Sunday, December 15, 2013

Tangisan Perempuan Saat Kemping



Tangisan Perempuan Saat Kemping


Malam itu begitu dingin, saat suara angin semakin mendesir, saat bulan mulai tegak bersinar. Aku duduk sendiri sembari memandangi ombak dan merasakan sunyinya pantai ini. Entah kenapa malam ini perasaan ku menjadi tidak karuan, segala hal yang seharusnya bisa ku lupakan malah membayangi fikiranku. Api ini lama-lama mulai redup, satu-satunya sumber cahaya dan penghangatku, aku iri dengan mereka, ya teman-temanku yang sedang tidur dengan nikmatnya. Sesaat pandanganku tertuju kearah tenda putri, terlihat sebuah cahaya dari dalam tenda itu, sepertinya ada seseorang yang belum tidur.

"eh..ngapaen diluar malem-malem gini? Nggak tidur?" ucap seorang perempuan cantik bernama Sinta keluar dari dalam tenda itu.
"aku nggak bisa tidur, tuh gara-gara suara ngoroknya Doni" hahaha..!!! jawabku dengan godaan.
"Lha kmu sendiri kenapa gak tidur"..!! lanjutku.
"aku juga nggak bisa tidur, ne kan malem terakhir kita kemping, yaa aku pengen menikmatinya ja"..!!! ucap Sinta sambil duduk merapat disampingku.

Tak heran banyak laki-laki dikampus yang mengemis cinta Sinta, wajahnya yang cantik tampak binar oleh cahaya api ini. Sinta memang pernah menjadi pacarku kala kita masih semester 2 dulu, meskipun hanya berjalan setahun dengannya. Salahku memang karena dulu telah menyia-nyiakannya, sekarang sudah 2 tahun sejak aku putus dengan Sinta dan kitapun sudah melupakan segala kenangan itu.

Kita pun ngobrol sana-sini dan saling mentertawakan hal-hal yang pernah kita alami. Karena udara semakin dingin, aku menyuruh Sinta masuk kembali ketenda, dia pun paham apa maksudku. Akhinya aku sendiri lagi "pikirku dengan nada lesu". Kaki ini lama-lama semakin gatal untuk tidak bergerak, berbekal senter aku berjalan-jalan dipingiran pantai menikmati segala suasana yang ada.

Meskipun sinar bulan tak cukup terang tapi keindahan pantai ini cukup terlihat, namun juga tak bisa ku pungkiri aura mistis disini sangat terasa, bahkan dibalik keindahan pantai ini beberapa cerita seram kerap menggangu wistawan yang ingin berlibur kesini.

Malam ini sepertinya berbeda dengan malam pertama kemarin, entah apa yang membuat beda aku pun juga tak tahu, hanya perasaan aneh yang kerap kali muncul. Aku terus berjalan sambil memandangi sekitar, sesekali aku melempar bebatuan kelaut.

Sampai pada akhirnya aku mendengar suara tangisan perempuan, sama-samar memang suara itu. Ku pastikan telinga ini tak salah dengar, ku langkahkan kaki ini mencari tau asal suara itu, semakin jelas suara itu kemudian akhirnya aku berhenti karena asal suara itu ternyata dari balik pohon yang ada dipingiran hutan.

Hawa dingin semakin kencang menerpa tubuh ini, jaket yang ku pakai ternyata tak cukup untuk melindungiku. Aku mulai berfikir tentang tindakan yang akan ku lakukan serta akibatnya, aku tau suara itu pasti bukan suara manusia, aneh jika ada perempuan malem-malem seperti ini berada ditempat seperti itu.

Aku takut tapi aku juga penasaran, akhirnya aku memberanikan diri untuk mencari tau suara itu, jantung ini semakin dipompa dengan kerasnya dengan langkah sedikit gemetar perlahan ku dekati pohon besar itu. Suara tangisan itu semakin keras, tangan ku gemetar hebat saat akan menyingkap ranting dan dedaunan pohon-pohon itu, suara tangisan itu tiba-tiba berhenti dan dengan cepat ku singkap ranting dan dedaunan pohon itu kemudian....


