KISAH 1
NABI ISA.AS DAN ORANG-ORANG BIMBANG
Diceritakan oleh Sang Guru Jalaludin Rumi dan yang lain-lain, pada suatu hari Isa, putra Mariam, berjalan-jalan di padang pasir dekat Baitul mukadis bersama-sama sekelompok orang yang masih suka mementingkan diri sendiri.
Mereka meminta dengan sangat agar Isa memberitahukan kepada mereka Kata Rahasia yang telah dipergunakannya untuk menghidupkan orang mati. Isa berkata, “Kalau kukatakan itu padamu, kau pasti menyalahgunakannya.”
Merekaberkata,”Kami sudah siap dan sesuai untuk pengetahuan semacam itu;tambahan lagi, hal itu akan menambah keyakinan kami.”
“Kalian tak memahami apa yang kalian minta,” katanya –tetapi diberitahukannya juga Kata Rahasia itu.
Segera setelah itu, orang-orang tersebut berjalan di suatu tempat yang terlantar dan mereka melihat seonggok tulang yang sudah memutih. “Mari kita uji keampuhan Kata itu,” kata mereka, Dan diucapkanlah kata itu.
Begitu Kata diucapkan,tulang-tulang itupun segera terbungkus daging dan menjelma menjadi seekor binatang liar yang kelaparan, yang kemudianme robek-robek mereka sampaimenjadi serpih-serpih daging.
Mereka yang dianugerahi nalar akan mengerti. Mereka yang nalarnya terbatas bisa belajar melalui kisah ini.
HARTA KARUN YANG DEKAT
Seseorang laki-laki bersemangat untuk mencari harta karun, dalam doanya dia berkata, “Ya Allah, betapa banyak orang yang datang dan pergi di dunia ini, mereka menanam hartanya di dalam perut bumi dan sampai sekarang masih terpendam tanpa ada yang megetahuinya! Ya Allah, aku memohon kepada-Mu, tolong tunjukkan kepadaku sebagian dari harta terpendam itu!”
Sepanjang waktu malamnya ia habiskan untuk bermunajat, berdoa, menangis, untuk mendapatkan petunjuk dari Allah SWT dimana gerangan tempat tependamnya harta karun.
Hingga pada suatu malam, disaat ia telah letih bermunajat dengan kucuran air mata, iapun tanpa sadar tertidur. Dan pada saat itu dalam tidurnya ia didatangi oleh seseorang dan berkata padanya, “apa yang kau minta dari Allah SWT?”
“aku memohon petunjuk dimanakah lokasi penimbunan harta karun.” Jawabnya
Orang dalam mimpi itu berkata, “aku pun telah mendapat perintah dari Allah SWT untuk menunjukkan lokasi harta karun padamu.”
Pencari harta, “baiklah, segera katakan padaku dimana letaknya?”
“Pergilah ke puncak bukit fulan di daerah dan bawah busur dan anak panah. Begitu kau sampai di puncaknya, letakkan sebuah anak panah di busurmu lalu lepaskan, dan dimana pun anak panah itu jatuh, disitulah terpendam harta karun.” Jelas orang dalam mimpinya.
Dia terbangun dari tidurnya dan berkata pada dirinya, “sungguh mimpi yang sangat jelas, aku akan segera ke puncak bukit trsebut. Apabila memang benar-benar ada harta karun disana, maka akuah orang yang beruntung, dan seandainya tidak, setidaknya aku tidak penasaran.”
Setelah mempersiapkan bekal untuk perjalanan secukupnya, dia pun pergi ke puncak bukit tersebut dan tak lupa pula ia membawa busur dan anak panahnya. Lama berselang akhirnya sampailah ia pada puncak bukit tersebut, dan ia menemukan bahwa tempat tersebut sesuai dengan yang diceritakan dalam mimpinya. Dengan penuh percaya diri dan tanpa mau membuang waktu begitu lama, ia pun bersegerah meletakkan anak panah pada busurnya, namun sedetik sebelum ia lepaskan anak panahnya ia sejenak terpaku dan berkata pada dirinya, “Di dalam tidak dijelaskan ke arah mana aku harus melepaskan anak panah.”
Di segera menemukan jalan keluar sambil bergumam, “Tidak ada arah yang paling bagus dari pada arah kiblat, mudah-mudahan harta karunya berada di sana!”
