10 Konsol Video Game Terburuk Sepanjang Masa
Oleh Ben Zigterman
Dalam tulisan mengenai sejarah singkat konsol video game berikut ini kita akan menyaksikan lebih banyak kegagalan dibandingkan kesuksesan.
Konsol-konsol berikut mengalami kegagalan karena alasan-alasan tertentu, dari buruknya pilihan game yang dihadirkan hingga harganya yang selangit. Namun, beberapa di antaranya terpuruk karena produknya memang tidak bagus.
Generasi konsol game terbaru telah menghadirkan paket lengkap dalam PlayStation 4 dan Xbox One, tak hanya itu Wii U juga menawari kita sebuah pilihan alternatif - lagipula konsol itu tidak buruk, hanya penjualannya saja yang sejauh ini terus melambat. Jadi dengan deskripsi singkat di atas mari kita simak 10 konsol game terburuk sepanjang masa.
Sega 32X (1994)
Dari awal, 32X sudah menjadi ide yang buruk. Dirilis pada 1994, seri ini ditujukan menjadi fitur add-on Sega Genesis. Namun dengan dirilisnya Sega Saturn di tahun berikutnya, para pengembang menjadi tidak tertarik. Hanya 40 game yang dibuat untuk 32X. Meski dileperkuat dengan grafik 32-bit, namun hanya beberapa pengembang yang memanfaatkannya. Pada akhirnya hanya 650 ribu unit konsol yang berhasil terjual.
Nokia N-Gage (2003)
Nokia sebenarnya memiliki gagasan yang maju dengan mengabungkan gaming dan ponsel. Sayangnya, gagasan tersebut dieksekusi dengan cara yang buruk. Mencoba menggabungkan perangkat game dan ponsel menghasilkan kombinasi tombol dan kontrol game yang kaku. N-Gage yang dirilis pada 2003 ditujukan untuk menyaingi Game Boy Advance. Sayangnya produk ini tidak mampu bersaing, hanya terjual 5.000 unit dalam dua bulan pertama dengan perbandingan penjualan yang kalah jauh dibandingkan Game Boy Advance yaitu dengan skala 100 berbanding 1. Hebatnya, N-Gage ‘nekat’ menciptakan penerusnya N-Gage QD dan masih diproduksi hingga 2010. Sisi positif dari produk ini adalah kita tidak akan tahu rasanya menelepon dari samping ponsel jika tidak ada N-Gage.
Tiger Telematics Gizmondo (2005)
Sama buruknya seperti N-Gage, Tiger merasa memiliki daya saing. Dirilis pada 2005 di tengah riuhnya pasar Inggris, Gizmondo merupakan kegagalan besar. Dengan harga yang mahal sebesar $229 (sekitar Rp2,8 juta), Tiger hanya laku terjual sebanyak 25 ribu unit. Kurang dari setahun setelah peluncurannya, Tiger menghentikan produksi Gizmondo dan menyatakan bangkrut.
Worlds of Wonder Action Max (1987)
Action Max mencoba menciptakan video game dengan kaset VHS. Para pengguna menggunakan kontroler yang berbentuk light gun, untuk menembak target yang bergerak di layar. Jika Anda mengenai target Anda akan medapatkan poin. Selain permainan jenis itu, tidak ada game lain yang bisa Anda mainkan. Tidak mengejutkan jika hanya ada lima game yang dirilis untuk Action Max.
Apple Bandai Pippin (1996)
Mirip dengan langkah yang diambil Microsft dengan Xbox One, Apple mencoba menciptakan platform multimedia dengan Pippin. Dengan lisensi diberikan kepada pihak ketiga, Bandai menjadi satu-satunya perusahaan yang memproduksi konsol untuk perusahaan itu. Dengan harga mencapai $600 (sekitar Rp7,32 juta) dan buruknya pemasaran, Pippin berjuang untuk merebut perhatian para pengembang game, dan wajar jika Steve Jobs mendepak platform Pippin ketika ia kembali ke Apple pada 1997.
Philips CD-i (1991)
Pada 1991 Philips mencoba menciptakan perangkat multimedia berbasis CD. Namun dengan harga mencapai $700 (sekitar Rp8,54 juta) CD-i langsung terjun bebas. Konsol itu gagal menarik para pengembang game, dan dalam sebuah kerja sama dengan Nintendo, Philips memproduksi empat video game terburuk yang pernah ada untuk CD-i, yaitu Link: The Faces of Evil, Zelda: The Wand of Gamelon, Zelda’s Adventure, dan Hotel Mario. Tak hanya itu, CD-i juga menampilkan desain kontrol terburuk yang pernah ada.
Tiger Game.com (1997)
Perangkat gaming terburuk lainnya, Game.com (dibaca game com, bukan game dot com) diharapkan mampu merajai hiruk-pikuk dunia internet pada akhir 90-an. Meski dilengkapi dengan konektivitas Internet, namun tak satu pun game Game.com yang menggunakan internet. Yang dapat dilakukan perangkat ini hanyalah mengunggah skor tertinggi sekaligus browser untuk situs yang hanya menampilkan teks. Fitur itu pun bisa Anda dapatkan jika Anda membeli cartridge internet tambahan. Dan, meski ditunjang dengan fitur layar sentuh dan fungsi PDA, perangkat tersebut hanya laku dalam jumlah yang menyedihkan hingga akhirnya dihentikan produksinya pada 2000.
3DO Interactive Multiplayer (1993)
3DO, platform multimedia berbasis CD gagasan pendiri EA Trip Hawkins, diperkenalkan pada 1993. Namun dengan harga $600 (sekitar Rp7,32 juta) membuat para konsumen berpikir ulang mengenai kebutuhan mereka terhadap platform multimedia berbasis CD. Produksi 3DO dihentikan pada 1996.
RCA Studio II (1977)
Masa-masa awal video game memicu perkembangan desain konsol video game yang “menarik”. Studio II merupakan salah satunya. Meski konsol itu menjadi salah satu konsol pertama yang menggunakan cartridge ROM, namun konsol itu memiliki kualitas grafis warna yang buruk dan menampilkan desain kontrol game yang mungkin menjadi yang paling buruk dalam sejarah video game. Memangnya seberapa buruk, sih? Coba bayangkan, kontrolernya adalah tombol-tombol angka! Saat sejumlah konsol telah menghadirkan joystick atau setidaknya tombol directional, kontroler konsol ini terlihat sangat menonjol, sayangnya, dengan menggunakan desain yang buruk.
Nintendo Virtual Boy (1995)
Lewat Virtual Boy, Nintendo mencoba membuat visual konsol video game menjadi realistis. Secara teori itu adalah hal yang luar biasa, namun dalam penggunaannya itu sangat menyakitkan. Ya itu memang menyakitkan secara harfiah. Orang-orang mengeluhkan sakit pada leher dan mata yang mengalami ketegangan saat menggunakan Virtual Boy. Yang lebih buruk lagi, teknologi realitas virtualnya benar-benar terbatas. Game-game-nya ditampilkan dengan grafis satu warna – merah yang membuat sakit mata - dan bahkan sama sekali tidak 3D. Virtual Boy yang dirilis pada 1995 berhenti diproduksi setahun kemudian.
No comments:
Post a Comment