Monday, February 22, 2016

Enam Cara Hilangkan Sakit Hati Ala Rasulullah SAW



Enam Cara Hilangkan Sakit Hati Ala Rasulullah SAW

Setiap manusia pasti pernah merasakan sakit hati. Terkadang, perasaan marah terhadap seseorang atau suatu kondisi ini bisa diungkapkan dengan emosi yang meluap-luap, namun ada juga yang berusaha memendamnya sendiri.

Jika perasaan sakit hati ini dibiarkan berlarut-larut, maka akan menimbulkan efek yang tidak baik untuk diri sendiri dan orang lain. Perasaan ini bisa membuat hubungan retak, perkelahian, bahkan bisa berakhir dengan pembunuhan. Banyak kasus kejahatan di lingkungan sekitar yang disebabkan karena sakit hati. 

Namun membuang perasaan ini bukanlah perkara yang mudah. Untuk itu, Rasulullah SAW memberikan solusi untuk mengatasi hal tersebut. Berikut enam cara hilangkan sakit hati ala Rasulullah SAW.



1. Muhasabah Diri
Mushabah diri merupakan upaya introspeksi diri atas apa yang sudah dilakukan dan akan dilakukan pada masa yang akan datang. Ketika hendak menyalahkan seseorang, ada baiknya untuk terlebih dahulu melihat ke dalam dirinya sendiri apakah sudah melakukan hal terbaik atau malah sebaliknya.

Mungkin pada saat itu ada perasaan sakit hati kepada rekan saat berbincang, namun jangan langsung merasa sakit hati. Sebab belum tentu orang itu bermaksud untuk menyakiti hati dan perasaan kita. Lalu cobalah untuk bertanya kepada diri sendiri mengapa rekan kita itu bersikap demikian, jangan-jangan sebelumnya kita telah melakukan kesalahan terhadapnya. Seperti yang tertera dalam Al-Quran surah Al-Hasyr (59):18 yang artinya.

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan".



2. Menjauhkan Diri dari Sifat Iri Hati Dan Dengki
Perasaan iri hati dan dengki merupakan jalan bagi pintu masuk setan menggerogoti hati manusia. memiliki keinginan yang berada di atas kemampuan terkadang membuat orang tersebut dapat mengalami sakit hati. Itulah sebabnya apabila imannya itu hanya alakadarnya maka orang tersebut justru akan melakukan berbagai macam cara untuk mendapatkan yang diinginkan.

Pada akhirnya perasaan sakit hati akan timbul akibat dari iri hati dan dengki ini. Sifat tersebut berasal dari kecintaannya terhadap hal-hal yang bersifat material, kehormatan serta pujian. Manusia jarang sekali bersyukur atas apa yang dimilikinya, oleh sebab itu mereka selalu berangan-angan untuk memiliki apa yang dipunyai oleh orang lain. Hal ini membuat hati orang tersebut menjadi tidak tenang.

Untuk menghapus perasaan cinta berlebihan akan dunia yang dapat menimbulkan sakit hati tersebut, Rasulullah menganjurkan untuk menghilangkan sifat iri serta dengki. Rasulullah Bersabda:

 “Tidak boleh dengki kecuali kepada dua orang. Iaitu orang yang diberi harta oleh Allah, kemudian membelanjakannya di jalan yang benar. Dan orang yang diberi hikmah oleh Allah, kemudian memutuskan persoalan dengannya dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari).



3. Menjauhkan Diri dari Sifat Amarah dan Keras Hati.
Perasaan sakit hati juga akan muncul ketika rasa marah timbul dalam diri seseorang. Hal ini membuat orang tersebut bertindak tanpa mempertimbangkan baik dan burukynya. Jika sudah demikian, maka akan membuat akal lemah dan semakin besarlah hawa nafsu. Ketika itu terjadi maka setan akan dengan leluasa melancarkan serangannya terhadap manusia.

Sifat marah ini akan berujung pada perasaan sakit hati, membuat orang tersebut menjadi keras hati. Untuk itulah, Rasulullah menganjurkan untuk menjauhkan diri dari dua sifat tercela ini.

Ibnu Qudamah dalam Minhajul Qashidin menyebutkan bahawa Iblis pernah berkata, “Jika manusia keras hati, maka kami akan membaliknya sebagai anak kecil yang membalik bola.”



4. Memupuk Sifat Pemaaf
Perasaan sakit hati akan hilang ketika seseorang memupuk sifat pemaaf dalam dirinya. Ia tidak akan mudah dendam terhadap orang yang berbuat salah terhadapnya. Oleh sebab itu, orang yang pemaaf cenderung jauh dari perasaan sakit hati, karena ia mampu menerima semuanya dengan lapang dada.

Rasulullah bersabda,
“Bertakwalah kepada Allah di mana engkau berada, tindaklanjutilah kesalahan dengan kebaikan, nescaya kebaikan tersebut menghapus kesalahan tersebut, dan bergaulah dengan manusia lain dengan akhlak yang baik.” (HR. Hakim dan At-Tirmidzi).


5. Husnuzon (Berprasangka Baik)
Allah berfirman: “Hai orang-orang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya sebahagian prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebahagian kalian mengejek sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.” (QS. Al-Hujurat : 12).

Perasaan sakit hati terkadang membuat kita selalu berfikir buruk terhadap orang yang menyebabkannya. Ada kalanya seorang muslim berburuk sangka terhadap muslim lainnya sehingga menjauhkan mereka dari persaudaraan. Itulah yang menyebabkan Rasulullah menganjurkan untuk berprasangka baik terhadap orang lain agar menjauhkan diri dari sifat iri hati.


6. Ikhlaskan Diri
Sifat ikhlas adalah salah satu sifat terpuji yang disenangi oleh Allah SWT. Orang yang ikhlas dapat meniatkan segala tindakannya kepada Allah. Selain itu ia juga bukan merupakan orang yang cinta terlalu berlebihan kepada duniawi. Ketika Allah mengujinya dengan kenikmatan, maka dia akan bersyukur.

Orang yang ikhlas diri ini akan mudah untuk menangani hatinya agar selalu berserah hanya kepada Allah SWT. Ia tidak pernah menggantungkan apapun kepada selain Allah, oleh sebab itu biasanya orang yang memiliki sifat ini tidak akan mudah sakit hati karena rasa berserah diri tersebut.

Itulah 6 pnawar untuk hilangkan rasa sakit hati yang dianjurkan oleh Rasulullah. Cobalah untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena sebaik-baiknya makhluk adalah ia yang menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya. Selain itu, agar membuat hati kita tenang karena tidak adanya perasaan sakit hati terhadap orang lain.


No comments:

Post a Comment