"wwwuuuuuuusssssssshhhhh" hembusan angin cukup kencang menerpaku hingga aku terjatuh kebelakang, aku segera bangkit dan ku arahkan senterku kesana-sini mencari tau apa yang sebenarnya terjadi, karena ketakuatan akhirnya aku berlari meninggalkan tempat itu namun baru beberpa langkah aku terjatuh kembali karena kaki ku tersangkut akar pepohonan, aku bangkit dan berlari sempoyongan menuju tenda.

Karena kehabisan nafas aku pun berhenti, berlari dipasir memang tak semudah berlari ditanah, tubuhku menjadi panas, jantung ini berdebar-debar dan keringat disana-sani. Aku berjalan menuju tenda yang memang sudah dekat, kaki ini begitu lemas jika harus ku pakasakan untuk berlari. Ternyata Sinta sedang duduk didekat perapian tepat dimana kita tadi ngobrol, aku membersihakan jaket serta mengusap keringat yang membasahi wajahku karena aku tak ingin Sinta curiga. Ku atur nafas ini, sebelum menyapanya.

"Lho kok diluar lagi Sin"?? "nggak dingin apa"?! Tanyaku sambil berjalan menghampirinya.

Namun Sinta hanya diam saja dan kepalanya menunduk, aku tak bisa dengan jelas melihat wajahnya karena apinya sudah sangat kecil serta dia juga mengenakan krudung kepala yang ada pada jaketnya. Kemudian aku duduk merapat disampingnya.

"Kok diem aja Sin"?? "kamu marah ya sama aku"?? tanya ku dengan nada heran.
"sorry deh kalau aku punya salah"..!!! lanjutku penuh rayu.

Sinta masih tetap saja diam bergerakpun juga tidak, perasaanku mulai terasa aneh, sampai pada akhirnya suara tangisan perempuan itu terdengar kembali tapi kali ini suara itu begitu keras dan jelas. Aku segera bangkit dari duduk ku mulai memandang kesana-kemari mencari tau sumber suara dan sesaat jantungku kembali berdetak kencang mendengarnya.

"Sin kamu denger nggak suara perempuan nanggis, kayaknya dari arah sana" kata ku sambil menunjuk asal suara itu. Namun tiba-tiba suara itu berhenti, aku masih berusaha memperhatikan arah suara tadi dan mengarahkan senterku kesekeliling. "nggak usah takut Sin, suaranya sudah nggak aaad"..!!! belum sempat ku lanjutkan kata-kataku, betapa terkejutnya aku mendengar suara tangisan perempuan tadi seperti berada tepat dibelakangku. Tubuh ini menjadi tegang dan kaku, nafasku pun sontak mulai tak teratur.

"Sin jangan bercanda deh, nggak lucu tau"..!!! kata ku dengan posisi masih berdiri membelakangi Sinta. Namun suara tangisan perempuan itu masih tetap saja terdengar, ku ambil nafas dalam-dalam secara perlahan ku gerakan kepalaku melihat kebelakang dan ternyata Sinta sudah berubah menjadi sosok perempuan berambut panjang dan berbaju putih dengan bercak-bercak darah disana-sini serta kepalanya tertunduk sambil menangis. Badanku gemetar tak karuan, mataku terbelalak melihat sosok itu "Kkkkuukkuukuunntii"..!!! Seketika semua manjadi gelap.

Saat aku bangun, aku sudah berada dirumah warga serta ku lihat ekpresi teman-temanku yang terlihat khawtir dan dalam pikiran mereka pasti timbul berbagai pertanyaan tentang apa yang sebanarya terjadi. Kepalaku terasa berat, serta tubuh ini yang masih lemas, sedikit-sedikit aku mulai ingat kejadian semalam.

Akhirnya aku menjelaskan apa yang aku alami, teman-temanku semua kaget, karena mereka tadi malam memang tak mendengar suara apapun bahkan Sinta juga terlihat seperti tak percaya jika sosok perempuan itu menyamar menjadi dirinya. Akhirnya pagi itu juga kita memutuskan untuk segera pulang, padahal rencana awal kita akan pulang pada sore harinya.

Ternyata Kisah-kisah misteri seputar pantai ini memang benar adanya karena aku telah
mengalaminya sendiri dan semenjak itu aku dan teman-temanku tak pernah lagi kepantai itu

No comments:

Post a Comment