Saturday, November 9, 2013

SUATU HARI AL-JUNAID



SUATU HARI AL-JUNAID

Suatu hari Junaid Al-Baghdadi sakit mata. Ia diberitahu oleh seorang tabib, jika ingin cepat sembuh jangan sampai matanya terkena air.

Ketika tabib itu pergi, ia nekad berwudhu membasuh mukanya untuk shalat kemudian tidur. Anehnya, sakit matanya malah menjadi sembuh. Saat itu terdengar suara “Junaid menjadi sembuh matanya kerana ia lebih ridha kepada-Ku”. Seandainya ahli neraka minta kepada-Ku dengan semangat Junaid niscaya Aku luluskan permintaannya.” Kata suara itu.

Tabib yang melihat mata Junaid sembuh itu menjadi keheranan, “Apa yang telah engkau lakukan?”

“Aku telah membasuh muka dan mataku kemudian shalat”, ujarnya.”

Tabib itu memang beragama Nasrani, dan setelah melihat peristiwa itu, dia beriman. “Itu obat dari Tuhan yang menciptakan sakit itu. Dia pulalah yang menciptakan obatnya. Aku ini sebenarnya yang sakit mata hatiku, dan Junaidlah tabibnya.”

Membasuh Debu Maksiat


Abu Yazid Al-Bustami adalah seorang sufi terkenal di Irak. Di akhir hayatnya, Abu Yazid maju ke mihrab untuk shalat dengan baju dan kopiahnya yang sengaja dia pakai terbalik. Di mihrab, sebelum shalat, dia bermunajat, “Ya Allah, aku tidak membanggakan zuhud yang telah kuupayakan selama hidupku, shalat yang kulakukan sepanjang malam, puasa yang telah kujalankan selama hidupku, dan aku tidak menonjolkan diriku karena telah beberapa kali aku khatam Al-Quran. Aku tidak akan mengatakan pengalaman-pengalaman ajaib yang telah kulihat, doa yang telah kupanjatkan, dan betapa rapat hubunganku dengan-Mu. Engkau pun mengetahui aku tidak mungkin membanggakan segala sesuatu yang telah kulakukan itu, Semua yang kukatakan ini bukanlah untuk memamerkan diri atau meminta kepercayaan dari-Mu. Semua ini kukatakan kepada-Mu lantaran aku malu atas segala perbuatanku. Engkau telah menumpahkan rahmat-Mu sampai aku dapat mengenal diriku sendiri. Semuanya tidak berarti, anggaplah tidak pernah terjadi. Aku adalah orang Persia yang berusaha selama tujuh puluh tahun dengan rambut yang telah memutih dalam kejahilan. Dari padang pasir aku datang sambil berseru-seru, ‘Tangri!Tangri!. baru sekarang inilah aku dapat memutuskan ikat pinggang ini. Baru sekarang inilah aku dapat melangkah ke dalam kehidupan Islam. Baru sekarang inilah aku dapat menggerakkan lidah untuk mengucapkan syahadat. Segala yang telah Engkau perbuat tidak bisa dipertanyakan. Engkau tidak menerima seseorang karena kepatuhannya dan Engkau tidak menolaknya hanya karena pembangkangannya. Segala sesuatu yang kulakukan hanyalah debu. Atas setiap perbuatanku yang tidak berkenan di sisi-Mu, aku memohon ampunan-Mu. Basuhlah debu maksiat dalam diriku karena aku juga telah membasuh debu prasangka mematuhi-Mu.”

No comments:

Post a Comment