Wednesday, February 26, 2014

Siti Aminah, Bangkit dari Kolaps Berkat Sampah



Siti Aminah, Bangkit dari Kolaps Berkat Sampah


Murah senyum, enak diajak ngobrol, bersahaja, itulah kesan ketika bertemu dengan Siti Aminah. Ya, perempuan kelahiran Solo, 22 Desember 1972 ini mampu menggugah semangat seseorang untuk menggapai sukses dalam berwirausaha mengolah sampah.

Siti merupakan salah satu perempuan di Kota Solo yang mampu menyulap sampah koran menjadi rupiah. Dalam perkembangannya, tak hanya sampah koran, Siti mampu mengolah semua jenis sampah baik organik, anorganik dan sampah B3 (bahan berbahaya dan beracun).

Sebelum merambah ke dunia sampah, Siti merupakan pengusaha grosir sembako dari 2003 hingga 2008. Dia memiliki kios sembako tak jauh dari rumahnya. Namun usaha sembako mengalami kolaps sekitar 2008. Kala itu, hutang Siti bertumpuk. Untuk menutup hutangnya, Siti terpaksa melepas kios miliknya.

Pada masa transisi tersebut, Siti tak bisa berbuat banyak. Hingga suatu hari, Siti melihat ibu-ibu membawa tas jinjing beranyam rotan dengan lintingan yang rapi. Dari itulah, muncul ide Siti mengambil koran bekas kemudian melintingnya.  “Ternyata hasil lintingan koran yang saya lakukan sama dengan lintingan dari tas itu. Kemudian saya berpikir, ternyata sampah koran jika dimanfaatkan akan sangat berharga,” papar Siti di kediamannya Jl. Kerinci Dalam VI No 168, Sambirejo RT 003/RW 009, Kadipiro, Banjarsari, Solo, Jawa Tengah.

Dari hal sepele itu, Siti memiliki ide brilian untuk mengolah sampah koran di rumahnya menjadi pundi-pundi rupiah. Selama satu tahun (2008-2009), Siti berkutat untuk membikin kerajinan dengan bahan baku sampah koran.

“Saya terus mencoba untuk menemukan pewarnaan yang cocok. Banyak kegagalan juga. Namun saya tak menyerah begitu saja,” katanya seperti dilansir dari Harian Solopos.

Setiap hari ia belajar mencocokkan bahan baku yang pas untuk menghasilkan beragam karya kerajinan. Hasilnya, kerja keras istri Samad Tahir ini tak sia-sia. Beragam kerajinan tangan hasil karya Siti ternyata diterima oleh masyarakat luas. Tak hanya tas namun asbak hingga pernak-penik perhiasan dalam undangan pernikahan berhasil ia ciptakan. Produk-produk tersebut dijual mulai Rp3.000 hingga ratusan ribu rupiah. Penghasilan Siti pun merangkak naik. Hingga pada 2011, kios sembako yang sudah berpindah tangan akhirnya dapat dimiliki kembali. Seluruh utang juga terbayar lunas.

Tak hanya membuat kerajinan tangan, perempuan alumnus Kampus Gunadarma Jakarta ini juga merambah pada usaha pemberdayaan masyarakat. Dia bersedia menjalin mitra dengan memberikan pelatihan di tingkat kelurahan.   Selain itu Siti juga seorang entrepreneurship yang kerap mengisi ceramah motivasi bisnis mengelola sampah. Bahkan cita-cita Siti ingin menjadikan Kota Solo sebagai bank sampah. “Artinya semua jenis sampah di Solo bisa disulap menjadi rupiah. Satu hal lagi, kelompok usaha kecil di tingkat kelurahan perlu dihidupkan agar usaha ekonomi kerakyatan berkembang,” terang Siti.

No comments:

Post a Comment