Anak panah ia letakkan pada busur lalu dia tarik sekuat tenaga dan melepaskannya kea rah kiblat. Setelah itu dia pun berlari ke lokasi jatuhnya anak panah itu sambil membawa cangkul dan peralatan menggali lainnya. Seharian ia menggali disana namun harta karun takkunjung kelihatan, pada dirinya dia berkata, “Mungkin harta karun itu berada di arah lain.” Keesokan harinya dia kembali menaiki bukit dan mencoba melepaskan anak panahnya kearah lain, namun hasilnya sama. Berbulan-bulan kerjanya hanya menaiki puncak bukit dan mencoba arah yang lain, namun hasilnya tetap sama. Akhirnya dia kesal dan merasa ikhtiarnya telah cukup, maka ia putuskan untuk ke mesjid dan disudut mesjid ia bermunajat sambil berkata, “Ya Allah petunjuk yang kudapatkan dalam mimpiku ternyata tidak benar!”Dia terus-menerus berdoa dan menangis hingga kembali bermimpi pesuruh Allah yang pernah memberikannya petunjuk pada mimpi sebelumnya.
Dia menghardik pesuruh itu seraya berkata, “petunjuk yang kau berikan padaku ternyata salah.”
Orang dalam mimpi, “apakah kau telah menemukan tempat yang telah kutunjukkan?”
Pencari harta, “ya, sudah.”
Orang dalam mimpi, “lalu apa kau lakukan?”
Pencari harta, “aku letakkan anak panah pada busur lalu kulesatkan ke arah kiblat dengan keras.”
Orang dalam mimpi, “kapan aku menyuruhmu untuk melesatkannya kearah kiblat dan kapan aku memerintahkan untuk melesatkannya dengan keras?”
“aku hanya mengatakan , dimana pun anak panah itu jatuh, aku tidak memerintahmu untuk melesatkannya dari busur!”
Keesokan harinya, dia segera pergi dengan peralatan lengkap, sesampainya dipuncak bukit, dia letakkan anak panah pada busur dan dia biarkan lalu anak panah itu jatuh disekitar kakinya. Dia pun mencangkul dengan penuh semangat di tempat itu dan ia pun mendapatkan harta karunnya.
Catatan:
Cerita di atas adalah metafora, mengapa anda mencari ke sana ke mari hal yang paling didambakan (Allah)?!
Lihat pada dirimu, kebesaran allah ada pada dirimu, usah kau pergi jauh-jauh!wa fi anfusikum afala tubshirun: tidakkan engkau mengamati dirimu secara saksama?!
Namun bukan berarti alQuran mengabaikan yang lain. Hati adalh cerminan ilahi, sebagaimana juga alam semesta. (namun kadang manusia melalaikan yang dekat dan mencari yang jauh! Melepas yang dalam genggaman dan mencari yang belum tentu bias ia peroleh!)
KISAH 2
TOBATNYA MUSA as
Ketika Musa mendengar firman Allah Azza Wajalla, dia ingin sekali melihat-Nya. Dia pun berkata, “Ya Tuhanku, nampakkanlah diri (Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat melihat Engkau”, Tuhan berfirman, “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu. Maka jika ia tetap ditempatnya (sebagai sedia kala) niscaya kamu dapat melihat-Ku.” (QS. Al-A’raf: 143)
Muhammad bin Ishaq berkata: Salah seorang kupercaya bercerita kepadaku,”Allah SWT telah berfirman,”Wahai putra Imran! Sesungguhnya tidak ada seorangpun yang sanggup melihat-Ku, kemudian ia tetap hidup.” Musa berkata,”Tuhan-ku tidak ada sekutu bagi-Mu,sesungguhnya
melihat-Mu kemudian mati lebih baik aku sukai daripada aku hidup dan tak pernah melihat-Mu. Tuhan-ku, sempurnakanlah nikmat, anugrah, dan kemurahan-Mu kepadaku dengan mengabulkan permintaanku ini, dan aku rela mati setelah itu.”Dia [Muhammad bin Ishaq] berkata: Dan diberitahukan kepada kami oleh Juwaibir dari Ad-Dlahhak dari Ibn Abbas ia berkata : Ketika Allah yang Maha Penyayang terhadap makhluk-Nya mengetahui keinginan keras Musa untuk dikabulkan permohonannya, Dia berfirman, “Pergilah, lalu lihatlah batu yang ada di puncak bukit itu, dan duduklah diatasnya, sungguh Aku akan menurunkan bala tentara-Ku kepadamu.”
