidak jalan kaki, tapi naik motor ke warung,  tidak ada perasaan merinding seperti saat jalan kaki. Mungkin karena kecepatan juga ada pengaruh , sehingga perasaan itu tidak begitu kurasakan

Jujur sampai sekarang aku masih bingung, dan kepingin memecahkan misteri itu yang kualami, tapi aku juga tidak ada keberanian untuk secara langsung menantang yang tak terlihat itu

Cerita ke 2

Masih di kampung istriku, saat semua sudah terlelap, ya sekitar jam 11 an malam, aku duduk di depan rumah ibu mertua dan kebetulan ada tempat duduk dari dibuat dari semen (buk) , yang menempel di pagar tembok setinggi 2 meteran  lahan perkebunan depan rumah istriku, dan dekat dengan tiang listrik dan ada lampu penerangannya. Sambil menunggu kantuk tiba, aku sengaja duduk di sana sambil menyalakan rokok.

Entah karena angin atau apa, tiba-tiba tercium bau seperti singkong yang dibakar atau kentang yang digoreng. Awalnya sih aku acuh saja, kupikir ada tetangga sedang membakar singkon atau menggoreng kentang. Tapi lama-lama kok semakin menyengat,  dan bulu kudukku berdiri, haduh apa lagi nih, mengganggu kenikmatan dalam merokok. Baunya itu lho..wah..bikin jadi laper :D .

Akhirnya kuputuskan masuk ke dalam rumah, karena sudah merasa nggak enak perasaannya. Itulah awal aku mencium bau singkong dibakar atau kentang goreng. (Baru aku tahu kalau itu menandakan adanya Gendruwo, tahunya juga dari teman-teman di kisah-misteri.info :D )

Dan sering aku mencium bau-bau seperti itu pada saat berada di luar rumah pada malam hari, tapi memang tidak setiap hari, hanya saat-saat tertentu, tapi jujur saja, aku jadi terbiasa, walaupun masih tetap merinding, tapi selama itu tidak pernah aku diganggu dengan penampakan dan diganggu secara fisik, mungkin itu yang terpenting.

Oh ya, sebelumnya, apa karena ada kaitan dengan keberadaan oom Gendruwo itu atau tidak, lampu penerangan jalan depan rumah ibu mertuaku itu, tidak pernah awet  lampunya, sering diperbaiki tapi belum ada 1 bulan, pasti mati lagi, sampai sekarang pun tetap mati, mungkin pengurus kampung sudah malas memperbaikinya, karena sering matinya :D

Sebelum aku akhiri, ini ada cerita nyata, di bulan Januari 2013 (tgl dan hari aku lupa). Karena perkebunan di depan rumah sudah tidak ada yang mengurus, maka ada sebagaian warga memanfaatkan lahan tanah di sana untuk berkebun.

Ada seorang nenek yang memiliki lahan perkebunan di sana. Dengar dari cerita istriku yang sempat melayat tetangga (nenek itu), pagi hari jam 6 pagi seperti biasanya dia menuju ke kebun, lalu agak siang sudah ditemukan meninggal dunia oleh warga lain yang juga punya lahan garapan di perkebunan itu juga, dekat dengan sumur yang ada di lokasi perkebunan itu, ditemukan sudah terbujur kaku di tanah

Aku juga baru tahu kalau ada berita lelayu , jenasah beliau langsung dikebumikan sore harinya sekitar jam 3 sore, sedangkan aku baru pulang dari kantor  jam 4an, jadi nggak sempat melayat.

No comments:

Post a Comment