Musa pun melakukannya. Ketika Musa telah berada di atasnya, Allah memperlihatkan kepadanya bala tentara dari tujuh lapis langit. Kemudian Ia memerintahkan para malaikat penghuni langit dunia agar memperlihatkan diri kepada Musa. Mereka pun berlalu dihadapan Musa as dengan suara-suara keras penuh tasbih dan tahlil, bagaikan suara guntur menggelegar dasyat. Kemudia memerintahkan kepada malaikat penghuni langit kedua agar menampakkan diri kepada Musa, lalumereka melakukannya. Mereka tampil dihadapan Musa dengan berbagai macam bentuk, beraneka ragam rupa. Di antara mereka ada yang berupa singa, mengumandangkan dengan keras suara-suara bertasbih. Musa menjadi ketakutan dan berkata, Ya Tuhanku, aku sungguh menyesal atas permintaanku. Tuhanku, sudikah Engkau menyelamatkan aku dari tempat aku berdiri?” Pimpinan para malaikat itu berkata, “Wahai Musa! Sabarlah atas apa yang kau pinta, karena yang kau lihat ini baru sebagian kecil saja.” Kemudian Allah SWT memerintahkan para malaikat penghuni langit ketiga agar turun memperlihatkan diri kepada Musa. Maka muncullah para malaikat yang tak terhitung jumlahnya dalam berbagai bentuk. Ada yang berbentuk seperti kobaran api yang menyala-nyala. Teriakan tasbih dan tahlil mereka bergemuruh. Maka semakin bertambahlah pada diri Musa rasa takut, buruk sangka dan berputus asa untuk hidup. Pimpinan dari malaikat pun berkat, “Wahai anak Imran! Bersabarlah hingga engkau melihat sesuatu yang kau tidak sanggup melihatnya.” Kemudian Allah wahyukan kepada para malaikat penghuni langit keempat agar turun kepada Musa dengan bertasbih, lalu mereka turun. Warna-warna mereka seperti kobaran api dan seluruh bentuk mereka seperti salju [es].
Mereka mengumandangkan tasbih dan taqdis dengan suara keras yang tidak sama dengan suara-suara yang terdahulu. Pemimpin malaikat itu berkata, “Wahai Musa! Bersabarlah atas apa yang telah engkau pinta.”
Demikianlah penghuni setiap langit sampai langit ketujuh, mereka turun kepada Musa dengan berbagai macam rupa dan beraneka ragam bentuk badan. Para malaikat datang dengan cahayanya yang menyilaukan setiap pandangan. Mereka membawa tombak. Tombak itu bagaikan batang korma yang besar dan panjang, seakan-akan api yang sangat terang melebihi terangnya matahari. Musa as menangis dengan suara keras sambil berkata, :Wahai Tuhanku! Ingatlah aku dan jangan lupakan diriku adalah hamba-Mu. Kukira aku tidak akan selamat dari tempat ini. Jika aku keluar, aku akan terbakar dan jika aku tetap disini, aku pasti akan mati.” Pemimpin malaikat berkata, “Dirimu nyaris dipenuhi rasa ketakutan dan hatimu nyaris terlepas. Inilah dudukmu untuk melihat-Nya.”
Dia (yg menceritakan kisah ini) berkata: Turunlah Jibril, Mikail,Israfil dan para malaikat penghuni tujuh lapis, dan para penyangga Arsy dan Kursi. Mereka datang kepada Musa dan
berkata, “Wahai orang yang telah berbuat kesalahan fatal! Apa gerangan yang telah membuatmu naik ketempat ini! Dan bagaimana kau berani memohon kepada Tuhanmu untuk dapat melihat-Nya?” Musa menangis, kedua lututnya berbenturan karena gemetar dan persendian-persendiannya seakan terlepas. Ketika Allah Azza Wajalla melihat keadaan hambanya yang demikian, Dia perlihatkan kepadanya tiang penyangga Arsy, lalu dia bersandar padanya, maka tenanglah hatinya. Kemudian Israfil berkata kepadanya, “Wahai Musa! Demi Allah, sesungguhnya kami pemimpin para malaikat, belum pernah mengangkat pandangan kami ke arah Arsy semenjak kami diciptakan, karena takut. Lalu apa yang memaksamu untuk melakukan ini, wahai hamba yang lemah.” Musa pun berkata, “Wahai Israfil! Dia sudah dalam keadaan tenang-
aku sangat ingin mengetahui sebagian keagungan Tuhanku yang belum kuketahui”
Kemudia Allah Azza Wajalla memberitahukan kepada tujuh lapis langit, “Sesungguhnya Aku akan menampakkan diri di bukit.”Maka bergetarlah langit, bumi, gunung-gunung, matahari, bulan, bintang-bintang, awan, surga, neraka, para malaikat, dan laut-laut, mereka semua bersujud, sedang Musa melihat ke arah bukit. “Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan” (QS. Al-A’raf: 143).Seakan-akan mati karena pancaran cahaya Rabbul Izzah Jalla Wa’ala. Dia terjatuh dari batu itu, dan batu itu sendiri terbalik di atasnya lalu menjadi semacam kubah yang melingkupinya agar dia tidak terbakar.
Al-Hasan berkata: Maka Allah SWT mengutus jibril as, lalu menggulingkan batu itu dari Musa dan membangunkannya. Kemudian Musa berdiri dan berkata, “Maha suci Engkau, aku bertobat
kepada-Mu” (QS.Al-A’raf:143, dari permohonanku, “Dan akulah orang yang paling pertama beriman” (QS. Al-A’raf:143). Artinya: Akulah orang pertama yang beriman bahwa tidaklah seorang mampu melihat kepada-Mu kecuali dia pasti mati. Dan ada yang mengatakan: aku adalah orang pertama yang beriman bahwa tidak ada seorang pun yang dapat melihat-Mu di dunia.
—————————–
Kisah mendatang : “Tobatnya Nabi Daud as”
KISAH 3
TIGA NASEHAT
Pada suatu hari ada seseorang menangkap burung. Burung itu berkatakepadanya, “Aku tak berguna bagimu sebagai tawanan. Lepaskan saja aku, nanti kuberi kau tiga nasehat.” Si Burung berjanji akan memberikan nasehat pertama ketika masih berada dalam genggamanorang itu, yang kedua akan diberikannya kalau ia sudah berada di cabang pohon, dan yang ketiga ia sudah mencapai puncak bukit. Orang itu setuju, dan meminta nasehat pertama. Kata burung itu, “Kalau kau kehilangan sesuatu, meskipun kau menghargainya seperti hidupmu sendiri, jangan menyesal.” Orang itupun melepaskannya, dan burung itu segera melompat ke dahan. Di sampaikannya nasehat yang kedua,”Jangan percaya kepada segala yang bertentangan dengan akal, apabila tak ada bukti.” Kemudian burung itu terbang ke puncak gunung. Darisanaia berkata, “Omanusia malang! diriku terdapat dua permata besar, kalau saja tadi kau membunuhku, kau akan memperolehnya! ” Orang itu sangat menyesal memikirkan kehilangannya, namun katanya, ”Setidaknya, katakan padaku nasehat yang ketiga itu! ” Si Burung menjawab, “Alangkah tololnya kau, meminta nasehat ketiga sedangkan yang keduapun belum kau renungkan sama sekali! Sudah kukatakan padamu agar jangan kecewa kalau kehilangan, dan jangan mempercayai hal yang bertentangan dengan akal. Kini kau malah melakukan keduanya. Kau percaya pada hal yang tak masuk akal dan menyesali kehilanganmu. Aku toh tidak cukup besar untuk bisa menyimpan dua permata besar! Kau tolol. Oleh karenanya kau harus tetap berada dalam keterbatasan yang disediakan bagi manusia.”
Catatan
Dalam lingkungan darwis, kisah ini dianggap sangat penting untuk ”mengakalkan” pikiran siswa Sufi, menyiapkannya menghadapi pengalaman yang tidak bisa dicapai dengan cara-cara biasa. Di samping penggunaannya sehari-hari di kalangan Sufi, kisah inikedapatanjugadalam klasik Rumi, Mathnawi. Kisah ini ditonjolkan dalam Kitab Ketuhanan karya Attar, salah seorang guru Rumi. Kedua pujangga itu hidup pada abad ke tiga belas.
No comments:
Post a Comment